Zara menunggu di lobby, duduk sendirian. Ia sedang menunggu sang suami menjemputnya seperti biasa walaupun dalam beberapa waktu belakangan ia sering pulang bersama Gibran malam hari.
Zara bersandar di dekat pintu di lobby, sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia tak menyadari bahwa sang penjemput telah tiba.
"Bu Zara.."
Zara segera menoleh begitu namanya dipanggil, "Eh.. iya, pak, ada apa?"
Sang satpam tersenyum padanya, "Suaminya telah menjemput, bu"
Zara segera menoleh dan mendapati mobil sang suami yang sudah terparkir di depan lobby, menunggunya. Zara tersenyum dan berterima kasih pada sang satpam kemudian melangkah ke mobil.
Pintu dibuka dari dalam dan Zara pun duduk, memangku sang putra yang langsung memeluknya. Mobil melaju dan sang putra masih memberikan pekukan dan ciuman sayang untuk sang bunda. Zara pun membalasnya.
"Tumben kamu gan lembur?" tanya Kelvin
Zara melirik suaminya, "Lagi gak banyak kerjaan yang kejar deadline. Keberatan ya jemput aku?"
Dahi Kelvin berlipat, "Enggaklah. Udah kewajiban aku untuk memastikan istri dan anakku aman"
Zara merasa jiwanya damai mendengar jawaban dari Kelvin.
Zara, ia benar-benar sosok suami yabg bertanggung jawab dan menyayangi keluarganya. Apalagi yang kamu ragukan?, tanyanya pada diri sendiri.
"Yah.. Mon mau mam"
Kelvin dan Zara menoleh pada sang anak yang sedang meminta dengan manja pada sang ayah disertai wajah memelas, membuat Kelvin mengangguk dan Zara tersenyum.
Tanpa persetujuan apapun, Kelvin membawa mereka ke sebuah restoran Itali yang jaraknya tak terlalu jauh dari apartment mereka. Setelah mobil terparkir, mereka pun turun dengan Kelvin yang menggendong Kelvin.
Zara masih terpaku menatap restoran yang ramai pengunjung dan tampak indah ini. Merasa istrinya melamun, Kelvin mengulurkan tangan dan menggandeng tangan sang istri untuk masuk kedalam resto. Ketika itu, Zara merasa dialiri listrik kekuatan tinggi atas perlakuan manis sang suami.
Inikah yang selama ini ku sia-siakan?, batinnya.
Mereka disambut dengan hangat dengan pelayan-pelayan yang ada dan diantarkan ke salah satu meja bundar di pojok ruangan. Pojok ruangan terindah karena dekat dengan aquarium yang membuat Damon tampak sangat bahagia.
Kelvin segera menyebutkan pesanannya pada sang pelayan yang dengan sigap mencatatnya. Pesanan untuk dirinya dan sang anak tanpa membuka buku menu. Zara memandangnya heran.
"Kamu gak pesen makan, Za?"
Zara mengerjap. "Oh iya, aku bingung mau pesan apa"
"Pasta disini enak semua. Kamu suka lasagna, kan?"
"Eh iya, boleh"
"Kalau gitu tambah lasagna satu"
"Baik, ada tambahan lainnya, pak?" tanya sang pelayan sopan
"Minum, Za?"
"Fruit punch saja" katanya pada sang pelayan
"Baik. Silahkan ditunggu pesanannya pak, bu. Saya permisi"
Kelvin mengangguk sopan padanya. Zara masih memandangnya heran. Heran karena Kelvin memesan makanan tanpa melirik menu. Buku menu dihadapannya hanya menjadi pajangan saja. Apa ia sudah biasa kesini?
"Yah.. es krim mocca Mon udah?"
Kelvin mengangguk dan mengacak rambut putranya, "Ayah tambahin wafer ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Should Be Him ✔️
De TodoThis story is private. Please click follow button before you add this story to you library. Happy reading:) -- Dia, seharusnya memang dia dan hanya dia.