I miss you

2.4K 232 49
                                    

"Binnie, cover cover! Aigoo, jangan mundur, sayang! Ulti coba keluarin mana ulti!!"

Jeon Soobin berdecak sebal sementara Jeon Jungkook, Appanya, terdengar tertawa.

"Eomma mah berisik ih kalo mabar. Sebel." komentar sang anak, meski begitu ia tetap mengikuti instruksi yang diberikan.

Ketiga anggota keluarga Jeon sibuk dengan ponsel masing-masing yang dipegang dalam mode landscape. Mereka sedang mabar moba 5v5, Legends of League, game populer jebolan Jeon Corp sementara make up artist yang disewa Seokjin sedang sibuk menata penampilan ketiganya.

Hari ini hari reuni Bangtan. Hari besar yang sangat dinanti-nanti. Mengingat ketujuh anggotanya adalah orang-orang terpandang di Korea Selatan maka kemungkinan besar akan ada media yang meliput. Penampilan sempurna adalah suatu keharusan.

"Cerewet-cerewet begitu harus kita terima Binnie, Eomma memang yang paling jago di antara kita." sang Appa memandang penuh kasih istrinya yang sedang bersorak senang atas kemenangan mereka.

"Iya iya, tapi aku kan punya gaya main sendiri. Jangan diatur-atur, dong!" sahut Soobin dengan bibir mengerucut lucu.

"Maaf, maaf. Ululu anak Eomma jangan ngambek, dong." Eommanya tertawa. "Lagi gak?"

Soobin mengangguk. "Appa invite."

"Oke." Appanya menyahut.

Baru saja Soobin akan menerima ajakan mabar dari Appanya tiba-tiba ada panggilan telepon masuk. Soobin terkesiap pelan melihat nama si penelepon.

"Aku gak ikutan, Eomma Appa, ada telepon." Soobin menunjukkan layar ponselnya. Ada nama Kai tertera di sana.

"Kai?" Jungkook tertawa kecil saat Soobin mengangguk malu-malu.

"Angkat dong buruan. Ditelepon model internasional itu loh kamu," goda Seokjin sambil menggerakkan tangannya syu syu begitu.

"Eomma jangan berisik. Awas ya." Soobin memperingati, membuat kedua orang tuanya tertawa geli.

Ibu jari Soobin menggeser icon hijau lalu hubungan telepon keduanya pun tersambung.

"Annyeong,"

Namja tampan yang di seberang sana bukannya menjawab malah tertawa singkat. Untung bukan tawa dolphinnya yang melengking sih. Tapi tawa lembut dan dalam. Tawa ganteng gitu loh, ngerti kan? Soobin jadi sebal.

"Kai!"

Kai malah tertawa lagi dan kali ini tawa khas melengkingnya. Soobin jadi refleks ikut tertawa, tapi buru-buru dia tahan soalnya masih kesel.

"Ya! Gak jelas banget tiba-tiba telepon terus cuma mau ketawain aku doang gitu?" protes Soobin sebal.

"Aku tutup nih, ya!"

"Eh, jangan, dong!" Kai berteriak panik, "Jangan ditutup, Kak! Aish, masih aja ngambekan."

"Ya! Aku tutup beneran nih ya!"

"Jangaaaann!! Aigoo." Kai menghela napas panjang di sana. "Iya maaf, maaf. Jangan ditutup dong, tega banget. Ini aku telepon kamu di jam segini tuh sebuah pengorbanan besar aish tolong hargai, Jeon Soobin!"

Jam segini? Ah. Benar juga. Seoul dan New York kan beda 14 jam. Soobin mengecek jam di layar ponselnya. Hampir pukul dua siang, itu artinya di tempat Kai masih pukul empat dini hari.

"Kenapa kamu telepon jam segini, Kai?" suara Soobin berubah cemas. "Kamu gak tidur?"

"Aku baru aja pulang dan baca pesan dari Kak Beomgyu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vanilla and CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang