Ini sudah satu jam sejak kejadian panas pagi ini.
Singkat cerita, Philip merebut ku dari Penelope. Setelahnya, Claude mengusir Penelope dan masuk ke Istana Peridot disusul Felix, Rury, Philip, dan aku.
Ku pikir setelahnya akan terjadi kecanggungan luar biasa atau apa, ternyata tidak. Saat kami tiba di ruang tamu Istana Peridot, ada sepasang suami-istri yang tengah menunggu.
Sang Suami berambut biru navy dengan mata biru laut. Di sebelahnya, sang Istri berambut biru muda dengan mata abu-abu gelap.
Aku belum pernah melihat mereka, tapi bisa menebak siapa mereka. Count dan Countess Celiano. Ya, kakek dan nenek ku di sini.
Bagaimana aku bisa tahu? Warna rambut Countess Celiano mirip dengan warna rambut ku. Dari situlah, aku menyimpulkan bahwa mereka Keluarga Celiano.
"Benar-benar mirip dengan Eva," ucap Countess Celiano lirih. Sedetik kemudian, air mata mengalir pelan di pipinya. "Aku tidak percaya Eva sudah tiada."
Hawa ruangan jadi sedikit suram. Keluarga Celiano sedang bersedih di hadapan ku, begitu juga Claude, Rury, Felix, dan Philip. Dari sini aku tahu, Eva adalah orang yang baik. Setara dengan Diana yang bisa meninggalkan kesan di hari seseorang.
"Apa Kalian akan membawa Ambrosia?" Claude bertanya memecah sedikit aura suram yang ada.
"Rencananya begitu. Tapi, kami rasa itu akan sangat kejam untuk Ambrosia sendiri. Tumbuh jauh dari ayahnya, pasti menyakitkan," Count Celiano mengusap pelan kepala ku, membuat ku tersenyum senang.
"Bawa saja Ambrosia."
"UHUK! UHUK!" aku tersedak air liur ku sendiri. Rury dengan panik menghampiri ku yang berada di pangkuan Claude.
Rury bertanya apakah aku baik-baik saja, tapi tak ku jawab. Aku masih sibuk batuk. Maksud ku, aku kaget kawan. Apa Claude tidak sayang pada ku? Dia barusan mengusir, kan?
"Pa-Pangeran. Apa Anda tidak ingin merawat Ambrosia?" Count Celiano gelagapan bertanya.
Lihat, bahkan dia juga kaget. Benar-benar Claude sialan. Kalau tidak sayang, sejak awal usir saja aku dari istana. Kirimkan ke Kediaman Celiano bersama Rury dan whoosh! Masalah selesai. Claude tidak akan kerepotan menjalani kehidupannya di istana.
"EHEM!"
Semua pasang mata menoleh ke sumber suara. Ternyata itu Felix yang baru saja berbatuk pelan.
"Izinkan saya meluruskan kesalahpahaman ini, Count dan Countess," Felix tersenyum kikuk, "apa yang Pangeran maksud adalah beliau ingin menitipkan Nona Ambrosia pada Keluarga Celiano untuk beberapa saat. Karena, keadaan di istana saat ini sedang kacau dan Pangeran ragu bisa menjaga Nona Ambrosia selama 24 jam."
CTAAAR!
Petir menyambar dalam pikiran ku.
He? Sungguh? Ku pikir Claude tidak menyayangi ku. Maksud ku, memang di awal dia menjaga ku dengan benar. Tapi makin ke sini, dia tidak pernah mempedulikan ku. Aku jadi ragu apakah dia sayang pada ku atau tidak.
Sepertinya aku salah paham barusan.
"Oh, begitu. Saya pikir Pangeran," Count Celiano menggaruk tengkuknya, tak berani melanjutkan kalimatnya.
"Kami tidak masalah jika Ambrosia tinggal di kediaman kami. Kami justru senang bisa menerima Ambrosia di kediaman kami," Countess Celiano tersenyum.
Ku rasa, keluarganya Eva baik. Aku tidak melihat adanya maksud tersembunyi. Mereka benar-benar tulus mau menerima ku.
Oh, Hei! Mumpung Keluarga Celiano ada di sini, aku akan bertanya soal Eva. Aku penasaran betul bagaimana rupa Eva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambrosia (WMMAP X OC) [HIATUS]
Fanfiction#HANYA FANFICTION# . . . Nama ku Rosia, gadis berkewarganegaraan Indonesia. Aku penggemar serial webtoon berjudul <Who Made Me a Princess>. Suatu hari aku tewas karena kecelakaan dan bertemu sebuah suara. "Athanasia de Alger Obelia. Dia butuh...