Secara ajaib, mendekati pertengahan semester di SMA Negeri Herlang, tersebutlah Alimuddin terpilih menjadi ketua OSIS setelah menang melawan kotak kosong. Sohib Ican yang dulunya acuh tak acuh mengenai keadaan sekolah ini, menjadi murid nomor satu dan pemegang keputusan pertama pada semua kegiatan organisasi intra siswa. Ican yang diusul Pak Haeruddin sebagai calon ketua menolak maju hingga secara sepihak ditempatkan sebagai wakil ketua oleh Alimuddin.
"Kau tau lah, aku ini impoten. Syukur-syukur kita punya ketos! Aku bantu kau dengan seluruh kemampuanku," tukas Ican melihat kegusaran sohibnya itu.
"Ketos itu apa, Can?"
"Astaga, Alimuddin, Ke-tos, Ketua OSIS, we!"
"Ya, mana aku tahulah. Aku kan baru. Pokoknya harus kau bantu aku, Can. Harusnya kau yang ditunjuk, tapi malah alihkan ke aku."
"Pastilah kubantu, kan aku wakilmu. Urusan kerja program, serahkan padaku. Urusan komunikasi, kau yang urus sebab aku mana mampu bicara sama si Sindi yang jadi Koordinator Bidang. Melihat sepatunya saja aku mau muntah!"
Tergelak Alimuddin mendengar penderitaan sohibnya itu. "Oke oke. Gampang itu. Eh, bagaimana keikutsertaan kau di Kemah Pelajar itu?"
"Mau tak mau harus ikut. Kemah Pelajar kali ini mengangkat tema sosial, ya akhirnya aku yang anak IPS ditunjuk. Lagi pula anak-anak IPA yang sok-sokan kemarin kan tidak dapat kepercayaan dari Pak Haeruddin sama Kepala Sekolah lagi."
"Salah sendiri terlibat money politic! Baru juga pemilihan Ketus!"
"Ketos!"
"Nah itu!"
"Tau kau apa itu money politic?"
"Money Politic artinya banyak polisi! Makanya mentang-mentang anak polisi, si Appol murid IPA itu mau langsung menang jadi Ketus!"
"Ketos!"
"Nah itu!"
"Tapi, bukan itu artinya money politic. Money Politic itu artinya politik uang! Menggunakan uang atau sogokan demi memperoleh jabatan! Contohnya si Appol itu yang sogok anak-anak kelas satu pakai Coki-coki satu batang!"
"Coki-coki kan bukan uang!"
"Coki-coki kan dibeli pakai uang! Dan apapun itu, kalau sifatnya sogokan untuk dapat jabatan masuk kategori money politic, Alimuddin! Bahkan meski itu Coki-coki satu buah!"
"Busuk sekali, ya! Memanfaatkan kepolosan murid baru untuk meraup suara."
"Nah!"
Nun di dekat tiang teras kelas, seorang murid perempuan memerhatikan pembicaraan mereka.
"Alimuddin, itu siapa?" tanya Ican risih.
Belum mendapat jawaban, Alimuddin lekas berdiri. Sampai heran Ican melihat tingkah kikuk sohibnya itu. Dengan senyum malu-malu Alimuddin berkata, "Namanya Mariawati. Anak kelas satu. Kau pulang sendiri dulu hari ini ya, Can. Aku ada urusan."
Ican hanya bisa duduk terpaku menyaksikan Alimuddin menghampiri murid perempuan itu. Kemudian mereka pergi berdua bergandengan tangan.
Ican merasa pernah melihat kawan baru Alimuddin itu. Ah! Dia mulai mengenalinya, Alimuddin gawat! Itu Mariawati anaknya Pak Camat!
***
Kemah Pelajar Nasional yang dimaksud itu adalah sebuah kegiatan nasional yang baru dua tahun diadakan, termasuk tahun ini. Tema perhelatan banyak menyangkut masalah sosial budaya. Olehnya itu, banyak sekolah menunjuk murid paling gemilang mereka dari jurusan IPS meski tidak ada larangan pula mengikut sertakan murid dari IPA.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINKARNAIRA YANG BERTAMU DI HALAMAN HATIMU
RomansSetelah sumpah keramatnya terlontar, Ican merasa betul-betul dikutuk menjadi lelaki batu yang tidak bisa membuka hati pada perempuan lagi. Pada diri yang semakin dingin, Ican berjuang menemukan siapa saja perempuan yang mampu mengetuk perasaannya.