Pengkhianat

402 61 1
                                    

"Pengkhianat" ucapku pada manusia tak berguna itu sembari menyeringai .

Rasa bahagia menyelusup , saat melihat lelaki brengsek yang berani mengkhianatiku itu mulai gemetar ketakutan saat aku memainkan pisau didaerah dadanya.

"Takut heh ?" tanya dengan senyum yang merekah.

"Am-ampun ... " ucap lelaki itu dengan badan yang gemetar , yang menandakan bahwa rasa takut yang ia rasakan begitu besar . Dan itulah yang membuatku bahagia , karena semakin besar rasa takut itu , semakin tak sabar pula aku memainkan dadanya dengan pisau kesayanganku.

"Masih ingat janji yang dulu lu ucapin ke gue ?" tanyaku padanya sembari menopang dagunya agar ia dapat menatapku.

"Lu bilang kalo suatu hari lu ingkar janji , gua boleh ngambil jantung lu sebagai jaminannya" ucapku mengingatkannya dengan janji yang dia buat dengan mudah dihadapanku .

"HAHAHA  , kenapa sayang ? Takut ? Jangan takut ... ini tidak akan sakit" ucapku dengan raut bahagia karena melihat wajah pucat lelaki itu.

Aku mendekatinya , semakin dekat ... pisau yang ku pegang sedari tadi , ku arahkan ke dadanya . Aku bisa merasakan rasa takut yang besar tanpa berani melawan .

Tentu saja dia tidak bisa memberikan perlawanan , karena bius yang kuberikan membuatnya tidak mempunyai tenaga untuk melawan .

Satu gores ...

Dua gores ...

Hah , muka kesakitan itu , membuatku ingin bermain lebih lama dengannya .

Air matanya membuatku semakin bersemangat untuk bermain .

"Jangan takut , bersabarlah ... ini tak akan lama sayang" aku menenangkannya ? Tentu tidak ... perkataan itu untuk membuatnya semakin takut dan putus asa .

"Bagaimana jika aku bermain dengan jari-jari hangatmu ini terlebih dahulu?" Tanyaku dengan lembut , yang dia balas dengan menggelengkan kepalanya.

"Tenang saja , jari-jarimu hanya akan ku potong saja" ucapku menenangkannya dan mengecup bibirnya sebentar sebagai tanda bahwa permainan akan segera dimulai.

Ku ambil pisau jagal yang sengaja ku siapkan , perlahan namun pasti ku potong jari-jarinya dengan bersemangat karena mendengarkan nyanyian indah dari bibirnya.

Darah ... darahnya menetes dengan deras , aku yang baikpun mengambil dua bungkus garam. Ku masukan kedua tangannya kedalam bungkusan garam agar darah itu dapat berhenti.

"Tolong , berhenti ... sakit" lirihnya dengan nada yang penuh dengan kepasrahan .

"Sudah tidak kuat lagi ? , baiklah ... akan kupercepat permainan ini" ucapku dengan bahagia karena mainanku menjadi lebih indah setelah ini.

Ku goreskan lagi pisau itu ke dadanya , ku tusuk dan ku belah ... tanganku bermandikan darah karena dadanya telah ku belah .

Ku perluas luka didadanya , ku ambil jantungnya ...
"Indahnya" jeritku kegiranganya karena mendapatkan mainan baru.

"Ahh aku harus memajangnya dikamarku ... jari-jari dan jantungnya begitu indah" ucapku sembari membayangkan indahnya kamarku yang dihiasi pernak pernik dari tubuh lelaki itu.

Dia mati ...

Aku melangkah pergi , namun sebelum itu ... ku pastikan badannya akan menjadi abu terlebih dahulu agar tak ada yang tau bahwa wanita polos sepertiku ternyata sekejam ini.

- sv / slvnhng

Go!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang