K 🦒

46 3 0
                                        

Lelah, satu kata yang menggambarkan bagaimana K saat ini. Matanya sembab, nafasnya masih tersenggal, jemarinya masih gemetar, dan bibirnya terus mengucapkan kalimat penenang untuk dirinya sendiri,

"You did well," ucapnya berulang kali guna melepaskan kekecewaan yang sedari tadi memenuhi pikiran dan hatinya. Hanbin yang sedari tadi duduk disebelahnya turut menepuk punggung tegap yang kini terlihat rapuh itu dengan tepukan kecil, memberi isyarat bahwa K telah melakukan yang terbaik, bahwa K sudah bekerja keras sama dengan yang Lain.

2 Tahun 8 Bulan bukan waktu yang singkat untuk menjadi seorang Trainee. Ada banyak keringat dan air mata yang secara tidak sengaja ikut turut menamaninya di waktu-waktu itu. Dan kegelisahannya tadi malam, suara ibu dan ayahnya tadi malam yang mencoba memenangkannya namun sama sekali tidak berdampak itu kini terjawab.

Malam Sehari sebelum Live Final, para peserta diizinkan untuk menghubungi Kerabat terdekat, orang-orang terkasih untuk sekedar menyapa, meminta doa, meminta semangat, sebab acara kali ini tak dapat di hadiri oleh keluarga. Hanya staff, beberapa bintang tamu, Produser, para trainee yang sudah tereliminasi pada minggu-minggu sebelumnya, juga Para trainee yang tinggal untuk melanjutkan tahap sebelumnya.

Dan malam tadi, Ia memutuskan untuk melakukan panggilan video pada orang tuanya sebab rasa gelisah dan khawatir ya sungguh mengganggu, dan berhasil membuatnya pening bukan main.

"Apapun yang terjadi besok, kau sudah melakukan yang terbaik Nak.." senyum ayahnya tidak hilang kala mengucapkannya. Walau tak dapat dipungkiri bahwa Ia menemukan mata ayahnya berkaca-kaca kala itu.

"Anakku, maaf karena tidak berada disampingmu hari ini. Ibu sungguh merindukanmu," menarik nafas kecil, ibunya tersenyum,

"Anak Ibu sudah melakukan yang terbaik, Ibu bisa melihat itu. Apapun yang terjadi, Ibu mohon untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Mengerti,? Emm?" Airmatanya Turun kala itu, Ia sungguh merindukan mereka dan kalimat demi kalimat yang Ayah dan Ibunya sampaikan sama sekali tidak mengurangi rasa cemas nya.

Ia takut, benar-benar takut. Ada banyak hal yang membuat ketakutannya semakin besar, salah satunya adalah Ia Takut membuat Ayah dan Ibunya kecewa. Ia pergi dengan Janji bahwa Ia akan kembali dengan menyandang status Idol, Ia berjanji untuk tidak mengecewakan keduanya dan Janji bahwa Ia akan baik-baik saja apapun hasilnya.

Keputusan untuk meninggalkan gelar "Atlet" yang Ia sandang menimbulkan kontra yang cukup membuatnya tertekan kala itu. Keputusan yang berat ketika harus meninggalkan dunia yang selama ini Ia jalani. Dan butuh sangat banyak keberanian hingga Ia akhirnya mengatakan pada kedua Orangtuanya bahwa Ia memiliki Mimpi yang lain dan ingin mengejarnya, yang langsung mendapatkan Penolakan keras dari sang Ibu.

Ibunya meragukan mengenai masa depannya. Bukan karena Ibunya meragukan masa depan seorang Idol, sama sekali bukan. Hanya saja, tak ada Jaminan K akan debut disana dan lagi, K itu Bungsu di keluarga mereka. Berat rasanya jika harus melepaskan si bungsu jauh darinya. Dan K tidak bisa untuk tidak tertekan kala itu, Ia punya mimpi yang lain sekarang dan Ia ingin mewujudkannya.

" Aku, ingin mencoba hal baru Bu, aku ingin melakukannya. Berada diantara orang-orang yang menyayangiku dan mendukungku, akan membuatku merasa hidup dan merasa di cintai. Aku ingin menjadi Idol bu.." Ucapnya demikian, terdengar cukup putus asa, seminggu setelah penolakan keras Ibunya. Saat itu sang Ibu terdiam melihatnya, lalu menitikkan air mata, Menangis.

"Berjanjilah untuk baik-baik saja disana,Oke?" anaknya bersungguh-sungguh, maka tidak ada alasan lain selain menyetujuinya. Hari itu, untuk pertama kali K sangat bertekat dengan Janjinya, dengan mimpinya.

Mengingatnya membuat airmata yang tadinya telah berhenti kembali keluar, tangan kirinya sibuk menekan sisi dada sebelah kiri. Orangtuanya pasti kecewa, Ia tereliminasi, Ia harus pulang dan merelakan mimpinya untuk debut di Iland berhenti sampai disini.

"Mereka pasti kecewa," lirihnya sambil menundukkan kepala. Hanbin disebelahnya langsung merangkul bahu yang masih saja bergetar walau getarannya tak sekuat tadi.

"Kau sudah melakukan yang terbaik, hyung."

"Kita semua sudah berjanji untuk menyelesaikannya tanpa penyesalan. Dan sekarang, ayo sama-sama kita tepati janji itu," masih dengan merangkul yang lebih tua, Hanbin tersenyum. Tak ada yang mudah ketika harus merelakan sesuatu yang menjadi keinginan kita, awalnya memang akan akan terasa berat. Ia juga menangis sangat banyak waktu itu, tapi para Trainee lain selalu mengatakan bahwa semuanya sudah bekerja keras, sudah menampilkan yang terbaik, maka tidak ada alasan baginya untuk terus menyalahkan dirinya sendiri. Dan K juga harus melakukan hal yang sama.

"Kau mendapat banyak pujian dari Produser, walaupun akhirnya Kau tidak berhasil bertahan. Tapi itu artinya, kau memiliki kemampuan yang juga sama hebatnya dengan mereka. Berhenti menyalahkan diri sendiri dan mari kita mulai semuanya dari awal bersama dengan yang lain.."

"Kita Pasti debut, aku yakin itu." di akhir kalimatnya, Hanbin menarik nafas dalam. Mereka semua masih memiliki mimpi yang sama. Akan sangat salah jika mereka berhenti dan menyerah sampai disini.

K mendongakkan kepalanya lalu menyeka air mata yang masih tertinggal di pipi. Menatap Hanbin dengan kening berkerut, penasaran akan suatu hal,

"Dimana Daniel? Dia baik-baik saja kan?" lihat, bahkan di saat seperti ini, Hyung tertua mereka ini masih saja mengkhawatirkan yang lain.

"Ada bersama yang lain, sama sepertimu. Tapi sepertinya Ia sudah tenang sedari tadi. Mau kupanggilkan?," ucapnya bertanya, namun hanya gelengan yang Ia terima sebagai jawaban,

"Tidak, aku akan menemuinya nanti. Ahhh, anak itu masih memiliki banyak waktu untuk terus meraih mimpinya.." Hanbin disebelahnya kesal bukan main ketika mengerti arah pembicaraan K, alih-alih menyetujui apa yang K ucapkan, Hanbin malah menatapnya sinis.

"Yaakk, Kau kira kita setua itu sampai tak memiliki waktu yang sama? Ck, kau ini menyebalkan sekali!" matanya menatap K kian sinis dengan mulut yang terus mendumal tanpa suara. Dan hal itu sukses membuat K tertawa karenanya, Hanbin tidak pernah tidak bertingkah lucu bahkan seserius apa mereka semua mengobrol.

Hanbin berdiri, kesal karena K tak kunjung menghentikan tawanya.

"Teruslah tertawa hingga kotak tertawamu pecah!" ucapnya untuk yang terakhir kali sebelum memilih meninggalkan K sendirian diruangan tersebut dengan Kaki yang dihentak kuat-kuat dan pintu yang sengaja dibanting.

Pada akhirnya K harus menerimanya kan? Perjuangannya masih belum selesai, masih ada Mimpi yang harus Ia wujudkan. Dalam hati K berharap, semoga penggemarnya masih mau menunggu sampai Ia menjemput debutnya.















END.

ONESHOOT I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang