First Man
-Camila Cabello|'|Menggenggam mu itu sulit.
Bila kubiarkan, kau akan tumbang.
Dan jika kugapai, aku yang terluka.
Jadi tolong, raih aku sebelum semuanya terlambat.|'|***
Memutar balik pikiran tentang apa yang baru saja terjadi, masih belum bisa benar-benar sampai dengan bulat di pemikiranku. Tentang apa yang baru saja disaksikan , apa yang baru saja aku dengar ,itu semua terlalu menohok untuk ku terima.
Selama ini banyak hal seluk beluk yang perlu ku selami kedalamannya, tapi untuk yang satu ini sungguh. Aku tidak merasakan adanya kebenaran dalam diri Jungkook.
Semua hal yang ada disini sama sekali tidak kontras dengan apa yang ada dipikiranku.
Astaga.
Ia berdengung lagi.
Ini datang lagi, tolong hatiku berdentum sangat keras , satu hal yang terus mendesaku . Aku harus pergi dan menghubungi Hwan.
"Hwan, angaktlah"
Giginya bergemeletuk tarik. Napasnya terpongah , dengan tungkai yang saling mengehentak hentak karena kecemasan.
" Ada apa? Jika princesse menanyakan kapan diizinkan pulang, jawabannya adalah tidak sekarang. "
"Bukan. Tolong, ini berdengung lagi aku harap kau megerti."
Sempat terdiam dan tidak mendapatkan jawaban, Bell mematikan telepon dengan sepihak.
Berlari meninggalkan kerumunan ajang, ia menarik paksa kedua heels nya dengan cepat.
Kali ini aku tidak boleh melewatkannya.
***
" Tidak benar." Yang ditatap hanya diam dengan bibir bergetar.
"Untuk apa kau menyatakan semuanya setelah aku mempunyai kehidupan bersama pinangan ku" menatap dengan tak percaya, seori meregangkan pelukannya hingga terlepas.
Rasanya sesak.
Sekarang, seori mengetahui bagaimana rasanya akan penyesalan.
Mana hal yang sebenarnya harus diperjuangkan pada masanya, kini ia tidak bisa memaksakan kehendak untuk ikut campur lebih dalam lagi dalam kehidupan Jeon Jungkook.
"M-maaf "
"Tapi jika aku boleh tau, sejauh mana hubunganmu dengan pinangan yang kau maksud?" Bahkan untuk menatap saja Jungkook enggan. Menjauh lalu tersenyum, Jungkook berujar . "altar"
"Mengucap janji suci dan Memutuskan untuk sehidup semati dengannya. Ya seperti itu"
Air mata nya jatuh dengan deras, harapan yang selama ini ia angankan Hancur begitu saja karena dia.
Jungkook benar benar malas. Ia mengharapkan bahwa kejadian tadi akan berjalan begitu cepat, nyatanya Seori sama sekali tidak melupakan kejadian masa lampau yang enggan untuk dikenang. "Maaf, aku rasa semuanya sudah selesai sejak dulu. Aku harus menyusul istriku. Ia pasti salah paham"
KAMU SEDANG MEMBACA
S c a r e d
FanfictionIni Bukan tentangmu. Tapi tentang bagaimana seseorang harus merasakan ketakutan , butuh dimengerti , namun tak pernah mengerti .-_____________________ Bagaimana jadinya ketika hidup kita tengah diambang krisis konflik? Berusaha mencari dimana letak...