Pemuda pendek ndek pipi tembam berlari tergesa menuju pabrik keramik milik ayahnya. Dia masih memakai baju tidur berlari pontang-panting menuju dimana ayahnya berada di larut malam. Ia ingat, ayahnya mengatakan bahwa lusa akan lembur. Buruk, lusa adalah hari ini, malam ini.
Beberapa saat lalu, dia terbangun dari mimpinya. Pabrik keramik milik ayahnya terbakar setelah meledak ruah dan api membumbung tinggi. Saat terbangun dia menangis dan tak heran lagi jika yang keluar adalah darah. Ia bisa mencium betapa menyengatnya anyir itu.
Tanpa permisi atau berbicara pada pegawai di depan, ia menerobos masuk dan membuka pintu kayu mulai dari bilik ukir sampai pengering.
"Ayahku! Apa kau tahu dimana ayah?" Pemuda itu menarik salah satu pria tambun botak degan kaus tangan tebal ditanganya. Jelas sekali bahwa ia sedang mencari ayahnya di bilik pembakaran.
"Keluarlah," kata pria tambun itu malas setangah kesal.
"Dimana ayahku?"
"Keluarlah, Jame!"
"Katakan dulu dimana ayahku?!" Jerit Jame tanpa mengindahkan perintah pria tambun itu. "Kau pasti tahu dimana ayahku kan? Kau-"
Jame tertegun saat tak sengaja ia mengalihkan pandangan ke belakang punggung pria tambun itu- bayangan hitam, suram dan dingin berdiri mengambang dibelakang setiap orang. Bayangan itu mengerang serak padanya-- Jame melotot.
"Mana ayahku?!" Ia sekali lagi mendesak. Ia yakin, pabrik akan meledak sebentar lagi.
"Nilos! Reg! Bawa stregone ini keluar! Seret dia! Kunci pintunya agar dia tidak masuk!" Pria tambun itu memanggil rekan di bilik sebelah. Jame di seret paksa dan memberontak tetap meneriakan ayahnya.
Tak!
Pintu besi bilik pembakaran terkunci.
Tak lama seorang pria kurus ramping dan rambut hitam tebal tertutup oleh bandana keluar dengan wajah berminyak karena panasnya bilik. "Ada apa ini?"
"Tidak ada, Tuan," sergah pria tambun itu dengan lemak lengan bergoyang karena di kibas-kibaskan cepat.
"Tidak, aku mendengar suara putraku disini,"
"Tidak ada apapun disini! Kembali bekerja saja tuan!" Pria tambun itu berteriak tidak sopan terkesan jengkel. Pria itu mengalihan pandangan pada sekeliling ruangan dan ia segera berteriak lagi. "Apa yang kau lihat hah?! Cepat lah bekerja lagi,"
Suara pria tambun itu menyebalkan sungguh. Bahakn Senor Parker mengerutkan bibir jijik terhadap suara kodok pria tambun yang menjadi karyawan di pabriknya. Ingatkan padanya untuk memberi surat peringatan untuk pria tambun kurang ajar itu.
Senor berbalik menuju mejanya kembali.
Tuk!
BLAR!
Tungku dihadapan pria tambun itu menggempaskan gelombang api besar dan memenuhi seluruh bilik pembakaran. Bahkan gelombang api itu dengan cepat memenuhi bilik terdekat. Asap kelabu dengan binar jingga memenuhi seluruh pabrik. Para pekerja panik dan mencoba membuka pintu. Nihil.
Tidak ada hasil. Bahkan membuka sedikit cela pun tidak ada. Di kaca tebal pabrik tergedor-gedor nyaring oleh para pekerja yang meminta tolong segera di selamatkan. Warga yang ada diluarpun ikut panik dan mencoba merusak kunci dengan sekop. Hunjaman pucuk sekop dengan selot kunci terus berkumandang ditengah teriakan panik warga yang mencoba menyelamatkan keluarganya di dalam pabrik.
"AYAH!" Pemuda pendek itu melesak masuk kerumunan. Maju dan ingin segera mencapai pintu pabrik. Sialan sekali pekerja pabrik yang menyeretnya sampai perbatasan desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stregone's - I See Death [SEHUN EXO] [END]
FanfictionWilleon Calter dapat melihat. Melihat bayangan-banyangan pengantar manusia pada pangkuan tuhan. Bayangan yang menurut Willeon adalah malaikat maut. Bayangan hitam kelam yang melayang didekat manusia beberapa waktu sebelum mati. [COMPLETE] - FF EXO×B...