Prolog

1.2K 155 43
                                    

Note:
Baca pelan-pelan
supaya dapat  feelnya
🎀

*
°
°
°
*

Jingga. Satu warna yang menarik perhatian kedua insan yang sedang memandang lurus ke depan.

Sembari bersandar Chika memperbaiki cardingan rajutnya, Jey yang merasakan pergerakkan di dadanya ikut memperbaiki posisi agar keduanya dapat duduk senyaman mungkin.

Peristiwa langka yang bahkan tidak pernah terjadi sebelumnya. Dimana mereka terlihat sangat santai tanpa adanya rengekkan ataupun teriakan.

Seolah hanya matahari yang terbenam sebagai fokus utama dari keduanya.

Menikmati indahnya warna langit di iringi angin sepoi-sepoi bersama orang yang istimewa di hati masing-masing.

"Jey," panggil Chika yang terdengar parau.

Dengan sigap Jey menjawab, "Hmm?"

"Aku senang bisa menikmati waktu seperti ini denganmu."

"Ya, aku juga."

Jey membalas dengan tersenyum. Ada rasa luar biasa yang bergejolak di dalam hatinya. Mungkin jantungnya sudah berdetak sangat cepat sekarang, semoga Chika tidak menyadarinya.

Chika tersenyum tipis. Walau ia tidak dapat melihat bagaimana ekspresi wajah Jey saat mengatakannya, namun terdengar dari suaranya saja Jey seperti merasakan hal yang sama dengannya yaitu bahagia. Terlebih ada getaran di balik dada Jey yang bisa Chika rasakan.

Apa Jey sedang gugup?

Ingin rasanya Chika menertawakan dirinya sendiri. Untuk apa Jey harus gugup? Chika bukanlah seseorang yang Jey harapkan bahkan Chika tidak layak mampir ke hati Jey. Itulah yang sering Jey katakan dulu padanya.

Sakit? Tentu saja. Siapa yang tidak sakit hati saat mendengar kata penolakan dari orang yang di cintai?

Chika sudah terbiasa dengan itu semua. Ribuan kali Jey menolaknya, ribuan kali juga Chika mengejarnya. Karena bagi Chika penolakan yang Jey berikan padanya itu berarti ia harus mencoba lagi entah itu nanti, besok atau bahkan lusa.

Namun, sepertinya Chika harus berhenti sekarang. Tidak, bukan karena ia sudah tidak sanggup.

Ribuan duri yang Jey berikan padanya membuat Chika menjadi  kebal bahkan untuk menginjak paku sekalipun.

Hanya saja ada sesuatu yang tidak bisa Chika kendalikan.

Sehingga ia lebih memilih mundur lalu menghilang secara perlahan dari kehidupan Jey. Seperti yang selalu Jey  katakan padanya, bahwa Jey akan lebih bahagia bila Chika tidak bersamanya.

Lagi-lagi Chika tersenyum kecut. Beginikah akhir dari cerita hidupnya? Kenapa terlihat begitu menyedihkan?

Secara tiba-tiba saja warna-warni hidupnya berubah menjadi abu-abu.

Tapi tak apa. Ini semua demi Jey. Chika akan bahagia saat melihat Jey bahagia. Bukankah itu yang selalu orang dewasa katakan? Maka itulah yang Chika lakukan sekarang. Menjadi wanita dewasa seperti tipe ideal Jey.

"Jey, apa kau akan kembali ke apartemenmu lagi setelah ini?"

Pertanyaan kecil yang terdengar sangat lembut masuk ke indra pendengaran. Membuat Jey semakin sulit mengatur irama jantungnya.

"Ah, sepertinya tidak. Aku sudah mengosongkan jadwal agar bisa bersamamu dan rencananya aku akan menginap di rumah kita. Kau tidak keberatan?"

Chika terkekeh, "Untuk apa aku merasa keberatan saat suamiku ingin pulang. Bukankah itu yang selalu seorang istri lakukan yaitu menunggu suaminya pulang lalu menyambutnya dengan hangat? Maka itulah yang akan ku lakukan saat kau pulang Jey."

"Terima kasih."

Jey mengecup sayang puncak kepala Chika. Membuat sang empunya kepala memejamkan mata turut menikmati secercah rasa sayang yang suaminya salurkan.

"Bisakah kita memulainya dari awal?"

Setelah keheningan menyelimuti Jey memberanikan diri bertanya dengan sangat hati-hati.

"Maksudmu?"

"Aku tahu kau pasti paham apa yang ku maksud Chika. Aku benar-benar minta maaf untuk kesalahanku di masa lalu dan aku ingin kita memulainya dari awal lagi. Kita mulai pernikahan kita dari nol, bagaimana?"

Chika menggeleng pelan.

"Tapi, kenapa? Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi Chika. Aku berjanji akan menjadi suami yang bertanggungjawab sepenuhnya untukmu. Aku akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan padamu. Aku akan membuatmu menjadi wanita yang paling bahagia dia muka bumi ini, Chika. Apapun akan ku lakukan untukmu. Aku bersumpah! Tolong percaya padaku Chika. Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?"

Chika membalik tubuhnya dan duduk di atas pangkuan Jey. Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menangkup kedua pipi Jey sembari menatap dalam mata satu sama lain.

"Jey, kau tahu aku sangat mencintaimu bukan? Bahkan sampai detik ini pun aku masih mencintaimu. Tak perduli apapun yang kau lakukan padaku, aku tetap mencintaimu karena kaulah Jeyku, suamiku dan lelaki yang ku cintai. Tidak akan ada yang bisa merubah itu."

"Tapi, jika kau mencintaiku kenapa kau menolakku?"

"Jey, akan ada saatnya kau tidak bisa mengulangnya kembali yang bahkan itu di luar kendaliku, kendalimu, bahkan di luar kendali kita. Aku hanya tidak ingin kau merasa kecewa di kemudian hari. Aku harap kau mengerti itu Jey."

Tanpa Jey sadari senyum dari bibir pucat itu serta tatapan mata teduh yang telah mengunci pandangannya adalah saat yang sangat berharga untuknya.

Andai saja Jey menyadarinya sejak awal, andai saja Jey mengerti dari setiap kata yang Chika ucapkan mungkin sekarang mereka tengah berbahagia bersama tanpa kehilangan satu sama lain.

Andai saja Jey bisa menangkap Chika lebih cepat,
Andai saja Jey tidak membuat Chika berjuang sendiri,
Andai saja Jey selalu ada untuk Chika.

Namun, itu semua hanya sebatas andai.













^Δ^

Hi My Pika's
Gimana udah dapat feel drama-dramanya?

Yaa, kira-kira begitulah gambarannya.
Cuma chapter 1 nanti ga mellow yaa..
Sesuai sinopsis, prolognya Kachu buat untuk potongan killing part cerita. Dan chapter 1 nnti bakal di ceritain dari awal. Okey?

See u
Luv luv

Rewrite The Stars #MILER3 (Mini Book) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang