Chapter 6

692 66 7
                                    

Sebuah layar macbook menampakkan sosok cantik yang tengah tersenyum menghadap kamera, ia melambaikan tangannya membuat Vano tersenyum lega bahwa gadisnya baik-baik saja. Tidak ada kalimat yang bisa keluar dari mulutnya, ia hanya terpaku pada sosok cantik dibalik layar itu.

"Apa kabar?" sapanya dengan riang dari balik layar.

"Ngeliat kamu udah cukup bikin hari aku baik-baik aja," jawab Vano dengan mata yang fokus menilik setiap gerak-gerik Alea.

"Aku kangen banget sama kamu." Gadis itu mulai mengerucutkan bibirnya dengan manja, tidak mudah baginya saat Vano jauh disana.

"Aku jauh lebih kangen."

Mereka bercerita tentang hari pertama mereka di kampus, bertemu banyak orang baru, karakter unik dan berbagai macam hal-hal lainnya.

Alea mulai bercerita tentang kampusnya di Jakarta.

Suara alarm bergema sejak lima belas menit yang lalu, sedangkan gadis itu masih tidak berniat beranjak dari mimpi indahnya. Tangannya yang tidak terlalu tinggi berusaha menggapai alarm yang mulai membuyarkan mimpi indahnya. Pukul lima lewat lima belas menit, ia terkesiap melihat angka pada jam digital berbentuk balok itu.

Bangun dengan perasaan kaget memang tidak disarankan, ia memegang kepalanya yang sedikit pening. Ia menyesal semalam suntuk menghabiskan waktu menonton film the kissing booth padahal hari ini adalah hari pertama ospek di kampus.

"Neng, udah bangun?" seorang wanita dengan piyama tidur membuka pintu kamar Alea, ya siapa lagi kalau bukan Mamanya. Ia mengangguk dengan tatapan setengah sadar.

Tidak ingin menghabiskan waktu ia bergegas ke kamar mandi dan keluar lima belas menit kemudian dengan stelan hitam putih, rambut kepang dua dengan tambahan pita berwarna pink. Tampak memalukan memang, tapi mau bagaimana lagi. Ia harus mengikuti acara ini sebagai mahasiswa yang baik.

Layar ponselnya menunjukkan pop up sebuah chat dari seseorang yang paling ia rindukan. Ucapan selamat pagi sederhana dan foto seseorang yang sedang tersenyum mengalungkan handuk pada lehernya.

Alea memutuskan untuk mengirimkan Vano foto dengan keadaan memalukan ini. Mencari angle yang sempurna, cahaya yang pas, tersenyum menghadap kamera dengan gaya peace. Tidak lupa ia mengucapkan selamat pagi dan memberikan ucapan semangat kepada kekasihnya.

Setelah sarapan ia diantar Papanya ke kampus dengan beberapa atribut lucu permintaan senior. Untung saja jalanan pagi ini tidak terlalu macet jadi ia tidak perlu khawatir telat dan akan mendapat hukuman senior.

Jantungnya tidak berhenti berdetak dengan kencang karena Alea belum punya kenalan sama sekali. Ah andaikan Vano disini bersamanya pasti tidak akan menegangkan seperti ini.

"Panas banget ya gila!" suara seorang perempuan mengagetkan Alea.

Tentu saja pakaiannya sama seperti yang Alea kenakan hanya saja lengan kemejanya digulung keatas, memakai gelang berwarna hitam.

"Gue Tara, salam kenal ya dari fakultas sastra indonesia 'kan?," gadis ini tanpa malu-malu menyodorkan tangannya pada Alea.

Dengan canggung Alea membalas, "Iya bener, gue Alea salam kenal juga."

Oke, Alea akan menganggap Tara ini teman, sepertinya anaknya juga baik. Mereka diminta berbaris untuk acara pembukaan ospek. Tara menarik tangan Alea dan membawanya ke tempat yang agak teduh.

"Di sini aja panas di depan males gue. Ye nggak?" Alea hanya tersenyum sembari mengangguk.

Tara terus menggaruk kupingnya yang membuat Alea mengalihkan perhatian dari seseorang yang tengah memberi sambutan di depan sana.

Hilang Yang TerulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang