Suatu hari saat di rumah, penyakitku kambuh. Aku mulai tidak terkendalikan. Kakakku Alina dan Nenekku berusaha menenangkanku, tapi aku semakin kesal lalu mengunci diri di kamar. Saat aku membuka mata, aku melihat Aryan sudah ada didepanku.
"Hai Timtim, sadarlah aku disini..selalu bersamamu" ujar Aryan
"Aan, ini sangat mengerikan. Please help me, aku tidak bisa tahan ini..." Ujarku kepadanya
"Stt..stt.. calm down, tenang...tarik napas dan istirahatlah. Hidupmu sangat berharga, bagi Kamu, Aku, Oma dan Alina. Sekarang tidur ya,Okay…" Ujar Aryan
"Really" Sahutku
"Hamesha, Dunia kita berdua sekarang adalah Hamesha..ha." Ujar Aryan haru
"Hamesha?" Tanyaku
"Hamesha, artinya selalu" Jawab Aryan sambil menghapus air mataku
Akupun tenang dan tertidur.
Saat terbangun, aku mencari Aryan. Ketika keluar dari kamar, aku melihat Alina dan Nenek yang sangat khawatir duduk dikursi yang berada didepan kamar.
"Are you okay?" Tanya Alina.
"Not really." Jawabku
"Udah minum obat?" Tanya Nenekku
"Belum." Jawabku sambil melihat sekeliling mencari Aryan
"Oma ambillin dulu obatnya." Ujar Nenek lalu pergi mengambil obat.
Kemudian aku meminum obat, lalu terlelap lagi.
Malam harinya, seperti biasa kami makan malam bersama.
"Aryan, kapan pulang?" Tanyaku
"Aryan?" Tanya Nenekku
"Aryan, hmm…ngga tau." Jawab Alina
Setelah makan, akupun bergegas ke kamar. Seperti biasa Alina datang ke kamarku dengan membawa obat-obatan itu.
"Tanu, Liu boleh nanya ngga?" Tanya Alina
"Tanya apa?" Tanyaku
"Hmm...Aryan." Ujar Alina
"Oh..soal Aryan. Dia baik, sangat baik. Dia yang nenangin aku tadikan, dia seperti obat bagiku." Ujarku
"Dia beneran sering ke sini?" Tanya Alina lagi.
"Kadang-kadang, mungkin pas Liu lagi diluar. Jadi ngga pernah ketemu. Lain kali aku ajak dia ke sini lagi deh." Ujarku
"Ya..nanti ajak makan malam sama kita." Ujar Alina
"Eh.. tunggu. Sepertinya dia ngga mau deh, dia itu introvert sama kayak aku. Jadi susah diajak dikeramaian." Ujarku
"Oh..pantesan sering sembunyi-sembunyi yaaa." Gurau Alina
"Yahh..gitu deh, heheh." Ujarku
"Udah, ni minum obatnya. Habis itu, tidur." Ujar Alina lalu keluar dari kamar
Keesokanharinya, aku pergi ke rumah pohon Aryan. Disana aku melihat Aryan duduk terdiam menangis, seperti biasa saat penyakitnya kambuh. Dia menjadi gundah, seperti putus asa.
"Aku ngga tau, kenapa ini benar-benar mengganggu. Aku terkadang sangat bersemangat, terkadang sangat putus asa. Aku mau pergi saja dari dunia ini." Ujar Aryan
"Heii..hei, c'mon. Kamukan yang ingatin aku kalo hidup itu berharga. Kamu harus semangat terus, aku disini..selalu bersamamu." Ujarku
"Hamesha?" Ujar Aryan.
"Hamesha." Ujarku menenangkannya.
Itulah kami, seperti itu. Saling mendukung, dimana saat penyakitku kambuh dia selalu ada disamping aku. Begitu juga sebaliknya.
Aryan mulai sering main ke rumah Nenek. Walaupun awalnya Nenekku dan juga Alina bersikap dingin seperti tidak menyukainya. Tapi aku yakin, lama-kelamaan mereka akan menerima Aryan.
"Liu..Oma, kenalin Aryan yang aku ceritain." Ujarku mengenalkannya
"Aryan?" Sahut Nenek
"Oh..Hai." Sapa Alina
Nenek kemudian bergegas ke kamarnya
"Nice to meet you." Ujar Aryan
Alina tersenyum kecil kepadaku
"Aku pergi dulu." Ujarnya lalu menuju ke kamar nenek
Kemudian kami duduk di pavilion dibelakang rumah nenek. Mengobrol, bercanda gurau seperti seorang teman, sahabat, kekasih. Kami saling peduli dan saling mengerti.
Tiba-tiba Aryan berkata
"Jika aku tiada, kamu harus tetap semangat hidup ya." Ujarnya dengan sendu
"An, kenapa ngomong itu? Aku..eh..ngga..hmm.." Aku menjadi gugup
"Ya..kalo aku kambuhkan aku ngga tau. Gejala dari gangguan ini sangat membahayakan bagiku." Sambungnya
"Ngga, aku akan selalu ada, selalu bersamamu." Ujarku dengan haru lalu memeluknya
Aku menangis kecil dipelukannya. Dia mencoba menenangkan dengan kegombalan-kegombalan recehnya itu
"Sepertinya, aku harus sering-sering ngomong ini, supaya dipeluk kamu..hihih." Guraunya
"Jadi kamu, awas ya.." Ujarku
Akupun melepaskan pelukan lalu memukulnya. Kami bercanda gurau, bermain-main, bersenang-senang.
Pada malam hari, seperti biasa aku harus minum obat. Alina mulai sering bercerita tentang kegiatannya. Aku menyadari begitu besar kasih sayangnya.
"Liu, makasih ya.. udah mau jaga aku, dengan sabar dan penuh kas.." Ujarku
"Dear, aku akan selalu berusaha yang terbaik untukmu, sekarang minum obat dan tidur." Ujarnya lalu mencium keningku
Aku merasa sangat bahagia. Bahkan mulai saat itu, mimpi burukku hilang digantikan dengan mimpi yang sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story : Delusion
Teen FictionKisah tokoh Aku, yang bernama Titania yang menderita akan suatu penyakit dan juga jatuh cinta. Mengiring delusi yang tentu sangat menyakitkan jiwa,tapi harus melawannya. Goyahnya cinta dan kasih sayang didalam keluarga, karena ego yang menjelma dan...