2

49 6 4
                                    

Aku duduk dikantin kampus bersama nanda. Seperti hari hari biasa, aku duduk diam menatap layar hp sambil menjadi pendengar setia nanda yang bercerita apa saja. Bosan sekali aku ngrasain hidup, untung aja masih ada umi, abi, risa dan mbak farah yang masih suka menghiburku walaupun hanya lewat layar hp.

Tiba tiba nanda menghentikan ceritanya, tak tau mengapa. Aku juga gak terlalu memeperhatikan, tetap fokus memandangi foto mas arra dihpku.

"hai..." sapa nanda dengan suara bahagianya.

"hm..." aku hanya mendehem pertanda aku masih mendengarkan nanda.

"kenalin, namaku nanda." lenal nanda. Membuatku berhenti menatap layar hp bingung.

"kenapa sih nda?" tanyaku menatap nanda bingung, tapi tunggu. Nanda mengulurkan tangannya kedepan, segera kuangkat kepalaku mengikuti arah tangan nanda.

"gue atta abraham." jawabnya.

Seketika aku mendelik kaget, wajah yang tak ingin kulihat ini kenapa kulihat lagi? Nama yang tak ingin kudengar kenapa ludengar lagi?

"lo bisa manggil gue abra." lanjutnya tersenyum manis melirikku. Aku semakin terbelalak menyadari nama panggilannya, jadi dia cowok yang selama ini dicritain sama nanda dan menjadi idola sekampus? Abra adalah atta abraham? Astaghfirullahaladzim, kutundukkan kepala sambil memegangnya. Aku tak boleh menatap abra lama, penampilan abra lebih parah dari alnord. Tapi tampannya juga lebih parah, bila aku tak mempertebal imanku bisa masuk kelubang maksiat yang sama aku.

Tapi aku sadar disinilah ujianku, disaat rumah tanggaku buruk Allah mengirimi penggoda untuk menggoyahkan imanku.

"gue atta abraham, lo bisa panggil gue abra. Boleh kenalan?" kata abra sekalian bertanya dan mengulurkan tangannya didepanku.

"gak boleh." jawabku sekenanya segera bangkit dan pergi.

"duluan nda." pamitku sambil melangkah pergi. "Assalamualaikum." salamku terus melangkahkan kakiku mencari tempat selain didekat abra, jauh dari jangkauannya.

Akhirnya kuputuskan keluar dari area kampus menunggu angkutan umum untuk segera pulang, malas sekali berada disini. Kembali kudengarkan sholawat mas arra lewat headset. Ya, kumpulan sholawat mas arra yang diberikan ali.

Tiba tiba seorang menyodorkan lolipop kepadaku, kuikuti tangannya melihat siapa yang memberi. Abra duduk santai disebelahku memberiku lolipop tanpa menatapku. Kuhembuskan nafas kesal.

"kamu ngikutin aku ya?" tanyaku agak menggeser tubuh menjauhinya.

"hidup lo kayaknya pait banget, betah amat lo." lolipop tersebut dilempar dipangkuanku, entah itu ejekan atau apalah.

"aku gak mau..."

"seenggaknya lo perlu ngrasain manis, walaupun dibantu sama lolipop itu." ucap abra bangkit dan melangkah pergi meninggalkanku sendiri.

Aku menatap lolipop ditanganku, perduli sekali dia dengan hidupku. Kumasukkan lolipop tersebut kedalam tas tanpa ada niat memakannya.

#

Aku masih murojaah dimusholla depan rumah pakde rizal setelah jamaah sholat maghrib, melanjutkan murojaahku tadi sebelum sholat. Setelah selesai kututup al qur'anku, kucium dan kupeluk sambil bangkit melangkah keluar musholla.

"ulya, ayo melu neng pasar malem." ajak mbak rianti saat aku akan masuk kedalam kamar.

"males ah mbak, ulya dirumah aja." tolakku.

"bapak, ibuk gak dirumah. Lagian aku gak enek kancane juga ke pasar malem." mbak rianti mulai mengeluarkan jurus ampuhnya, wajah memelas yang membuatku tak tega.

siapa pemilik tulang rusukku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang