1

3.1K 213 7
                                    

"ashhh jim, pelan-pelan ini sakitt"

"Sshh tahan sedikit ji, aku akan pelan-pelan"

"Akhh jim, jangan terlalu menekan terlalu dalam hiks"

"Jisoo tahan sedikit lagi, aku sudah akan selesai"

Jisoo benar-benar menyesal setelah kejadian beberapa saat lalu, tepatnya saat sekretaris suaminya menelpon alasan keterlambatan pulang sang suami. Ya sejak semalam suaminya, Kim Taehyung tidak pulang dan memberi kabar. Sang sekretaris mengatakan bahwa ada tugas mendadak diluar kota sampai Taehyung tidak sempat menelpon istrinya untuk sekedar memberi kabar.

Dan berakhirlah di meja bar dapur ditemani obat merah untuk luka melepuh di telapak kanan Jisoo akibat keteledorannya membelai teko panas yang baru saja mendidihkan air. Tak lupa sosok sahabat kecilnya, Park Jimin yang kebetulan pagi-pagi buta datang bertamu hanya untuk menemani sarapan Jisoo.

"Apa yang kau pikirkan huh? Kau teledor sekali sampai melupakan kalau teko itu masih panas"

"Entahlah jim, aku sedang banyak pikiran, semalam aku insomnia"

"Kim Taehyung tidak memberi kabar apapun?"

"Terakhir kabar dari sekretarisnya yang mengatakan dia sedang keluar kota karena urusan kerja, tapi tidak sedikitpun taehyung berniat menelpon untuk memastikan keadaan ku"

"Eoh? Aku tidak yakin dia benar-benar bekerja, aku akan menelponnya"

"Jangan jim! Sudahlah biarkan saja mungkin dia benar-benar sedang sibuk"

"Kau sudah menghubungi nomornya langsung?"

"Sudah, tapi nomornya sedang tidak aktif, aku pikir handphonenya kehabisan daya dan chargernya tertinggal di kantornya maybe?"

"Baiklah kalau begitu, jangan teledor lagi ingat! Sekarang ayo kita sarapan" ajak Jimin sambil menarik tangan jisoo ke meja makan.

Lalu kembali lagi ke dapur membawakan menu sarapan pagi ini. Tenggelam lah mereka dalam suasana hati sendiri-sendiri. Sampai sarapan selesai dan jisoo bangkit berjalan menuju teras depan mengantarkan jimin.

Sampai kedua netranya melihat pemandangan manis impiannya. Tetangga depan rumah Jisoo merupakan pengantin baru yang baru pindah sebulan lalu. Keluarga tuan Kang Daniel dan nyonya Kang Jihyo. Yaa seperti pasangan biasanya, mereka sangat harmonis dan selalu membuat iri Jisoo dengan kebiasaan pagi mereka di depan teras.

Nyonya Kang Jihyo yang merapikan dasi kerja tuan Kang Daniel, dan tuan Kang Daniel yang berakhir memeluk serta menciumi setiap sisi wajah nyonya Kang Jihyo. Panas dirasa kim Jisoo melihat pemandangan itu.

Bukan cemburu, tapi iri. Dia mana pernah merasakan semua hal itu dari Taehyung. Kabar hamil nyonya Kang yang sudah menjalin rumah tangga selama sebulan saja sudah membuat hati Jisoo menangis pedih. Berbeda dengannya yang sudah menikah hampir lima bulan tapi Taehyung tidak pernah sekalipun mencoba merayu Jisoo untuk bercinta dengannya.

"Soo-ya, kau merindukan tae?" Suara Jimin menginterupsi fokus Jisoo.

"Ti-tidak kok, sudah menjadi resiko ku menikah dengan taehyung yang seorang super duper sibuk dan selalu menghindari sarapan pagi denganku"

"Hhh, ji sudah jangan terlalu banyak pikiran seperti itu, bagaimana kalau nanti siang kau ke kantorku dan makan siang bersama? Kemarin pegawai ku menawarkan makan bersama di aula kantor untuk sekedar menjalin hubungan bos dan karyawan, bagaimana?"

"Huh? Untuk apa aku kesana? Mereka saja tidak mengenalku, ada-ada saja kau ini" kata Jisoo sambil terkekeh kecil.

"Tidak-tidak, mereka juga bilang akan membawa beberapa teman luar kantor, dan aku mengizinkannya"

"Entahlah jim, aku akan kabari lagi nanti okayy?"

"Kutunggu yaa kabar baikmu, aku mengharapkan mu datang loh" lalu jisoo mengangguk dengan senyum manis.

"Chaa, aku harus berangkat sekarang, terima kasih sarapan nikmatnya soo-ya" kata jimin sambil tersenyum lalu memeluk erat Jisoo.

"Iyaa jim sama-sama, kau juga sering-sering kemari ya, aku senang kau tidak melupakanku"

"Of course nyonya Jisoo" kata jimin diiringi senyum manis.

Berakhirlah Jimin meninggalkan pelataran rumah Jisoo dengan mobil mewahnya, BMW X6 . Dan kembalilah jisoo larut kedalam pikiran-pikirannya.


HURT SO GOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang