Kelvin masih sibuk mengerjakan pekerjaan kantornya yang dikejar deadline setelah anak dan istrinya tidur. Kini ia hanya sendirian duduk di ruang keluarga dengan laptop dihadapannya dan tangannya yang sibuk menari indah diatas keyboard. Sesekali ia terlihat memijat bahunya yang terasa kaku.
Zara terbangun tiba-tiba dan melihat jam di dinding. Pukul 2 dini hari.
Ia membenarkan posisi tidurnya dan menatap jagoannya yang tampak pulas dengan mimpinya, membuatnya tersenyum. Kemudian baru disadarinya bahwa suaminya tak ada diatas ranjang. Kemana dia?
Zara beranjak dari kasur dan melangkah keluar kamarnya. Perlahan ia membuka pintu dan matanya berkeliling. Di ruang keluarga, ia melihat sang suami yang sedang duduk di karpet, sibuk dengan laptopnya dan sesekali tangannya memijat salah satu bahunya.
Zara mendesah pelan. Inikah yang dikerjakan suaminya tiap malam dan tak disadarinya?
"Kel" panggilnya
Kelvin menoleh begitu mendengar namanya di panggil dan agak kaget mendapati istrinya bangun tengah malam seperti ini, jarang sekali terjadi.
"Kamu ngapain?"
Zara melangkah mendekatinya dan duduk di sofa di belakangnya.
"Eh.. ini lagi ngerapiin kerjaan"
"Jangan suka membawa kerjaan ke rumah, Kel. Apalagi tengah malam begini" Kelvin tersenyum masam padanya namun jarinya masih menari di keyboard. "Apa setiap malam kamu selalu kerja begini agar dikantor kamu leluasa menjaga Damon?" tanya Zara pelan
Kelvin menoleh dan menggeleng. "Enggak. Ini karena deadline besok, Za"
Zara menarik nafas dan mempersiapkan diri sebelum berbicara, "Maafin aku, Kel. Salah aku. Aku yang mengasingkan diri, aku yang menjauh. Maafin aku" dan Zara menangis
Kelvin menyingkirkan laptopnya dan merengkuh Zara dalam pelukannya. Awalnya, Kelvin merasa ragu namun ia sadar, istrinya butuh dirinya. Dan ini istrinya, haknya Zara menangis didadanya dan memeluknya. Kelvin merasa rapuh. Entah kapan terakhir kalinya ia memeluk tubuh ini. Keduanya diam untuk beberapa saat hingga Zara mulai bersuara.
"Kamu mau maafin aku, Kel?"
Zara menatap Kelvin lurus. "I won't be here if I don't forgive you"
"Tapi kamu belum tahu apa kesalahan yang sudah aku buat, kan?"
Kelvin memegang sebelah pipi istrinya, "Kesalahanku yang belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu"
Zara menggeleng tegas, "Aku selingkuh, Kel!" jeritnya. "Aku punya hubungan gelap dibelakang kamu dengan bosku sendiri" sambungnya frustasi
Kelvin membeku. Hatinya terasa panas dan hancur diwaktu yang bersamaan. Ia memang sudah menduganya. Ada gelagat aneh yang ditunjukkan Zara akhir-akhir ini, tapi mendengarnya langsung membuatnya merasa hancur seutuhnya—tak bersisa. Mengapa ia tak bisa menjaga kelakuan istrinya? Karena ia tidak mau istrinya terkekang dalam pernikahan ini. Apa saja yang sudah mereka perbuat?
Zara melihat Kelvin yang membeku mendengar pengakuannya. Ia tahu ini salah, ia tahu bahwa ini adalah kesalahan fatal yang tak mungkin mendapatkan maaf. Perselingkuhan. Kata yang sangat menjijikan dan hina, tapi itulah yang dilakukannya. Ia merasa hancur melihat ekspresi sang suami.
"Aku memang selingkuh dengan Gibran, tapi hanya kamu yang pernah.." Apakah ia harus mengucapkan kata memalukan ini? Demi Kelvin! "Making love or fuck or whatever you say" sambungnya cepat
Kelvin menatapnya, sorot matanya meminta kepastian. Zara mengecup pipi Kelvin dan membelai pipinya. Ia baru menyadari, 3 tahun lamanya Kelvin berusaha menjadi sosok suami yang baik untuknya dan ayah yang baik untuk Damon, tapi ia tak pernah berusaha menjadi istri yang baik untuk Kelvin selain menjadi ibu yang baik untuk Damon. Ia tak pernah memenuhi kebutuhan lahir Kelvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should Be Him ✔️
RandomThis story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Dia, seharusnya memang dia dan hanya dia.