Chapter 3

53 4 0
                                    

Diruang kelas Zylla hanya sekedar absen, tak menghiraukan diskusi, apalagi materi yang disampaikan para dosen. Ia mau melanjutkan kuliah saja, mamahnya sudah sangat bersyukur. Segala sesuatu yang dilakukan tanpa hati, memang selalu terasa mati.

Bel istirahat berbunyi, dosen menutup materi dan satu persatu mahasiswa berhamburan keluar. Kelas Zylla berada di lantai 3, sedangkan lift dikampus sedang ada perbaikan, maka satu-satunya cara untuk turun ke kantin yang berada dilantai satu, adalah dengan menuruni anak tangga, jadilah seluruh mahasiswa berbondong-bondong melewati tangga, tak terkecuali Zylla.

Ia berjalan dengan anggun, menyusuri tiap kelas dan menuruni anak tangga. Dengan tubuh tinggi semampai, rambut panjang tergerai rapi, serta kulit yang putih bersih, cukup ampuh untuk menjadi pusat perhatian kaum Adam.
Namun, yang diperhatikan malah tidak perduli sama sekali, menganggap kaum pria hanya parasit hidup. Tak sedikit pula yang mencoba menggoda Zylla.

"Husstt, ehh ada Maba cantik, mau kemana cantik?" Dilihat dari setelannya, ia adalah mahasiswa tingkat akut yang mungkin sudah dua kali mengulang smester.

"Maba enggak boleh sombong sama kating!" Karena merasa diabaikan, yang lain ikut menimpali.

Zylla terus berjalan tanpa sedikitpun berpaling. Jika kaum pria menyanjung Zylla, beda hal nya dengan kaum wanita.

"Ehh ehh lihat, dia kan yang membunuh kucing di acara inaugurasi kemarin!" Terlihat sekumpulan wanita sedang membicarakan Zylla.

"Waah iyaa. Omong-omong kenapa dia masih disini? Ku kira sudah di drop out" yang lainnya menambahkan.

"Mungkin dia merayu Ketua Dekan, agar tetap bisa disini, hahaha" lalu semua ikut tertawa mengolok-olok Zylla.

Reflek Zylla berhenti, memasukkan tangannya kedalam kantong jas almamater, mencengkeram erat pisau lipat yang ada di kantong itu. Tapi tidak! Ia masih bisa menahannya. Dengan menghela napas dalam-dalam, ia pun kembali berjalan.

***

Di kantin, Zylla selesaimemesan makanan, tapi meja dan kursi nampak penuh, terpaksalah ia kembali ke kelas, menyantap makanan disana.

"Kenapa kampus ini jadi seperti lautan manusia, memuakkan sekali!" Zylla mendengus kesal.

Lokasi kantin dengan anak tangga tidaklah jauh, hanya melewati setengah lapangan bola basket untuk sampai disana. Sedang di lapangan, ada belasan mahasiswa yang bermain basket. Sudah seperti adat istiadat, jika jam istirahat berdering, mahasiswa akan berkumpul dan bermain disana. Tapi tidak sedikit pula yang meluangkan waktu istirahat nya untuk membuat tugas.

Di kampus ini terdapat beberapa sarana olahraga, seperti basket, volley, sepak bola dan badminton. Dan seluruh mahasiswa diperbolehkan menggunakannya, asal tidak menggangu aktifitas perkuliahan.

Dilapangan, teriakan para suporter terdengar riuh sekali, sedang ada pertandingan antara mahasiswa baru dengan Kaka tingkat disana. Itu hanya sebuah bentuk ucapan selamat datang dari kaka tingkat kepada para mahasiswa baru. Sontak saja, tidak sedikit yang berantusias menyaksikan.

Bola basket terus di hentakkan, di oper sana sini untuk mencetak sebuah angka. Gigih sekali para pemain memainkannya, sampai ketika hendak dilempar kedalam ring. Bola itu meleset, melambung tinggi membentur sesuatu.

Bukk!! Zylla yang sedang berjalan menuju anak tangga, tersungkur jatuh. Punggungnya terbentur bola basket. Makanan yang dibawa nya pun berhamburan, berantakan. Ia mengerang sakit.

"Oh shit! Siapa manusia yang tak punya mata ini?!"

Zylla bangkit dari jatuhnya, para pemain dan suporter hanya diam melihatnya, tak berani menghampiri walau hanya sekadar menolong. Mereka ingat betul, kalau Zylla adalah wanita yang membunuh anak kucing di acara inaugurasi, beberapa hari lalu. Zylla bangkit, berjalan meraih bola basket di dekatnya, ia tertawa sinis menatap bola itu.

Sampai ketika. Kreekk!! Bola basket itu ditusuk nya dengan pisau. Pemain dan para suporter pun berteriak kaget sekaligus marah. Mendengar teriakan mereka, Zylla tertawa lepas, seperti ada sensasi kepuasan dalam dirinya.

"Hahaha! Terus, teruskan! Teriak lah dengan kencang! Aku akan membuat kalian semua tertawa lepas! Hahaha!"
Zylla terus menusuk dan merobek-robek bola itu. Meluapkan kekesalan dengan cara menyakiti, adalah jalan hidupnya.

Belum selesai ia mengoyak bola itu. Tiga pria berbadan besar menyeret paksa tubuh tinggi rampingnya. Satpam keamanan kampus. Zylla dibawa ke ruangan yang sudah tidak asing lagi sejak ia menjajakan kakinya disini.

Tetapi di sudut lain, di tengah ramainya lapangan, diantara para pemain basket. Pria dengan aksen suara khasnya itu, menyaksikan semuanya. Menyaksikan, betapa liarnya Zylla merobek-robek bola itu, dan mendengar tawanya yang begitu memekakkan. Ia semakin penasaran.

"Sebenarnya, kamu itu siapa? Dan ada apa ini, kenapa kamu selalu hinggap di pikiranku?!" Desisnya dalam hening.

PSYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang