3. Anak Malang

30 1 0
                                    


Suatu ketika, anak malang sedang duduk termenung di sebuah trotoar. Dengan sorot lampu yang menerangi gemerlap malam, terlihat muka masam menghiasi wajahnya. Anak malang itu terdiam, sambil menatap kendaraan yang berlalu lalang. Apa yang membuatnya begitu masam ketika dipandang?

Ternyata, anak malang itu memikirkan tentang kehidupannya. Disaat teman temannya bisa merasakan indahnya masa kecil, menikmati kasih sayang dari ayah dan ibu, merasakan duduk di bangku sekolah dan menikmati setiap malam yang dingin ini dipangkuan sang bunda.

Sementara ia, harus sendiri di sini. Tak ada yang peduli, tak ada yang bisa memeluknya selain kesepian dari hembusan angin malam yang dingin. Ia menginginkan rasanya kasih sayang dari ayah dan ibu. Ia menginginkan pelukan kasih sayang dari ayah dan ibu. Namun, sayangnya ayah dan ibunya sudah berada di syurga sana.

Anak malang itu tak pernah membenci takdir Allah. Ia tak pernah menyesal dilahirkan di dunia yang fana ini. Ia justru bersyukur, bisa menikmati kejamnya dunia yang ternyata bisa mengajarinya arti kesabaran dan keikhlasan yang sesungguhnya.

Anak malang ini lalu bangkit dari lamunannya. Ia harus segera pulang ke rumahnya. Ya, rumah. Rumah yang hanya beralaskan koran dan berdinding kardus. Di tempat itulah ia beristirahat dari pahitnya kegidupan dan kejamnya dunia.

~Tamat~

By: dian.dra14

SajakkuWhere stories live. Discover now