Hari dimana aku hendak pergi ke Kota. Aku mendatangi rumah Aryan. Namun, tidak menemuinya disana.
"Aan..An..Aryan..kamu dimana? disekitar sini ya?" Teriakku mencarinya
"Sudahlah, mungkin dia sedang pergi" ujar Alina
"Liu, kamu tuh emang ngga suka ya sama Aryan. Bantu cari kek, Lo tuh yaa.." ujarku yang mulai marah
"Bukan gitu. Iya..iya aku bantu cari." Ujar Alina
Setelah beberapa menit, kami tetap tidak menemukan Aryan. Kami pun kemudian bergegas menuju Kota.
"Kak Liu, aku takut. Gimana kalo ini ngga berhasil." Ujarku
"Kita udah usaha, berdoalah agar ini berhasil." Ujar Alina
"Iya, Non. Karena keberhasilan sesuatu itu dari diri sendiri loh. Non yang semangat yo." Sahut supirku Pak Gatot
"Makasih ya pak" Sambungku
"Sama-sama, Non" Sahut Pak Gatot
Sampai di Kota, semuanya kian membaik. Kondisiku, hubungan antara aku dan kakakku Alina. Alina mengambil peran ibu dalam hidupku. Dia yang menyiapkan segala keperluanku.
Suatu hari, aku berusaha bangun sepag mungkin. Untuk melihat seperti apa Alina mengurus semuanya dengan senyuman. Saat aku bangun, aku melihat Alina sedang menyapu sambil menari-nari. Dia yang tidak menyadari jika aku telah melihatnya dalam semenjak beberapa menit yang lalu sontak terkejut mendengar suaraku.
"Menari bu?" Candaku
"Ngga...lagi nyapu kok, heheh." Ujarnya dengan gugup
"Oh...nyapu, tapi sambil menari dan mengobrol dengan tuan penyapu ya…" Sahutku
"Tumben, bangun sepagi ini. Kenapa?" Tanya Alina
"Mau tau aja, apa yang Liu lakukan dan kenapa semuanya bisa beres." Jawabku
"Oh..heran ya.. biasa, aku hebatkan." Timbalnya sambil mengangkat kedua alis
"Wuu, mulai lagi." Sahutku
"Yaudah aku bikin sarapan dulu, mau lihat juga. Ayo kita ke dapur Chef Alina, heheh" Ujarnya
Alina mengajariku memasak, diseling dengan kejahilannya. Memecahkan telur dikepalaku, sehingga mukaku penuh dengan telur. Alina yang spontan lalu membersihakan wajahku dengan kain pembersih kompor.
"Kok bau sih." Ujarku menahan muntah
"Kok hitam sih. Yaampun, ini kain pembersih kompor." Ujarnya lalu perlahan menjauh dariku
"Alina..iiihh." Ujarku lalu pergi ke kamar mandi
Setelah semuanya telah siap, kami sarapan bersama. Kemudian siang harinya, Aku pergi terapi. Seperti biasa, Alina menemaniku pergi.
"Good luck, dear." Ujar Alina
"Thank you so much Liu." Sajutku lalu memeluknya
"Go..masuklah. Dan bersungguh- sungguhlah melakukannya, agar cepat sembuh." Ujar Alina kemudian pergi ke suatu ruangan yang berbeda dengaku
Setelah selesai terapi, aku keluar ruangan dan melihat Alina masih didalam ruangan lain bersama seseorang. Kemudian kami pulang ke rumah.
Hari-hariku seperti itu, berulang-ulang untuk melakukan terapi selama 3 Bulan. Akhirnya kondisiku dinyatakan sangat membaik dari sebelum-sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story : Delusion
Teen FictionKisah tokoh Aku, yang bernama Titania yang menderita akan suatu penyakit dan juga jatuh cinta. Mengiring delusi yang tentu sangat menyakitkan jiwa,tapi harus melawannya. Goyahnya cinta dan kasih sayang didalam keluarga, karena ego yang menjelma dan...