Seems like I've made a mistake

2.3K 295 46
                                    

Suara bel tanda sekolah berakhir hari itu terdengar di seluruh penjuru sekolah. Murid-murid kelas 10 IPA 2 membereskan peralatan sekolah mereka masing-masing begitu Pak Siwon, guru Biologi mereka, telah keluar dari ruangan. Termasuk dua namja manis yang duduk di barisan depan; Jeon Soobin dan Choi Beomgyu.

"Asli ya, kalau aku ketemu Kak Ketos bakal aku bales maki-maki!"

Beomgyu tidak habis pikir. Bisa-bisanya kakak kelas merangkap ketua osis yang selama ini dia respect ternyata tidaklah lebih dari kakel menyebalkan yang lebih memilih menjudge daripada mendengarkan terlebih dahulu. Apalagi korbannya saat ini adalah sahabatnya sendiri. Dan saat Soobin mengalami itu Beomgyu justru tidak ada di tempat dan tidak bisa membantunya. Beommie benar-benar kesal.

"Gwaenchana-yo," Soobin tersenyum, menepuk-nepuk tangan Beomgyu, menenangkan sahabatnya.

"Ya! Gwaenchana your head?!" Beomgyu ngegas, "Binnie, kamu tuh dipermalukan di depan separuh sekolah! Gak ada rasa kesel sedikitpun gitu?!"

Kesal, ya? Soobin menghela napas. Daripada kesal, dia lebih memikirkan setiap kalimat yang Yeonjun katakan padanya. Dan tiap mengingat hal itu, rasanya kepercayaan diri yang ia miliki meredup sedikit.

Lebih baik kalau aku mengundurkan diri katanya. Soobin memasukkan buku-buku ke dalam ransel. Kim Yeonjun yang mengatakan itu. Ketua OSIS yang kredibilitasnya tidak diragukan satu orang pun, termasuk guru-guru dan kepala sekolah. Tidak bisa tidak, Soobin jadi mempertimbangkan. Apa sebaiknya ia bicara pada wali kelasnya tentang hal ini?

"Felix masih di UKS?" tanya Soobin, bangkit dari kursi sambil memakai ranselnya.

"Harusnya gitu," sahut Beomgyu, kemudian ikut bangkit berdiri dari kursinya sendiri.

Soobin menoleh ke sisi belakang kelas yang sekarang hampir kosong. "Jeongin, udah siap?"

Jeongin mengangguk, berlari kecil menghampiri Soobin dan Beomgyu.

"Beommie, naik mobil kamu, ya?" Soobin memastikan sekali lagi saat mereka bertiga berjalan beriringan keluar kelas.

"Siap~" Beomgyu memberinya tanda hormat main-main. "Izin Eommamu dulu, Binnie. Nanti Eommamu bisa panik kalau jemput ke sekolah tapi kamunya malah nggak ada."

"Iya." Soobin merogoh ponsel dari kantung hoodie seragamnya. "Jeongin, kamu juga minta izin dulu ke orangtuamu. Aku nggak tau kita bakal lama atau sebentar di rumah Felix."

"Oke, Bin." Jeongin mengangguk, cepat-cepat mengambil ponsel dari saku celana.

Saat mereka mampir ke ruang UKS, ternyata ruangan itu sudah kosong. Felix tidak ada di sana.

"Kemana ya tuh anak? Apa udah pulang?" Beomgyu berkacak pinggang, merasa agak sebal.

"Mungkin," Soobin menyahut, "lagian aku juga belom bilang apa-apa ke Felix soal rencana mau ke rumahnya sepulang sekolah."

"Gue telfon dulu, deh, ya." Jeongin menyarankan dan kedua namja manis itu mengangguk.

Setelah beberapa kali mendengar nada sambung, Jeongin menggeleng. "Gak diangkat," katanya, dengan jari menggeser icon telfon berwarna merah. "udah pulang kayaknya, sih."

"Jadinya gimana, Bin?" Beomgyu memandang Soobin.

Pemuda bersurai hitam itu tampak berpikir sebelum akhirnya menjawab. "Yaudah gapapa, kita susul aja, yuk."

Jeongin dan Beomgyu mengangguk. Ketiganya lalu bergegas menuju parkiran sekolah.


🦊🐰

Saat Soobin, Beomgyu dan Jeongin turun dari mobil, mereka bisa melihat ada dua mobil lain yang terparkir di depan rumah Felix.

Vanilla and CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang