Page 4

65 11 0
                                    

Bahkan ketika aku pergi pun kau tidak perduli

Pagi itu Keyra disaat sebagian orang-orang sedang bermalas-malasan ingin menghabiskan hari weekend hanya bermalasan di kamar atau merencanakan liburan yang menyenangkan bersama teman, sahabat, kekasih maupun keluarga Keyra malah berniat pergi ke tempat yang paling dihindari orang-orang kecuali sangat terdesak dan membutuhkan.

Sialnya Keyra memang sangat membutuhkannya, Keyra membutuhkan sesuatu untuk menjadi penompang hidup. Ia harus bertahan hidup meskipun rasanya sekarang pun dirinya sudah mati. Setidaknya ada hal yang ia ingin lakukan sebelum hidupnya benar-benar berakhir.

Keyra merasa akhir-akhir ini kesehatannya tidak stabil. Ia sering tiba-tiba kehilangan kesadaran padahal Keyra merasa tubuhnya baik-baik saja sebelumnya. Tidak ada keluhan yang berarti tiba-tiba saja ia pingsan hingga puncaknya subuh ini Keyra tiba-tiba muntah darah setelah batuk. Dengan tangan yang gemetar dirinya segera meraih ponsel dan menelepon dokter yang biasa menanganinya.

Takut, Keyra takut dirinya tidak sempat. Penyakit yang selama ini ia sembunyikan semakin parah. Keyra tahu harinya semakin dekat, namun tidak menyangka akan secepat ini. Keyra panik mengambil jaket dan kunci mobil. Segera melesat dari rumah megah yang terasa seperti bukan rumahnya itu.

Tangannya semakin bergetar, detak jantung semakin berdetak tak beraturan. Di jalan yang gelap nan sepi Keyra hanya berharap ia bisa segera sampai di tujuan. Entah kenapa semakin jauh jaraknya dari rumah kepalanya semakin sakit dan disaat yang bersama pandangannya mulai mengabur yang semakin lama makin memutih.

Keyra sadar dirinya masih berkendara namun kepalanya seolah tidak dapat berpikir, semakin ia memaksa kepalanya seakan ingin pecah serta pandangan yang semakin tidak jelas. Ia membuka mata namun seperti tidak membuka mata. Tidak ada yang bisa Keyra pikirkan lagi selain refleks membanting stir ke kiri jalan.

"Arghh."

Dentuman besar tak terhindarkan. Mobil Keyra menabrak pembatas jalan, bagian depan rusak sementara Keyra sudah tidak sadarkan diri dengan darah segar yang mengalir deras dari keningnya. Di tengah gelap dan sepinya jalan Keyra mengalami kecelakaan tunggal.

***

Pagi itu juga bahkan sebelum ayam berkokok Calvien Dewara Miler beserta adiknya Charel Hant Miler bergegas ke kediaman sang adik. Tanpa permisi langsung mendobrak kamar utama, Jey yang kaget karena suara besar langsung terbangun begitu juga dengan Zeelin yang berada di sampingnya.

Belum sempat keduanya memproses apa yang terjadi sebuah tinjuan mendarat di wajah Jey hingga pria itu kembali terhuyung ke tempat tidur. Tidak puas Calvien menarik kaos yang Jey gunakan dan mengulangi tindakkan yang sama. Tinjuan demi tinjuan Calvien berikan tanpa ampun, sementara Zeelin terus berteriak karena kaget dan takut dalam waktu yang bersamaan. Ia tidak tahu siapa yang datang dan kenapa mereka langsung memukul kekasihnya di pagi buta serta dari mana pria-pria itu mendapatkan akses ke rumah kekasihnya.

"Aku tidak akan pernah mengampunimu. Kami tidak pernah membeda-bedakanmu dan selalu menganggapmu bagian dari kami, tetapi ternyata ini balasanmu terhadap adikku? Aku lelah meminta adikku berhenti, aku diam karena aku tahu sampai mana aku bisa bertindak namun setelah semua yang terjadi memukulmu hingga mati pun tidak sebanding dengan sakit yang adikku rasakan. Ku harap aku benar-benar bisa melenyapkanmu dari dunia brengsek!"

Melihat kakaknya yang semakin hilang kendali serta Jey yang hampir kehilangan kesadarannya Charel segera menarik tubuh kakaknya. Ini di luar prediksi, padahal di perjalanan mobil hanya berisi sumpah serah dari Charel serta niatnya ingin menghabiskan suami adiknya yang tidak bisa dikatakan suami itu.

Namun nyatanya sakit hati yang ia rasakan sama dengan yang kakaknya rasakan, karena amarah yang begitu membara Charel sampai lupa jika sejak awal memang ada sosok yang sangat menyangi adik mereka bahkan melebihi kedua orang tua mereka. Calvien adalah sosok yang sangat menyayangi saudari terakhir mereka. Sejak kecil Calvien selalu memperlakukan dan menjaga Keyra dengan baik. Calvien bahkan tidak pernah marah kepada Keyra dan selalu membujuk akan membelikan apapun yang tuan putrinya inginkan.

Calvien sakit hati, adik yang ia perlakukan dengan sangat baik yang ia rawat bagaikan benda yang paling rapuh di dunia malah disakiti tanpa hati begitu saja dengan pria yang merebut adiknya dari istana yang ternyaman dan teraman.

"Kita belum selesai. Aku akan benar-benar menghabisimu jika Keyra kenapa-napa, sedikit hal buruk terjadi padanya maka banyak yang akan kau terima. Setelah keadaan Keyra normal ku harap hubungan kalian berakhir, jika tidak aku yang akan mengakhirinya dan jangan harap kehidupanmu akan aman. Aku akan membuatmu menjadi pria yang paling menderita selama hidupmu seperti kau menyayat kehidupan adikku. Dan kau—" Calvien menunjuk Zeelin dengan penuh peringatan serta tatapan yang masih membenci juga jijik di saat yang bersamaan.

"Ku harap kau tidak pernah mendapatkan hubungan yang baik dengan lelaki manapun. Ku harap kehidupan yang tenang dan nyaman tidak akan pernah menghampiri perempuan yang telah merusak rumah tangga orang lain."

"Seperti kami yang menunggu kabar, kehidupan kalian tidak aka naman. Hidup ataupun mati, tidak ada tempat untuk kalian berlari. Dan jangan harap untuk bisa menemui Chika karena saat kakiku keluar dari pintu neraka ini maka saat itulah kalian tidak memiliki hubungan apa-apa."

***

Clarissa menangis sembari menggenggam tangan anaknya, berharap anak perempuan satu-satunya itu segera sadar dan memeluknya. Clarissa merasa gagal menjadi seorang ibu, bagaimana bisa ia kecolongan. Dengan mudahnya memberikan izin kepada sang anak untuk masuk ke kendang buaya karena tidak tega menolak satu-satunya permintaan sang gadis melupakan fakta anak sulungnya Calvien yang tidak setuju hingga pergi dari rumah karena begitu marah.

Saddam selaku suami mengusap punggung sang istri, menenangkan. Dia juga marah dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Ingin menghajar pria yang sampai hati menyakiti anaknya, namun mendampingi istrinya yang juga sedang tidak baik-baik saja lebih penting sekarang. Si sulung Calvien juga berkata jika ia yang akan mengurusnya dan meminta kedua orangtua serta Chicco cukup menjaga Chika di rumah sakit.

"Mom, Dad, kalian makanlah. Biar aku yang menjaga Chika."

Clarissa menggeleng dan semakin kuat menggenggam telapak tangan Keyra yang lemah.

"Dad."

Mengerti permohonan sang anak Saddam mendekatkan bibirnya pada telinga sang istri.

"Honey, kita makan dulu ya. Mommy belum makan sejak pagi, ada Icco yang bakal jagain Chika, Cal sama Arel juga bentar lagi sampai. Mommy makan dulu ya supaya tenaganya terisi terus bisa meluk Chika waktu Chika sadar nanti. Ayo hmm."

"T—tapi Dad."

"Iya, sebentar aja kok. Kita juga enggak jauh, cuman ke kantin rumah sakit. Jadi, kalau Chika sudah sadar kita bisa cepat-cepat balik. Ayo."

Perlahan dengan berat hari Clarissa akhirnya mau bangkit, dibantu oleh Saddam keduanya keluar menuju kantin. Bergantian Chicco yang mengisi tempat yang sebelumnya ditempati sang ibu. Tak berselang lama Calvien dan Charel datang. Wajah Calvien yang semula tak bersahabat perlahan melunak seiring dekatnya jaraknya dengan si bungsu.

Hati Calvien seakan diremas melihat adiknya tidak berdaya dengan alat bantu yang mengerubuni tubuhnya. Terlihat sangat damai di tempat yang paling orang-orang hindari yang mungkin saja lebih aman daripada di rumah aslinya. Sejak awal Calvien memang tidak yakin dan tidak merestui hubungan Keyra atau yang lebih akrab dipanggil Chika oleh Miler sekeluarga. Hubungan Keyra dan Jey terlalu dipaksa menurut Calvien hingga tibalah puncaknya sekarang.

Awalnya Calvien hanya marah karena Jey yang lalai membiarkan istrinya menyetir sendirian kala sedang sakit, namun ketika sampai di kamar mereka mendapati fakta baru yang tidak Calvien sangka akan dilakukan oleh Jey. Calvien tahu Jey tidak menyukai Keyra sebagai pasangannya namun tidak menyangka jika setidaksuka itu Jey kepada adiknya.

"Segeralah sembuh jika kau tidak ingin pria yang paling kau cintai itu ikut lenyap dari muka bumi ini." Lirih Calvien sebelum mencium tangan adiknya dan meneteskan air mata kala ia menutup mata.

Rewrite The Stars #MILER3 (Mini Book) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang