v. an argument

351 89 4
                                    

"Hah?"

"Hah?"

"Hehoh."

Sanha menutup mulut Lia yang menimpali. Suasana sudah cukup mencengkam, mereka tidak butuh sahutan-sahutan pemancing emosi kali ini.

"Gua gak ngerti lu ngomong apa, but you guys are creeping me out. Just stay away from me."

Haechan menahan lengan pemuda itu yang hendak masuk ke dalam mobil. Ia kembali melirik ke arah jok belakang, memastikan bahwa apa yang dia liat nyata.

Gadis itu benar-benar disana, duduk dengan berlinang air mata meminta pertolongan.

Haechan memberi isyarat agar Sanha segera berlari ke dalam mobil untuk menelpon polisi, sementara Lia mencoba menenangkan dan membuka pintu belakang.

Sesuai instruksi, Sanha kembali masuk ke mobil, meraup ponsel yang diletakan di atas dashboard. Dengan gesit jemari bergerak menekan 911, menjelaskan kepada petugas dimana lokasi mereka sekarang.

"2 jam? Waduh pak gak bisa lebih cepet?"

Gurat kekhawatiran nampak di wajah. Perasaan Sanha benar-benar buruk soal ini, jadi selepas usai menelpon ia memilih untuk tetap diam di dalam mobil, memperhatikan Haechan dan Lia yang sekarang tengah mencoba menahan pintu mobil.

"Gimana nih, tiga lawan satu. Polisi juga udah dalam perjalanan."

Pemuda itu menghela nafas kencang, jelas frustasi dengan keadaan. Kemudian sebuah suara terdengar dari dalam hutan, mirip seperti nyanyian yang saling bersahutan.

"I have to go."

"Buka pintunya." Haechan bersikeras.

"Ni orang bener-bener ya."

Dengan gerakan cepat tangannya menyambar pisau lipat yang ada di dashboard mobil, menodongkannya ke arah Haechan dan Lia.










"Lepas atau gua tusuk?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a girl in the backseatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang