Psycho Boyfriend - 20

129K 10.6K 1K
                                    


"Raka!" panggil Gisel dengan sedikit berteriak.

"Ada apa?" tanya Raka yang kini sudah berada di depan pintu kamar mandi.

Gisel menyembulkan kepalanya, ia tampak ragu untuk mengatakan kemauannya.

"Anu ... em ...." Gisel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia malu untuk mengungkapkan tujuannya memanggil Raka.

"Ada apa?" tanya Raka sekali lagi.

"Em, aku datang bulan," ujar Gisel dengan sangat lirih membuat Raka tak dapat mendengarnya.

"Katakan kemauanmu dengan jelas!" sentak Raka tak bisa sabar.

"Ck, aku kan malu," gerutu Gisel dalam hati.

"Malu kenapa?" tanya Raka membuat Gisel langsung menatap laki-laki itu.

Gisel berdecak, ia lupa jika Raka bisa membaca isi hatinya. Tak lama senyumnya terbit ia akan mengungkapkannya di dalam hati saja Raka pasti mendengarkannya.

"Aku datang bulan beliin pembalut ya." Gisel tersenyum malu.

"Ha?!"

"Pem-pembalut? Pembalut itu apa?" tanya Raka bingung, ia tidak mengerti dengan hal seperti itu.

"Ck, cari aja di google," ujar Gisel ketus, ia langsung kembali memasukan kepalanya ke dalam kamar mandi,  melepaskan pakaiannya dengan hati dongkol.

Sementara Raka kini sedang mengotak atik ponselnya.

"Aku kan laki-laki. Apa aku harus membeli ini untuknya?" gumamnya bingung. Sangking bingungnya ia sampai menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

Sebuah ide melintas di kepala Raka membuat ia tersenyum, langsung saja ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar adiknya.

Tok ... tok ... tok ....

Raka mengetuk pintu dengan kuat tapi tak membuat adiknya keluar juga.

"Maaf, Tuan. Nona sudah pergi ke rumah nyonya," ujar seorang maid yang tak sengaja lewat.

Raka menoleh sebentar kemudian menjawab ucapan pembantunya dengan deheman.

"Hm, kau boleh pergi."

Raka berjalan memasuki kamar di depannya itu, ia membuka lemari dengan berharap apa yang ia cari ada di situ.

"Tuan mencari apa?" tanya maid yang memang sedari tadi belum pergi.

"Pembalut," jawab Raka tanpa menoleh, ia terus membuka pintu lemari itu satu persatu.

"Ha?! Tapi untuk siapa, Tuan?"

"Ck, untuk Gisel. Apa kau berpikir aku juga memerlukan barang seperti itu?" Kini Raka sudah sepenuhnya menghadap ke arah maid yang berada di belakangnya itu, entah sejak kapan pembantu itu memasuki kamar.

"Lancang! Siapa yang menyuruhmu masuk hah?!" bentak Raka.

"Maaf, Tuan. Saya hanya niat membantu, biasanya non Karin menyimpan pembalutnya di dalam laci," ujar maid itu dengan tubuh bergetar.

Raka segera membuka laci nakas yang berada tak jauh dari ranjang.

"Akhirnya ketemu juga," gumamnya tersenyum cerah. Raka langsung mengambil barang itu kemudian membawa barang itu menuju kamar pribadinya.

Klek.

Pintu yang semula tertutup kini terbuka lebar. Senyum senang mengiringi langkah kaki Raka yang lebar. Laki-laki itu tampak senang karena telah mendapatkan apa yang gadisnya minta.

Psycho Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang