Strategi

6 0 0
                                    

Prof.Darma mengumpulkan semua di ruang keluarga karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan. Feri, Santo dan Rayha duduk di sofa. Wajah Prof.Darma serius.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Kau tidak bisa menemuinya, Prof?" tanya Santo.

"Bukan begitu, Santo. Ada yang ingin aku jelaskan pada kalian. Dan aku membutuhkan bantuan kalian." kata Prof.Darma.

"Jelaskan saja, Prof. Kami siap membantu." kata Rayha.

"Ketika aku di Indonesia dan menerima informasi terbaru dari kenalanku soal Nezu, aku cukup kaget mendengarnya." kata Prof.Darma.

Semua orang yang ada di ruangan itu wajahnya berubah jadi serius seperti Prof.Darma.

"Sudah belasan tahun dia tidak tinggal bersama keluargannya." kata Prof.Darma.

"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Santo.

"Rumah sakit jiwa." kata Prof.Darma.

"Dia gila? Terus jadi kita gak bisa bekerjasama dengannya?" tanya Rayha.

"Bukan begitu, Rayha. Biar aku jelaskan. Menurut informasi yang aku dapat, memang keluarganya tidak memperlakukannya dengan baik, entah dengan rekayasa apa keluarga tersebut bisa menaruh Nezu di rumah sakit jiwa. Kalian tahu kan bagaimana hukum di bumi ini, jika ada keluarga yang menelantarkan anggota keluarga mereka." kata Prof.Darma.

"Ah ya. Aku mulai mengerti maksudmu, Prof." kata Rayha.

"Apa karena keanehan ditubuhnya dan kemampuannya yang membuat keluarganya merasa jijik dengannya?" tanya Santo dengan wajah yang memperlihatkan kesedihan.

"Yah kemungkinan besar alasannya seperti itu." kata Prof.Darma yang memperlihatkan wajah iba.

"Di terlantarkan dan dibuang oleh keluarga sendiri itu kejahatan yang tak termaafkan." kata Rayha yang ikutan terbawa emosi.

"Lalu apa rencanamu, Prof?" tanya Santo.

Prof.Darma mengeluarkan sebuah alat recorder kecil dari saku jas lab putihnya.

"Ini adalah rekaman pamannya Nezu. Seperti yang kalian tahu tadi siang aku pergi ke rumah pamannya. Jelas dari rekaman ini pamannya sudah berbohong mengenai keberadaan Nezu. Tapi ini saja belum cukup membuktikan kejahatan keluarga itu." kata Prof.Darma.

"Lalu?" kata Rayha.

"Aku akan meminta Feri untuk mematai keluarga itu dari sekarang. Karena tiga hari lagi paman Nezu berjanji akan membawa Nezu kehadapanku, karena itu pasti mereka akan segera menjemput Nezu. Aku ingin Feri memotret dan merekam kegiatan mereka selama tiga hari ini." kata Prof.Darma.

"Itu bukan sesuatu yang sulit bagiku. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan itu." kata Feri.

"Aku ikut dengan Feri, Prof." kata Santo mengajukan dirinya.

Prof.Darma menatap Santo lama tanpa berkata-kata apa.

"Percayalah padaku, Prof. Aku tidak akan termakan emosi lagi." kata Santo berusaha meyakinkan Prof.Darma.

"Baiklah. Kalau kamu sudah berjanji padaku. Aku akan percaya." kata Prof.Darma.

"Apa yang bisa aku bantu, Prof?" tanya Rayha yang tidak mau hanya berdiam diri.

"Kamu bisa menjelaskan semua yang sudah kamu dan Erwin tahu dan diskusikan. Karena sebelumnya aku belum sempat berdiskusi banyak denganmu. Itu sudah sangat membantuku." kata Prof.Darma tersenyum.

"Sudah sepantasnya aku membantumu, Prof. Aku tidak ingin diam saja." kata Rayha.

Feri dan Santo langsung bersegera berangkat untuk memata-matai keluarga Nezu.

Planet itu bernama Bumi  | Part 1: Tentang FarbeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang