Psycho Boyfriend - 10

155K 13.6K 1.2K
                                    

Gisel terus menatap wajah Raka yang kini tengah tidur di atasnya, memang setelah mengobati pipi Gisel ia langsung tidur.

"Berat banget sih," gerutunya.

Ia terus menggeser tubuhnya ke samping dan ....

Bruk!

Tubuh Raka berhasil dijatuhkannya, tapi tidak jatuh ke lantai loh. Sofa itu memang cukup besar hingga muat untuk dua orang.

Raka sedikit terusik dari tidurnya membuat Gisel sedikit was-was.

"Berat ya?" tanya Raka tiba-tiba membuat Gisel sedikit terkejut.

"Eh, iya. Maaf, kamu kebangun ya?"

"It's okay."

Raka memeluk tubuh Gisel kemudian tak lama ia kembali tertidur.

Gisel menghela nafas lega kemudian dengan hati-hati ia mengambil HP Raka yang berada di atas meja.

Ia menghidupkan HP itu kemudian mencari aplikasi camera.

"Nggak dalem-dalem banget lukanya, tapi perih banget," ujarnya ketika melihat lukanya dari HP Raka.

"Pipi gua mulus jadi kek gini, gua buang pisaunya dia marah nggak ya?"

Gisel kembali menaruh HP Raka di atas meja, kemudian ia beralih mengambil pisau lipat Raka yang berada di saku celana jeans-nya.

Ia melepas pelukan Raka dengan hati-hati.

"Kalo gua buang terus dia marah gimana dong?"

"Gua sembunyiin aja deh, jadinya kalo marah nanti gua kasih lagi."

Gisel terus berfikir di mana ia harus menyembunyikan pisau Raka. Matanya tak sengaja melihat sebuah laci, kemudian dengan cepat ia membuka laci itu untuk menyembunyikan pisau Raka.

Ia menelan saliva-nya susah payah ketika melihat berbagai macam pisau dari yang kecil sampai yang besar.

Ia segera menutup laci itu kemudian kembali merebahkan tubuhnya di samping Raka.

Raka langsung memeluk Gisel bagaikan bantal guling, pelukan yang cukup nyaman membuat Gisel juga ikut tertidur.

Raka membuka matanya dan tersenyum miring, ia mengambil pisau lipatnya yang berada di tangan Gisel.

"Kau mulai nakal rupanya," gumannya pelan sambil kembali memasukan pisau kesayangannya pada saku jeans-nya.

Raka memandang wajah Gisel, ia memegang pelan luka yang ia buat.

"Asal kau tau, hasrat membunuhku hilang saat bersamamu. Aku bisa berjanji untuk tak membunuh lagi, tapi aku tak bisa berjanji tak memainkan pisauku padamu saat aku marah. Jadi tolong jangan membuatku marah, sayang."

Raka mencium luka Gisel, kemudian ia kembali memejamkan matanya menyusul Gisel yang telah memasuki alam mimpinya.

Gisel terbagun dari tidurnya, ketika merasakan beberapa tetesan air jatuh di wajahnya.

Ia membuka matanya dan mendapati Raka yang tengah tersenyum manis.

"Aaa .... Raka!" Gisel langsung menutupi wajahnya dengan selimut, ketika melihat tubuh Raka yang hanya dililit oleh handuk yang hanya sampai pinggangnya.

Raka hanya terkekeh, kemudian membenarkan letak rambutnya yang basah.

"Mandi sana! Udah sore," ujar Raka kemudian pergi untuk memakai baju.

Gisel menurunkan selimutnya perlahan dan sudah tak menemukan Raka.

Huf ... Gisel menghela nafas lega.

Psycho Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang