Mulai saat itu, aku mengalami sedikit perubahan. Aku mencoba lebih memahami keluargaku. Mereka menyadarinya dan juga meras senang dengan perubahanku ini.
"Are you okay?" Tanya kakakku Alina.
"Ya." Jawabku.
Alina datang mendekat dan memelukku.
"Dear, I'm very happy, liat kamu senyum lagi, dan sikap tenang seperti ini." Ujar Alina.
"Liu, I'm so sorry to say that, Aku merasa kamu ngga peduli sama aku, kamu sering berkata ini..itu, minum obat, ayo ke dokter, terapi dan.." Ujarku.
"No…I love you so much. Aku ingin kamu sembuh. Hanya itu, trust me." Sahut Alina.
"I'm fine, percayalah. Aku ngga sakit." Ujarku.
"Iya..tapi apa salahnya. Supaya kamu lebih sadar dan.." Ujar Alina
"Sadar...sadar kamu bilang, emang kamu pikir aku apa, mabuk, gila." Timpalku
"Tanu..tanu,please. Kamu mulai hilang kendali lagi, aku peduli tapi kamu." Ujar Alina
"Tapi aku apa...apa, sakit, gila atau apa. Aku hanya butuh support, kasih sayang, kepedu.." Sahutku.
"Aku support, aku peduli dan sangat amat super sayang kamu. Tapi kamu yang ngga ngerti, kamu yang ngga nyadar Tanu." Timpal Alina.
"Ngga ngerti apalagi Liu, kamu sengaja ngundang teman-teman kamu untuk membuat aku risih dimana pun kita tinggal, you don't safe me, saat semua orang mengatakan aku gila, dan menyuruhku bunuh diri… aku tetap bertahan demi diriku sendiri." Sahutku.
"Aku ngga pernah mengundang teman-temanku, apalagi membuat kebisingan yang buat kamu ngga nyaman, it's not me, kita udah desa, disini sunyi,jauh. Itu dari diri kamu sendiri. Tanu..dengar.." Ujar Alina.
Tiba-tiba, nenekku datang dan menenangkan kami dengan linangan air matanya, dan membuat aku keluh terdiam membisu.
"Sayang, kakakmu tidak seperti itu. Dia sangat menyayangimu nak. Dia sabar menjaga kamu sejak ibumu meninggal." Ujar Nenek
Nenek mendekatiku dan memeluku, lalu Alina juga memelukku.
"Dia sabar menghadapi tingkahmu ini, dengarkan dia. Semangatlah untuk hidupmu, jangan seperti ini. Oma tidak tenang." Sambung Nenek
"Tanu, we love you so much. Tidak ada yang bilang kamu gila, dan menyuruhmu bunuh diri. Ngga pernah ada, bahkan dipikiranku sekalipun." Ujar Alina sambil menangis tersedu-sedu.
"I'm so..so..sorry, I wanna try, untuk lebih tenang dan mengerti semuanya." Ujarku
Aku pun akhirnya tertidur. Keesokan harinya aku merasakan kepedulian mereka, yang seakan selama ini mataku buta tak melihatnya. Lalu aku teringat dengan Aryan, bahwa dialah yang telah membuka mataku.
Setuju untuk dibawa ke dokter, Alina mengajakku kembali ke Kota. Setelah seminggu, kami kembali ke rumah nenek di Desa. Aku berusaha mencari Aryan, tapi tidak ketemu dan akupun tidak tau dimana rumah. Hingga suatu hari, aku olahraga pagi dan bertemu dia lagi.
"Aryan, kamu..kenapa lama ngga keliatan?" Tanyaku
"Kenapa? Kamu rindu yaa sama aku." Ujar Aryan
"Hmm..ngga sih, cuma mau bilang makasih aja." Ujarku
"Bohong lagi, 1...2...3..senyum." Sahut Aryan
"Apaan sih kamu, suka gitu deh." Ujarku dengan malu
"Kan bener, kamu itu lemah sama aku." Ujar Aryan
"Iya deh, aku nyerah." Ujarku
"Kamu rindu aku kan sayang." Ujar Aryan dengan menatapku
"Sayang??" Sahutku sambil meliriknya
"Kamukan pacar aku." Ujar Aryan
Akupun terdiam, dan seketika suasana sunyi.
"Kamu kenapa, kok diem" tanya Aryan.
"Ngga papa, cuma aneh aja" jawabku.
"Aneh kenapa? Oh aku tau, kamu pasti ngga maukan sama aku, karena aku bipolar?" Tanya Aryan.
"Bukannya aku ngga mau, bukan gitu" jawabku.
"Berarti kamu maukan, yes.. I love you sayang" ujar Aryan dengan riang.
"Kamu tinggal dimana?" Tanyaku
"Mau tau, sini aku ajak kamu" jawab Aryan lalu memegang tanganku dan mengajakku ke rumah pohonnya
"Kamu tinggal sendiri disini, bagus loh rumahnya." Ujarku
"Yaa gitu deh, anak introvert." Ujar Aryan
Kami pun sering menghabiskan waktu bersama di rumah pohon Aryan tak jauh dari taman.Banyak hal yang kami lakukan berdua.
"Aryan, kamu ngga takut apa tinggal sendiri?" Tanyaku
"Kamu ngga mau beri aku nama kesayangan gitu." Ujarnya
"Ha? Apa?" Jawabku dengan malu
"Sesuatu yang berbeda, karena berbeda itu spesial kan." Ujar Aryan
"Gimana kalo Aan, berbedakan." Gurauku
"You're so sweet Timtim." Ujarnya
"Timtim?? Kok beda banget." Ujarku dengan heran
"Sangat berbeda, berarti sangat spesial." Ujarnya
Canda gurau kami sehari-hari, seperti layaknya orang yang dimabuk asmara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story : Delusion
Teen FictionKisah tokoh Aku, yang bernama Titania yang menderita akan suatu penyakit dan juga jatuh cinta. Mengiring delusi yang tentu sangat menyakitkan jiwa,tapi harus melawannya. Goyahnya cinta dan kasih sayang didalam keluarga, karena ego yang menjelma dan...