Sebuah Mimpi

19 9 0
                                    

Ajari aku untuk melupakan sesuatu yang dulu dan awali aku dengan pertemuan yang baru!

~Mentari~

***************************************

"Bu Mentari sayang sama ibu."  Ujar Mentari yang mentenggelamkan kepala dipangkuan ibunya.

"Ibu juga sayang sama kamu Na." seraya mengelus rambut Putrinya.

Mentari bangun dari pangkuan ibu dan duduk menatap lekat wajah ibunya.

"Bu, Ayah gak sayang sama mentari."

Ibu tersenyum dan memebelai pipi Mentari. "Setiap orang tua pasti sayang terhadap anakanya."

"Mentari ikut ibu ajah ya?" Pintanya.

"Mentari, perjalanan kamu masih panjang sayang!"

"Tapi aku mau ikut ibu aja." Rengeknya.

"Enggk sayang!" Meraba tangan mentari. "Kamu harus tetap disini! kejar impianmu yang belum tercapai."

"Mentari gak bisa tanpa ibu."

"Kamu bisa Na, Cita cita kamu ingin menjadi Dokter kan? Dan ingin membahagiakan Ibu sama Ayah juga?"

Mentari mengangguk. "Iyah, tapi dulu semenjak ibu ninggalin Mentari disini, Mentari udah mengubur dalam-dalam Cita-Cita Mentari untuk menjadi seorang dokter."

Ibu mengecup puncuk tangan Mentari. "Gak ada istilah ibu pergi, Cita-cita kamu tidak tercapai, masih ada Ayah sayang ,yang  selalu ada disisimu."

"Ayah gak sayang sama Mentari, Ayah hanya sayang sama Kak Marchel dan Memei bu." Ujar Mentari yang kini sudah menangis.

"Enggk sayang, dengerin ibu Na! Mentari sayang kan sama Ibu?"

"Banget Bu, Mentari sayang pake Cinta."

"Komplit ya he he he." Ibu tertawa pelan seraya menghapus benih airmata yang ada dipipi Mentari.

"Ibu," rengeknya. "Ibu jangan pergi! Disini aja ya sama Mentari, Mentari kangen Dipeluk ibu, diboboin sama ibu!"  Pinta Mentari.

Ibu menyentil hidung mancung anaknya. "Kamu udah besar masih aja pengen diboboin sama ibu, manja kamu hehe."

Mentari berhambur dipelukan ibunya. "Mentari ikut ibu aja, mentari gak mau jauh-jauh dari ibu, Mentari gak mau ditinggal lagi, hiks hiks hiks." Menangis.

"Ibu sama kamu sekarang udah beda sayang, gak bisa seperti dulu lagi." Tuturnya.

"Maksud ibu?" Mentari mendongak menatap ibunya.

"Kamu tau ko dimaksud ibu." Tersenyum.

Ibu berdiri dan melepaskan pelukan sang anak. "Ibu harus pergi, waktunya ibu kembali."

Mentari menggeleng. "Enggak," Elaknya.  "Ibu harus tetap disini temani mentari!"  Mentari menghusap airmatanya.

Ibu tersenyum. "Kamu harus bangkit sayang! Kamu bisa tanpa ibu."

"Enggak,Enggak,Enggak.  Ibu gak boleh pergi hiks..." lirihnya.

"Dengerin Ibu sayang! Ibu namain kamu dengan nama Mentari supaya kamu enggan seperti matahari menyinari dunia, memberi warna. Matahari sendiri menyinari bumi yang begitu luas walau ia sendiri, ia bisa sayang, seperti ibu namain kamu. kamu pasti bisa! kamu juga bisa kaya Matahari! Bangkit sayang bangkit!!"

Mentari KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang