HTCPCP

75 8 1
                                    

<!DOCTYPE atml>

<head>

<title>{I'm a teapot}</title>

<link>

{block:Reset}<meta/>{/block:Reset}

</head>

<body>

Elizabeth Cardis tidak dapat mengingat apa yang telah terjadi sampai sebulan kemudian ia terbangun di rumah sakit.

Seakan-akan ia telah bermimpi lama dan panjang, namun sensasi motorik tubuhnya mengingat dan berusaha memberitahukannya sesuatu. Segalanya, secara alami, mulai kembali kepadanya setelah beberapa jam ia membuka mata, menikmati cahaya matahari sore yang masuk dari jendela di sisi barat kamar serba putih itu.

Detail yang ada di kamar itu mulai Eliza perhatikan dan resapi satu per satu. Robot berbentuk seperti bola kasti yang melayang di udara, tampak seperti asisten perawat, memeriksanya dari waktu ke waktu dan segera pergi melalui celah pintu dan menutupnya kembali. Tangan kirinya yang disisipi jarum infus, namun tidak bisa digerakkan sama sekali. Selimut nyaman dan kasur empuk. Pot bunga yang berisi bunga yang tampak segar di sisi samping tempat tidurnya, entah memang karena sering diganti atau itu hanya citra hologram untuk pemanis mata. Di saat yang sama, benaknya mulai bersoal tentang segala yang telah terjadi.

Satu bulan telah berlalu. Ia ingat betul kalender yang terakhir berjalan di Sistema Cardis. Si robot asisten tadi menyuarakan bulan yang lain dari perkiraan, dan Eliza hanya bisa terbeliak, ternganga di atas tempat tidur rumah sakit. Sekarang, ia tidak bisa mengakses Sistema Cardis karena satu atau dua hal - utamanya, karena ada tulisan muncul 'Akses anda dibatasi oleh Elise Cardis. Katanya: 'istirahat, bodoh', lalu tanda titik.'.

Ketika kepalanya dipenuhi tanya yang rasanya tidak akan terjawab dengan cepat, pintu kamar rawatnya diketuk pelan sebanyak dua kali.

Seseorang dengan topi jerami masuk ke ruangan, disertai sebuah buket bunga dengan warna-warna cerah, surai pirang kecoklatannya digerai dengan ombre di sisi bawah. Ia mengenakan gaun terusan panjang tak berlengan berwarna putih, mengaksentuasi nada musim panas yang mungkin menusuk-nusuk di luar sana.

Senyum simpul Countess Alchemilla terkembang pesat, terlebih ketika Eliza melambaikan tangan.

"Tadi katanya kamu belum bangun juga, atau, dia membohongiku?"

"Oh, Madam ada di sini?"

"Tidak, dia sedang sibuk -- hei, kenapa kamu bisa tahu kalau aku-"

"Cuma menebak, cuma menebak. Saya benar-benar baru terbangun, Countess." ia terselamatkan dari delik tajam mata itu. "Syukurlah kalau hubungan anda dan Madam sudah lebih baik."

Countess Alchemilla menarik tepi topi jeraminya, mendengus, "Sudah kubilang, itu urusan orang tua. Anak bau kencur sepertimu tidak usah ikut campur."

"Ya, ya."

Menunggu Countess Alchemilla mengganti bunga yang ada di pot, Eliza kembali memandang arah luar jendela. Ia tampak ada di lantai yang cukup tinggi, cukup untuk menikmati cuplik hamparan metropolis di bawah sana. Malam belum menjelang dan sore masih berujar jingga muda, belum waktunya untuk gemerlap lampu yang diharapkan hadir.

Paling tidak, satu pertanyaannya terjawab - mengenai pot bunga itu asli atau palsu.

"Kamu kelihatan seperti mau menginterogasiku, apa kepalamu sudah tidak apa-apa?"

Regal Couture [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang