Second Meeting

31 10 1
                                    

"Kamu adalah potongan memori singkat yg hanya datang singgah tapi meninggalkan janji yg begitu banyak"

●●●

"RARAA!!!... hhh.. Raaa!!!"

"Apasih Vann, dateng ke rumah orang teriak-teriak ga jelas" Omel seorang gadis tinggi berambut panjang tersebut pada sahabatnya, Vania.

"Hoshh... huhh.." Vania mencoba mengantur pernafasan nya sedikit demi sedikit.

"Enakin dulu napas lo Van, baru ngomong"

"Hhhuhh udahh.. Gini Raa.. gue mau cerita" Gadis yg menemani nya sejak kecil didepan lawan bicara nya ini bernama Rachel atau biasa disapa Rara.

"Masuk dulu lo njjr, belom juga ganti seragam udah main ke rumah orang lo. Buru masuk"

Rachel mengajak Vania pergi masuk ke dalam kamar nya agar lebih leluasa bercerita.

"Raa gini, lo masih inget kan sama Jeno?"

"Cck Jeno, Jeno, Jeno lagi, jelas lah gue masih inget" jawab Rara dengan berdecak kesal pada sahabatnya itu. Bagaimana tidak? Ia sudah beribu kali mendengar cerita Vania tentang Jeno yg tak ada habis nya.

"Ihh dengerin dulu Raa.." rengek Vania dengan ekspresi memelas.

"Iya-iya ngomong aja gue dengerin" Rara lebih memilih mengotak-ngatik handphone

"Tadi gue ketemu tante Sena"

"HAH?!! LO KETEMU SAMA TANTE SENA? DIMANA VAN?" Handphone yg digunakan Rara lantas terjatuh begitu saja saat mendengar perkataan Vania.

"Disekolah, trus anu Ra"

"ANU APA?"

"Gue kayak nya ketemu sama Jeno deh"

"Uhukk!! Uhukk!! Jan becanda lo Van" double kill macam apa ini yg Rachel dengar?

"Enggaa Raa gue ga becanda, tadi gue kayaknya ketemu sama Jeno, kayaknya..."

"Kok kayaknya sih Van? Ragu-ragu banget lo cerita nya ke gue"

"Ya gatau, soalnya tatapan orang yg gue liat itu bukan tatapan seorang Jeno Alvaro yg gue kenal dulu Ra, gue coba manggil dia Jeno tadi, tapi ga digubris gitu, kayaknya emang bukan Jeno deh Ra" ujar Vania dengan nada putus asa nya.

"Lahh gimana ceritanya lo cuman nilai lewat tatapan, ga mungkin kan dia emang sengaja ngejauhin lo, coba positif thinking dulu deh Van, maybe itu beneran Jeno, tapi dia emang ga liat lo saat itu." Ucap Rachel dengan nada meyakinkan.

"Ya semoga aja.."

"Udah ah, lo udah makan belom? Didapur mama gue lagi masak enak noh, makan bareng yuk?" Ujar Rachel dengan mengalihkan topik yg tadi.

Sungguh Rachel hanya tidak mau sahabat nya yg ceroboh ini terlalu memikirkan hal tadi, ia tau kesehatan Vania tidak seperti dirinya.

Raut wajah Vania langsung berubah ketika mendengar perkataan Rachel.

"IYAA MAUU!! Hehe tau aja gue lagi laper" jawab gadis itu dengan cengerian bodohnya.

Rachel hanya menggelengkan kepalanya dengan heran. Ia tak heran jika melihat mood Vania bisa berubah dengan cepat. Rachel sudah tahu luar dalam tentang Vania, bahkan lebih dari Guanlin.


●●●●

20 Juli 2017

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang