Deru mobil milik Henn Dowhan samar mulai terdengar di telingaku. Tubuhku tersentak kecil saat pria brewokan itu mengerem mobilnya. Aku tidak akan repot-repot membuka mata dan bertanya dimana kita?
Menurut perkiraanku, mungkin diperbatasan Belgia. Aku merasakan pergerakan di sampingku dan merasakan hawa dingin musim gugur masuk kedalam mobil, saat Henn Dowhan membuka pintunya.
"Hei bung. Kau tahu apa ini?"
"Penjaga perbatasan memblokade seluruh gerbang tol perbatasan, mate. Mereka sedang ada pengejaran penjahat atau apapun itu," Balas sosok lain dengan suara berat yang identik seperti suara klakson. Berat tetapi sedikit melengking.
"Terimakasih mate!" Kemudian aku merasakan goyangan saat Henn Dowhan kembali duduk di kursi kemudi dan menyamankan diri setelah menutup pintu mobil.
Tidak tahan memejamkan mata tanpa rasa kantuk sekalipun, aku mengerang layaknya bangun tidur.
"Kau bangun? Padahal malam masih panjang," Henn Dowhan melirik diriku dan menyalakan jam digital yang berpendar merah.
00.58
Benar. Masih satu jam melewati tengah malam. Aku menarik gulungan jaket yang mengganjal kepalaku dan mengurainya menjadi lembaran jaket. "Ini dingin, Henn," kataku sambil memakai jaket hijau army itu dan merapatkannya. "Apakah aku tertidur lama?"
"Empat jam perjalanan," dia merogoh sesuatu di dalam lagi dashboard dan mengulurkanya padaku. "Mau bermain game? Kita akan tertahan semalaman, mungkin."
Aku menggeleng dan bergumam untuk perwakilan jawabanku. Aku mulai memindai sekeliling. Melihat beberapa orang berbincang dari jendela mobilnya, beberapa ada yang duduk di kap mobil dengan cerutu di jepitan jarinya, dan beberapa lagi menyibukan diri di dalam mobil. Seperti gadis berambut pirang yang bersandar pada kaca mobil tipe RV, yang dengan bosan membalik-balik kan majalah tanpa minat.
Aku bisa melihatnya, tak jauh dari posisi mobil Henn Dowhan berhenti. Seperti Déja Vú, aku membuka pintu mobil dan berjalan kearahnya. Bahkan aku menempelkan tangan ku pada kaca yang gadis itu sandari. Gadis pirang itu tersentak dan menatapku takut.
"Mom, ada orang aneh," cicitnya sambil menolehkan kepalanya pada wanita pirang dewasa yang duduk di kursi kemudi. Wanita yang sibuk dengan panggilan telepon, hanya menoleh kebelakang tempat anaknya merengek di bagian belakang RV.
"Usir saja dia, sayang," wanita pirang itu kembali fokus dengan panggilan teleponnya.
Saat aku menarik tanganku dari kaca karena Henn Dowhan menyentuh bahuku, aku seperti tersentak saat melihat kelibatan gadis pirang ini berteriak meminta tolong dan menggedor kaca karena seluruh ruang di dalam RV nya terbakar.
"Will- jangan melakukan hal aneh,"
"Tunggu dulu Henn. Aku merasa sesuatu," suaraku mencicit ragu. Aku kembali menempelkan tanganku ditempat tadi aku menempelkanya. Kelibatan itu kembali dengan tambahan lonceng berdenting dan ledakan besar didekat bus putih berloreng biru.
Aku menjauhkan tanganku dan membolak-balikan nya dengan heran. "Henn! Tunggu sebentar aku akan memastikan sesuatu!"
"WILL! HEY-!"
Aku memacu kakiku dan berlari mencari bus itu. Aku mendadak berhenti saat melihat satu truk muatan tiga puluh dua ribu mililiter bahan bakar gas metanol dengan tangki silver besar menggilap berhenti tepat di belakang bus putih berloreng biru.
"Hei! Kau supir! Buka pintu mu!" Aku menggedor pintu bus dan berteriak pada supir nya agar menbukakan pintu busnya untuk ku. "Kumohin cepat!"
Supir tersebut dengan bingung membukakan pintu untuk ku. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stregone's - I See Death [SEHUN EXO] [END]
FanfictionWilleon Calter dapat melihat. Melihat bayangan-banyangan pengantar manusia pada pangkuan tuhan. Bayangan yang menurut Willeon adalah malaikat maut. Bayangan hitam kelam yang melayang didekat manusia beberapa waktu sebelum mati. [COMPLETE] - FF EXO×B...