PART I-awal

4 2 0
                                    

Cahaya adriana alice atau kerap disapa cahaya oleh semua orang. Ia bangkit membenarkan seragam sekolah yang sudah terbalut di tubuh mungilnya. Tak lupa ia memekai pita kecil berwarna pink kesukaannya itu.

"Bun cahaya berangkat" ucapnya sambil menyalim tangan sang bundanya tersayang.

"Hati-hati kak ca" ucap bundanya sambil melambaikan tanggannya ke arah anak kesayangan satu satunya itu dan dibalas senyuman dengan cahaya.

Cahaya pergi dengan tas selempangan yang dia atur di bagian kiri. Senyumnya tak pudar sedari tadi menyapa orang-orang yang menyapanya dengan ramah sambil menyanyikan lagu kesukaanya yang judulnya lemon tree.

Tes....

Rintik air hujan mengenai kulit putihnya. Cahaya mendongak keatas sampai beberapa butir air dari langit mengenai pipi polosnya. Cahaya berlari sambil menaruh tas selempangannya di atas kepalanya untuk mencari tempat berteduh untung saja tas yang ia gunakan tahan terhadap air jadi tak menembus masuk kedalam buku-bukunya.

Hujan semakin lebat cahaya mundur agar tak mengenai air hujan di tempatnya berteduh.

Cahaya merasakan tubuhnya bersentuhan dengan seseorang. Cahaya melihat kebelakang, ada seorang cowok yang seumuran dengannya mungkin sedang berteduh juga.

"Maaf"ucap mereka serentak.

"Eh harusnya aku yang minta maaf" ucap mereka serentak lagi.

Detik krmudian mereka tertawa bersama."kamu duluan aja deh yang ngomong"

Cahaya tersenyum dengan cowok yang ada di depannya itu " aku cahaya dari SMP Pancasila" ucap cahaya memeperkenalkan dirinya sopan.

Ucapan cahaya dibalas senyuman dengan cowok itu " aku pilar " ucapnya hanya menyebutkan namanya.

Cahaya tak mau tau lebih lanjut mungkin ada alasan mengapa pilar hanya menyebutkan namanya saja.

Hening tak ada lagi percakapan diantara mereka setelahnya. Sampai pilar membuka suaranya kembali.

"Ee.e hu..hujannya belum reda ya ca?" Tanya pilar gugup mungkin cowok itu ingin membuka percakapan dengan cahaya. Tapi kenapa harus sambil menggaruk tengkuknya didepan cahaya. Pilar terlihat sangat manis sekarang ditambah lagi dengan rona merah muda dipipi putinya sekarang.

" eh iya hujannya belum reda" deg degan itulah yang dirasakan cahaya sekarang. Apa ini? Apa yang sedang dirasakan cahaya, tak mungkinkan anak kelas tujuh sudah jatuh cinta? Apa dia terkena serangan jantung? Entahlah yang pasti ia akan berbicara dengan mamanya nanti.

Hujan perlahan reda. Cahaya melihat kearah jam tangan pink miliknya sudah menunjukkan pukul 07.15 yang artinya kini siswa siswi pasti sudah berbaris dilapangan.

Pilar terlihat masih memegang tengkuk lehernya dan masih tetap menundukkan kepalanya.

Cahaya berlari sambil melihat kebelakang beberapa kali dan melambaikan tangannya ke arah pilar.

"S...sampai ju..jumpa cahaya" ucap pilar masih dengan gugupnya sampai membuat cahaya tertawa.

"Ca..."

"Caa...."

"Brakkk... cahaya" gebrakkan meja yang dibuat kristal membuat cahaya kaget dari lamunannya.

"Loh aku dimana?" Ucap cahaya ngaco sambil melihat kekanan-kekiri melihat seisi kelas yang terlihat ramai.

"Makannya ca, jangan nghayal mulu lo" ucap kristal kembali mengambil buku catatannya yang untuk menggebrak meja tadi.

Cahaya baru ingat sekarang adalah mata pelajaran olahraga. Tapi karna guru olahraganya alias pak asep tidak masuk karna sakit jadilah anak-anak IPS-II boleh melakukan hal bebas.

Sementara yang duduk di samping cahaya sekarang adalah kristal candine. Sahabat cahaya dari kelas VII SMP itu. Cahaya sudah menebak pasti sekarang kristal sedang menulis untuk novel karya terbarunnya.

"Pilar kapan cahaya bisa jumpa kamu lagi?" Batin cahaya sambil menatap keara pintu kelas yang terbuka lebar membuat angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Karna cahaya dan kristal duduk di barisan paling depan tepat didepan meja guru.

.....

Nah loh yaa haha....

Siapa yang suka?
Gda ya. oh yaudah

573 word

CAHAYA ADRIANA CANDINE

PILAR ATMAJAYA

pilar cahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang