3

1.3K 171 1
                                    

"daepyonim masih mencintainya ya?"

Pertanyaan sarkas dari Lucas itu langsung mengundang tatapan tajam Jimin.

"Apa maksudmu?"

"A-ani, daepyonim, maafkan kata-kataku"

"Aku pun tak tau harus bagaimana, semuanya semakin rumit saja"

"Daepyonim, aku bahkan yakin suaminya belum menyentuhnya hmm" hyunjin bersuara.

Kata-kata hyunjin mengundang tatapan tajam semua orang, tak terkecuali Jimin.

"Kau memperhatikan tubuhnya?"

"A-ani daepyonim, saya hanya berspekulasi saja, semoga saja kata-kata saya salah. Semoga keluarga mertua Jisoo sangat hangat"

"Eoh, yang kulihat dari perlakuan keluarga kim Taehyung pada Jisoo sangat angkuh, aku yakin Jisoo tidak nyaman" seung wu menimpali.

"Seung wu, kau tau darimana?"
Tanya Jimin

"Ibu mertua Jisoo itu sering sekali mengadakan pertemuan kolega tiap bulan daepyonim, aku menjadi langganan beliau mendesain dekor ruangan aula di rumah besar itu. Pastinya aku bertemu Jisoo, rasanya dia tidak ada bedanya dengan boneka hidup yang selalu dituntun dan diatur majikan. Anda tau, Jisoo tidak boleh berbicara banyak, dan harus selalu mempertahankan postur tegap tubuhnya. Itu mungkin terdengar kecil, tapi aku tidak tuli saat dia lewat berpas-pas an denganku dia mengeluh tumitnya kram terlalu lama memijak high heels"

"Wah pasti sangat berat menjadi menantu keluarga terpandang seperti itu" tambah hyunjin.

"Aku juga tidak buta kalau sebenarnya Jisoo tidak diperlakukan baik oleh keluarga mertuanya, tapi aku masih memperhatikan apa yang mereka lakukan pada Jisoo, selama itu tidak membahayakannya"

"Entahlah daepyonim, mendengar cerita anda kalau kim Taehyung jarang sekali pulang ke rumahnya, jika pernah mungkin harinya bisa dihitung dengan jari, membuatku merasa aneh. Maksudku mungkin wajar jika itu masalah pekerjaan, tapi yang tidak wajar dia bahkan tidak menghubungi Jisoo bahkan menjawab telepon jisoo" Lucas menambahkan.

Oke yang satu ini cukup masuk akal di otak Jimin, selama ini dia selalu mengalah tiap Jisoo membela kim Taehyung itu. Saat ini dia harus tegas. Jisoo bukan hanya saudara satu-satunya, tapi Jisoo bagi Jimin juga ibarat sebuah aliran darah yang mengalir di tubuhnya. Jika Jisoo senang, maka jimin juga akan berkali-kali lipat senang. Tapi jika Jisoo terpuruk, Jimin tidak akan menjadi yang terpuruk, dia lah yang akan menjadi obat bagi Jisoo sendiri untuk kebahagiaannya.

Seperti yang dikatakan Lucas di awal, Jimin memang menaruh rasa lebih dari saudara pada Jisoo. Itu hal yang wajar, karena mereka pun juga tak sedarah, apalagi jika nantinya menikah.

"Kurasa aku harus menegaskan semuanya"

.
.
.

Tepat pukul 4 sore, Jimin mengantar pulang Jisoo di kediaman mewahnya. Setelah acara kecil di kantor tadi, Jimin mengantar Jisoo sebentar membeli beberapa kebutuhan dapur Jisoo yang semakin menipis. Jisoo sendiri sebenarnya ingin membuat beberapa kue pastry dari resep yang disarankan Rose. Rose bilang kalau resep itu adalah resep andalan ibunya, jadi tidak diragukan lagi rasanya.

"Jim kau mau mampir dulu?" Tanya Jisoo saat mobil Jimin sampai di halaman rumah Jisoo.

"Boleh, aku ingin berbicara sebentar denganmu didalam"

"Tentang apa?"

"Sudahlah kita masuk dulu, akan kubicarakan didalam"

Lalu mereka turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.

Jimin langsung duduk di sofa ruang tamu, sementara Jisoo merapikan belanjaan yang tadi dia bawa di dapur.

"Emm jisoo kemarilah sebentar, letakan saja dulu belanjaan mu di meja makan"

"Huh? Apa begitu penting dan mendesak jim?"

"Iya Jisoo, kemarilah"

Jisoo pun menuruti perintah jimin dan langsung duduk di sofa seberang Jimin.

"Jisoo, langsung saja aku tanya kan hal ini padamu, dan tolong jawab dengan jujur"

Jisoo mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Jimin. Seingat jisoo, tadi dia tidak membuat kesalahan, tapi kenapa wajah Jimin terlihat menahan amarah. Seketika Jisoo menegang melihat ekspresi Jimin.

"Apa kau benar-benar mencintai Kim Taehyung?"
Tanya jimin to the point.

"Tentu saja jim, aku mencintainya, kenapa kau bertanya seperti ini?"

"Jisoo, kau bilang kau menikah dengan Taehyung merupakan kesalahan bukan? Itu artinya kau tidak mencintai Taehyung saat menikah dengannya, lalu ada apa dengan kata-katamu sekarang? Kau mencintainya? Secepat itu?"

Deg

Perubahan wajah Jisoo sangat ketara. Wajahnya sekarang terlihat kosong dan menatap Jimin dengan sendu.

"Jisoo-ya, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi"

Jisoo hanya diam tidak menjawab, wajahnya menunduk ke bawah dan memainkan jari-jarinya, tanda kalau dia sedang ketakutan atau sedih. Jimin terlampau hapal dengan kebiasaan itu.

"Huhh, jisoo-ya apa kau akan tetap tertutup terus seperti ini padaku? Aku adalah satu-satunya keluargamu, kalau kau terbuka padaku, aku pasti akan menjagamu dan membelamu"
Jimin maju ke depan Jisoo dan mengambil tangannya untuk dielus.

Tapi Jisoo tetap tidak bergeming.

"Jisoo biar kutebak, keluarga Taehyung mengancammu?"

Jisoo langsung mendongak ke depan, matanya langsung bertemu dengan Jimin. Terlihat sekali ketakutan di mata Jisoo. Jimin sudah mendapatkan jawabannya. Jisoo memang benar ada masalah dengan keluarga Taehyung itu. Tapi sekarang Jimin hanya butuh pengakuan jujur dari mulut wanita itu.

"Jisoo-ya katakan sesuatu tolong"

"J-jimin, t-tidak t-tidak jim, keluarga Taehyung baik sangat padaku"

"Jangan buat aku murka jis, aku hanya butuh kejujuran dari mulutmu, jangan sampai aku melakukan sesuatu di luar batasanku"
Jimin membalas dengan mata menggelap dan penuh kabut amarah.

Jisoo sudah pernah bertemu dengan situasi seperti ini sebelumnya. Saat masih SMA, dia pernah dibully oleh beberapa teman sekelasnya. Jimin yang waktu itu tidak satu kelas dengan Jisoo, tidak tahu-menahu tentang masalah itu. Kalau saja saat itu geng pembully Jisoo tidak meninggalkan luka lebam di pipi kanan jisoo, maka Jimin waktu itu juga tidak akan segan-segan mengeluarkan tenaga untuk membalas kelakuan mereka. Sekalipun mereka adalah perempuan.

Jisoo tidak mau menceritakan kronologi luka lebamnya. Tapi jimin tidak hilang akal, dia mengikuti gerak gerik Jisoo. Sampai akhirnya Jisoo ditarik oleh beberapa perempuan dan disitulah Jimin tau kalau Jisoo selalu dibully.

Jisoo cukup ingat dengan jelas kejadian waktu itu. Jimin seperti bukan jiminnya. Dia seperti kerasukan iblis, sampai membabi buta membalas dan mempermalukan perempuan-perempuan itu. Dan sekarang dia tidak ingin semua itu terulang kembali.

"Jimin.. sebenarnya-"

"Aku pulang"

Tiba-tiba saja Taehyung datang dan memotong kata-kata Jisoo yang akan membicarakan semuanya.

Seketika Jimin dan Jisoo menatap ke arah presensi Taehyung yang datang dengan kemeja hitam dengan lengan digulung sampai siku.
Jisoo langsung kaget melihat Taehyung pulang hari ini, sementara tadi sekertarisnya bilang kalau Taehyung akan pulang besok lusa.

"T-taehyung kau-"

HURT SO GOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang