1 | Renjun.

2.9K 428 934
                                    

"Hari ini kamu pulang jam berapa? Ada pelajaran tambahan engga?" Aku yang sedang memakan siomay dengan lahap seketika melihat ke arah lelaki yang bertanya padaku. Dia adalah Renjun, orang yang pertama kali aku kagumi sejak pandangan pertama. Ah, kedengarannya memang sangat klise, namun percayalah bahwa proses untuk mendapatkannya sampai saat ini sangat sulit.

"Jam ... tiga sore. Tenang Kak, hari ini aku engga ada kelas tambahan, jadi kita bisa pulang bareng." Aku tersenyum di akhir ucapan, dan Renjun hanya membalasnya dengan anggukkan kepala.

"Jun, ikut gue sebentar." Kami berdua menatap lelaki yang berjalan ke arah kami dengan terburu-buru, deru napasnya pun tak beraturan. Dia adalah Mark, sahabat sekaligus teman main Renjun sejak kecil.

"Ada apa sih? Ganggu orang lagi pacaran aja." Walaupun berbicara dengan nada yang ketus, Renjun tetap mengikuti arah langkah Mark ke tempat yang cukup jauh untuk aku dengar isi percakapannya.

Sejujurnya, aku juga tidak memperdulikan hal itu, mungkin saja mereka hanya akan membahas masalah 'lelaki ' yang katanya para wanita tidak boleh mengetahuinya. Tak lama, Renjun kembali dengan wajah yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Kini wajahnya tampak lesu dan murung seperti orang yang bimbang terhadap sesuatu.

"Kak, kamu kenapa?" Aku bertanya sembari memegang punggung tangannya.

Renjun memberiku secarik kertas yang aku yakin disanalah alasan wajah lelaki bermarga Huang ini terlihat berbeda. Aku mengambil kertas itu dari tangannya, lalu mulai membacanya dan menghentikan kegiatanku yang sebelumnya sedang memakan siomay.

Selamat kepada Mark, Renjun, Jaemin, dan Hendery karena mulai pekan depan kalian akan mengikuti bimbingan untuk lomba basket yang akan diadakan di California pada bulan Juli. Mohon dipersiapkan sebaik-baiknya, karena sebelumnya pihak sekolah telah mengonfirmasi hal ini kepada orang tua/ wali kalian. Terima kasih.

Kini aku mengerti alasan wajahnya yang sekarang terlihat murung dan lesu, karena disana namanya terdapat di antara sahabat-sahabatnya yang sama-sama mengikuti lomba basket. "Boleh engga sih aku coret nama Renjun dari kertasnya? Aku beneran engga mau ikut."

Aku hanya dapat menggelengkan kepala mendengar perkataan Renjun. Renjun terlihat sangat tidak suka dengan kabar ini padahal dari sekian banyaknya murid telah berusaha mencoba mendapatkan kesempatan yang terbilang langka. Dan satu lagi, waktu keberangkatannya masih cukup lama, sekitar delapan bulan lagi. Itu yang aku tahu dari salah satu teman kelas.

Renjun meraih tanganku lalu menggegamnya cukup erat, membuat arah mataku melihat ke arahnya. "Selama aku engga ada, jangan centil. Jangan dekat-dekat sama Kai, aku engga suka."

"Maksudnya Kai Kamal?"

Renjun mengangguk dan aku tertawa karenanya. Huh, Renjun ini lupa atau bagaimana?

"Kamu lupa kalau aku sama Kamal memang saudara sepupu?"

Renjun menepuk jidatnya lalu tersenyum. Kali ini ia terlihat jelas sedang malu. Tentu saja. Kai Kamal adalah saudara sepupuku sejak kecil, apakah Renjun harus cemburu padanya dan menyuruhku untuk menjauh dari Kamal?

"Maksudku, kamu jangan terlalu dekat sama Beomgyu. Ya, Beomgyu! Aku ingat namanya."

Ah, Beomgyu!

Sedikit cerita, Beomgyu adalah sahabat Kamal yang terkenal dengan tingkat kepercayaan dirinya yang luar biasa dan juga terkenal dengan dirinya yang hobi bermain drum. Awalnya aku nyaman-nyaman saja ketika berada di dekat Beomgyu, namun akhir-akhir ini aku baru mengetahui bahwa ternyata Beomgyu menganggapku lebih dari seorang kaka perempuan. Beomgyu menaruh perasaan lebih padaku dan itulah yang membuat Renjun bersikap seperti tadi.

𝑇ℎ𝑎𝑛𝑡𝑜𝑝ℎ𝑜𝑏𝑖𝑎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang