MANUSIA TIDAK PERNAH TAHAN DENGAN PEMAKSAAN
.
.
.
Jam bergeser pada pukul sepuluh. Itu waktu olahraga kelasku. Pelatih menyuruh seluruh anggota kelas untuk berganti pakaian dan bergegas pergi ke dalam gedung olahraga. Hari ini akan diadakan pertandingan voli.
"Pertandingan di hari pertama aku masuk?" kataku pada Taehyung saat kami berdua berganti pakaian di ruang ganti. Atasan olahraga Choseok berwarna jingga terang yang bikin sakit mata dan celana training selutut berwarna hitam. Kami berdua tidak suka perpaduan warnanya.
"Cuma pertandingan biasa," kata Taehyung selepas kepalanya muncul dari lubang kaos. "Tapi bagi sebagian anak cowok, pertandingan olahraga selalu jadi ajang pamer di depan murid kelas 2B."
Aku mengerutkan kening saat Taehyung mengatakan kelas 2B. Itu bukan kelas kami.
"Kita bakal olahraga bersama kelas lain?"
"Ya," jawab Taehyung, sementara kami semua turun tangga menuju tempat olahraga di gedung terpisah.
Selanjutnya, satu cengiran Taehyung yang dilayangkan untukku membuatku ternganga.
"Kita bakal bergabung bersama kelas Aebyul."
-oOo-
Aku tidak begitu berbakat dalam olahraga voli, tapi cukup jeli dan gesit dalam bertanding.
Pelatih menyuruhku bergabung bersama lima murid laki-laki lainnya. Dua di antara mereka adalah kelompok yang saat pelajaran Biologi tadi membuat ricuh kelas karena sempat berdebat tentang isu ekosistem laut dunia―generasi kutu buku yang tidak minat dengan olahraga, dua orang lagi asalnya dari kelas 2B, bernama Ryubin dan Jiyoung (tampaknya dari jurusan animasi atau komik, mereka siswa yang dari tampangnya saja kelihatan tidak begitu suka bergaul dengan manusia).
"Man, semua timmu pecundang," kata Taehyung padaku. Dia melayangkan senyum mengejek karena mendapat tim yang lebih jago dan asyik. Empat dari mereka berasal dari kelas 2B dan semuanya jangkung dan bertubuh atletis. Taehyung bilang kelas 2B memang terkenal dengan murid-muridnya yang berbakat, lalu mengapa aku mendapat produk gagalnya?
"Kau enggak boleh main-main di pertandingan ini. Tahu enggak lawanmu siapa? Tadi aku ngintip di buku absen pelatih." Taehyung mendekat padaku dan agak berbisik.
"Siapa?" tanyaku.
"Moon Ilbom."
"Berengsek."
"Bagus, kau sudah bisa ngomong kasar sekarang," kekeh Taehyung sambil menepuk punggungku. Dia melingkarkan bahunya dan berkata, "Enggak biasanya kau kelihatan benci sama orang. Memang Ilbom sudah melakukan sesuatu padamu?"
"Dia bikin aku enggak nyaman," kataku, sementara kepalaku mengingat-ingat tatapan penuh ancaman Ilbom yang ditujukannya untukku. "Aku belum cerita padamu, tapi anak itu sudah memperingatiku supaya aku enggak macam-macam, padahal yang kulakukan cuma memanaskan dendeng di dapur."
"Begitulah dia," kata Taehyung menggelengkan kepala, lalu memandang ke arah tribun penonton. "Coba lihat kakinya, Jung. Itu bukan kaki manusia." Dia melihat Ilbom sedang mempersiapkan diri bersama anggota timnya yang, demi Tuhan, semuanya bermuka garang dan bertubuh besar. Ilbom paling jangkung dan besar, betisnya yang besarnya sepahaku membuatku agak merinding.
"Kenapa dengan kakinya?" Aku berusaha tenang.
"Mengintimidasi," kata Taehyung. "Dia banyak latihan dengan kakinya. Kau tahu dia anak football."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐈𝐀𝐑𝐘 𝐎𝐅 𝐀 𝐂𝐔𝐑𝐒𝐄𝐃 𝐁𝐎𝐘 (𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓)
Fanfiction𝐃𝐌 𝐅𝐎𝐑 𝐌𝐎𝐑𝐄 𝐏𝐔𝐑𝐂𝐇𝐀𝐒𝐄 𝐈𝐍𝐅𝐎 Han Aebyul itu konyol, aneh, sembrono, dan suka melakukan segalanya dengan spontan. Kalau kata Jungkook, Aebyul itu tingkahnya seperti kucing yang misterius, enggak bisa ditebak. Dia harus tahan dengan...