Part 6

15 2 0
                                    

Tugasku hanya mencintai mu. Kamu bebas bersama siapapun, aku tidak bisa melarang. Karna aku tidak punya hak akan hal itu.
-Arabella.

Happy reading❤

Malam ini Azura sedang berada di Cafe yang biasa mereka datangi. Namun, kali ini Azura hanya bersama Elang. Memang bukan hal aneh lagi jika mereka jalan berdua. Semua orang pun tau, bahwa Azura dan Elang saling menyimpan rasa.

"Mau pesan apa el?"

"Kaya biasa aja," Ucap Elang yang tidak melepaskan pandangannya pada game yang sedang ia mainkan.

"Mbak!" Panggil Azura kepada waitress.

"Mau pesan apa kak?" Tanya waitress disertai senyuman kecil.

"Chicken roll dua, milkshake vanila satu, lemon tea satu, sama es krim vanila satu."

"Baik kak, ditunggu ya," Waitress yang tadi mencatat pesanan Azura pun pergi ke belakang.

Azura mengambil ponselnya yang berada di tas dan membuka aplikasi instagram. Tak lama kemudian, mata nya melotot kaget melihat postingan seseorang.

"El, liat deh," Azura menepuk tangan Elang tidak sabar.

"Apasih Zura, kalah kan tuh jadinya," Elang memandang Azura dengan kesal.

Azura pun segera menunjukkan postingan seseorang kepada Elang. "Liat,"

"Gila tuh Megan," Komentar Elang seraya melihat postingan itu. "Captionnya love lagi,"

"Gue mau kasih tau Ara,"

Elang segera menahan tangan Azura yang akan mengirimkan pesan kepada Ara. "Gue yakin Ara udah tau duluan. Lo lupa akun Langit ada di handphone Ara,"

"Oh iya, terus gimana dong El? Pasti Ara galau banget tau hal ini."

"Gue yakin Langit bisa nenaningin dia malam ini," Ucap Elang tenang.

Sementara Azura kembali sibuk dengan komenan yang ada di postingan Megan, sampai ia tidak sadar kalo pesanan nya sudah di antar oleh waitress.

"Makasih mbak," Ujar Elang. "Azura, makan dulu,"

"Iya," Jawabnya seraya menaruh ponselnya di meja.

Mereka makan dalam diam, memikirkan seseorang yang sama. Lalu, setelah makanan mereka habis, Azura memutuskan untuk pulang. Seketika mood cewek itu rusak, karna postingan Megan.

"Pulang aja El, kapan–kapan aja kita ke pasar malamnya."

"Oke," Elang pun mengerti dengan perubahan mood Azura. Ia segera menyalakan mesin mobilnya menuju rumah Azura.

Selama perjalanan tidak ada yang membuka suaranya, bahkan Azura yang biasanya tidak berhenti berbicara mendadak diam.

"Ara pasti bakal baik–baik aja, Zura. Lo nggak usah khawatir." Ucap Elang sambil mengusap pelan rambut Azura.

Azura yang sedari tadi diam, perlahan menoleh kearah Elang. "Gue sayang banget sama Ara, sampai gue nggak pernah rela liat dia sakit karna si sialan Megan!" Sahut Azura.

"Iya gue tau, gue sama Langit pun sama," Ujar Elang sambil melirik Azura. "Tugas kita besok, bikin Ara seneng dan lupain hal ini ya."

****

Sementara di waktu yang sama, ada seorang gadis yang sedang menangis pelan setelah membuka notifikasi yang sengaja ia bunyikan di ponselnya.

Ara melihat postingan Megan yang sedang foto bersama seorang gadis. Dia melisa, anak kelas 11 IPS 2. Ara tidak bisa mengikuti Megan karna akun Megan di privasi. Jadilah ia meminta Langit untuk mengizinkan Ara menyimpan akun instagram nya, dan Langit mengizinkannya.

"Jahat banget hiks," Ucap Ara seraya mengelap ingusnya dengan tisu dan melemparkan tisu tersebut secara asal, yang menjadikan kamarnya penuh dengan tisu.

"Gue yang berjuang, dia yang dijadiin pacar. Kenapa juga Megan ga bisa nerima gue? Padahal kan gue tulus sayang sama dia." Racaunya.

"Huaaaa, Megan jah–aduh sakit," Seseorang datang dari jendela kamar Ara memakai Kaos berwarna hitam dan kolor Adidasnya, lalu menyentil dahi Ara.

Saat tau postingan Megan, Langit segera pergi kerumah Ara untuk mengetahui kondisi sahabatnya. Saking khawatir dengan Ara, ia sampai tidak peduli dengan penampilan yang biasanya terlihat cool. "Berisik banget udah malam teriak–teriak,"

Ara yang tau bahwa Langit datang, segera menghampiri Langit lalu memeluknya erat. "Langit," Panggilnya dengan nada bergetar.

"Biarin, nanti juga putus," Ujar Langit dengan santai sambil mengelus rambut Ara.

"Ish," Ara memukul dada Langit pelan.

"Jangan galau gini Ra, lo jelek kalo galau,"

Ara melepas pelukannya, lalu memukul Langit. "Kurang ajar lo,"

Langit segera mengambil tangan Ara. "Ra, dengerin gue, ga semua perasaan ada balasannya. Kadang kita harus bisa ikhlas liat dia sama yang lain, walaupun hati kita sakit."

Ara terdiam, lalu memandang Langit dengan sendu. "Apa perasaan gue salah ya Lang buat Megan?" Tanya nya dengan mata yang berkaca–kaca.

Ra, hati gue sakit liat lo kaya gini. –batin Langit.

"Nggak ada perasaan yang salah Ra, kan perasaan lo ada tanpa lo minta,"

"Gue kadang suka mau nyerah Lang, cuma gue ga bisa."

"Gue tau, di jalanin aja ya, biarin perasaan lo itu ngalir kaya air." Ucap Langit menenangkan Ara. "Udah jangan nangis lagi, mata lo bengkak tuh,"

Ara merengut, lalu mata nya jatuh ke kolor yang dipakai Langit. "Hahahaha," Tawanya meledak saat tau pakaian Langit saat ini.

"Kenapa lo, abis nangis mala ketawa?" Tanya Langit dengan bingung.

"Khawatir banget sama gue, sampe lo ga sadar pake kolor ya Lang," Jawab Ara setelah meredakan tawanya.

Langit pun menoyor dahi Ara. "Gue buru–buru kesini, takut lo frustasi terus bertindak bodoh,"

"Alah, ngeles aja kaya bajaj." Sahut Ara.

Langit tidak membalas perkataan Ara, ia memilih pergi ke dapur untuk mengambil es batu dan baskom untuk mengompres mata Ara yang bengkak.

"Tiduran cepet, biar gue kompres mata lo," Ara pun segera berbaring seraya memejamkan matanya.

Langit dengan telaten mengompres mata Ara, sampai Ara tertidur.

"Jangan keseringan nangis ya Ra, good night," Ucapnya pelan.

Jakarta, 27 September 2020

Jangan lupa vote dan komen ya!

ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang