San duduk bersandar pada dinding didepan rumah Changbin. Ia bingung harus mengambil keputusan apa sekarang, disatu sisi dirinya memang ingin Wooyoung kembali, tapi disisi lain ia meragukan dirinya sendiri.
Apakah ia mampu menghadapi Wooyoung yang sekarang?
Apakah ia akan punya cukup waktu untuk menjaga Wooyoung nantinya?
Apakah ia pantas untuk mendapat maaf atas kondisi Wooyoung sekarang?
Apakah seharusnya ia tidak bertemu Wooyoung lagi?
Kekasihnya itu kini sama sekali tidak terlihat baik-baik saja saat bersamanya, lalu apa yang harus ia lakukan sekarang? Langkah dengan arah mana yang harus ia tuju?
"Bingung hm?" San menengadah, menatap pemuda yang jika ia berdiri akan lebih pendek darinya
"Kok lo bisa?" Changbin ikut duduk di sebelah San dan mengeluarkan kotak rokoknya
"Bisa apa?"
"Yaa bisa ngadepin Biru." Changbin terkekeh sambil menghidupkan rokoknya dengan pematik.
"Tiangnya di diri lo sendiri, kalo mau mah gampang."
"Caranya?" Changbin menghisap rokok tersebut dan menghembuskan asapnya keudara dan mengulanginya beberapa kali hingga ia berhenti di hisapan ke 4.
"Biru itu sering halusinasi liat orang lain lagi ngetawain dia, dia juga sering denger banyak suara didalam kepalanya, berdebat berbagai macam hal dan puncaknya nyuruh bunuh diri. Sekarang tusuk jantung kamu." Changbin sedikit merubah nada bicaranya diakhir kalimat.
"Dia cuma butuh di validasi, gapapa, ga ada kok yang lagi ngetawain lo, mereka semua ga nyata. Something like that." San menghela nafas panjang, mungkin kah dirinya mampu?
Changbin menatap lawan bicaranya "Bisa gak?" San balik menatap "Gue bulan depan pengen nikah, ga mungkin kan Biru tinggal bareng gue?" Sejujurnya itu bukan masalah besar, karna Changbin sudah membicarakan hal ini dengan calon istrinya dan mereka sepakat akan tetap menjaga Wooyoung. Tapi jika San sudah ada, bukankah lebih baik jika dia yang menjaganya?
"Owh," San mengalihkan pandangannya, bagaimana sekarang? Ia tidak yakin kehidupan idolnya akan memberikan Wooyoung cukup waktu dan perhatian. Apa sebaiknya Wooyoung dirawat dirumah sakit jiwa saja? Mungkin dengan penanganan para tenaga medis Wooyoung bisa sembuh lebih cepat. Yaa mungkin?
—————
Jam menunjukkan pukul 10 malam dan San kembali dari hotel ke rumah Changbin setelah membicarakan tentang Wooyoung dengan teman-temannya. Mereka setuju dengan keputusan San untuk membawa Wooyoung ke rumah sakit jiwa yang ada dipusat kota, mereka sudah melakukan riset dan menemukan fakta bahwa disana penanganannya sangat baik.
Ceklek
San menyembul kan kepalanya melihat kedalam kamar Wooyoung yang tidak dikunci. Sang pemilik kamar terkejut melihat kepala tanpa badan itu.
"Hai?" San tersenyum kilkuk dan masuk keseluruhan lalu menutup pintu.
"Ga usah dijawab!"
"Jawab aja, siapa tau dia cuma pengen ngomong."
"Abin bilang kalian udah pulang." Wooyoung menjawabnya
"Iya, tapi aku pengen nginep disini." San duduk bersila dilantai menghadap Wooyoung yang juga tengah duduk diatas kasur "Boleh ya?"
"Jangan Biru! Usir dia!"
"Dia itu Samudera! Orang yang udah hancurin hidup kamu!"
"Jagan dengerin mereka! Dia ga jahat, yang jahat itu kamu!"
"Dia yang jahat Biru! Percaya sama aku!"
"Biyu?" Wooyoung mengalihkan pandangannya menatap San
"Kamu mau ga di rawat dirumah sakit?"
"Hahahah, liat kan? Dia malah nawarin kamu buat pindah ke rumah sakit."
"HAHAHAHA KAMU GILA BIRU MAKANYA DIMASUKIN KE RUMAH SAKIT."
"Tapi itu baik buat kamu, siapa tau sembuh kan?"
"Kamu ga akan sembuh Biru! Kamu bakal hidup sama kita selamanya!"
"SELAMANYA! HAHAHAHAHAHA."
Wooyoung menggeleng dan menutup kedua telinganya, kapan hidupnya bisa tenang? Mengapa suara itu selalu saja mengganggunya? Mengacaukan pikirannya disaat ia ingin mengambil keputusan? Membuatnya kebingungan setengah mati?
"Biru kamu gapapa? Hey! Liat aku." San mengguncang kedua bahu sang kekasih agar manik mereka bertemu.
"Kamu denger suara itu lagi ya?" Wooyoung mengangguk pelan
"Mereka ga ada sayang, semua itu bohong. Suara itu ga nyata, sekarang cuma ada aku sama kamu."
"Janganasbdjwoprkhvsilaohdb..."
Suara itu berubah menjadi kalimat yang tidak jelas, entah apa yang kepalanya itu katakan sekarang, Wooyoung tidak begitu bisa memahami nya lagi. Mereka seperti kaset rusak.
"Aku ga mau tinggal dirumah sakit Samudera." San menatap sendu sosok dihadapannya ini, nada bicaranya begitu memelas seolah ia benar-benar tidak ingin berada disana.
"Terus kamu mau dimana hm?" Wooyoung diam, memangnya siapa sih yang ingin tinggal dengan orang gila sepertinya?
"Sama aku mau?" Wooyoung tetap menggeleng
"Sama Abin?"
"Abin mau nikah."
"Terus kamu mau sama siapa?"
"Kalo sama kamu, aku takut tinggal sama yang lain." Ahh biar San tebak "Jadi kamu bukan takut tinggal sama aku?" Yang ditanya mengangguk.
Mata San meliar, tingkat kebingungan nya sekarang naik menjadi 490% sebentar lagi akan mencapai 500% dan kepalanya akan meledak karna kebingungan.
"Gapapa." Wooyoung tersenyum dan itu membuatnya kebingungan
"Kamu ga perlu lakuin semua itu, aku gapapa." Jantungnya berdetak kencang, bukan ini yang ia inginkan. Mana mungkin ia meninggalkan Wooyoung setelah 4 tahun pencariannya.
"Ga sayang, aku harus, aku bakal tinggal sama kamu." San menarik tubuh itu kedalam pelukkannya sambil menggusap tengkuk itu lembut "Kamu tenang aja, kasih aku waktu buat nyiapin semuanya oke? Aku bakal selesaikan beberapa hal dulu, terus cari rumah dan kita bakal tinggal bareng. Ngomong-ngomong, kamu mau tinggal dimana hm?" San melepaskan pelukan mereka dan menangkup kedua pipi Wooyoung
"Dimana aja, asal sama kamu gapapa." San tersenyum lalu memberikan kecupan lama pada dahi itu, ahh sudah lama sekali rasanya bibirnya ini tidak merasakan kulit orang lain selain Ayah dan Ibunya.
—————
Keesokan harinya, San mengatakan sesuatu yang sukses membuat semua teman-teman nya terdiam tidak berkutik apapun selain memberikan dirinya tatapan tidak percaya.
"Ga ada cara lain?" Hongjoong akhirnya angkat bicara atas pernyataan San yang mengatakan jika ia akan mengakhiri kontrak eksklusif nya dengan agensi dan memutuskan untuk menghabiskan hidupnya untuk menebus semua kesalahannya pada Wooyoung selama ini.
"Terus kita ber-6 gitu?" Tanya Mingi
"Maaf kalo gue egois—"
"Gapapa, mungkin emang ini jalan terbaik buat grup kita." Hongjoong memotong kalimat San, ia kini sudah pasrah dengan kelangsungan grupnya. Di satu sisi ia kesal karna San ingin mengakhiri kontrak dan keluar dari grup, tapi disisi lain ia juga kasihan pada Wooyoung, jadi yaa anggap saja jika keputusan nya sekarang sebagai tebusan atas rasa bersalahnya selama ini pada Wooyoung.
"Gue bakal bantu ngomong sama agensi."
—kalo ga keberatan cek bab prolog sama satu yaa, aku lupa nambahin beberapa foto ternyata, penting ga penting sih. Tapi biar kalian lebih paham aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empty Box ft.Woosan
FanfictionKembalinya Biru setelah scandal yang membuat nya dikeluarkan dari Ates 4 tahun silam. Melanjutkan kisah cintanya yang berakhir luka atau malah mengakhirinya dengan cara yang benar.