Sepertinya aku benar-benar reinkarnasi.
Sungguh, lihatlah aku sekarang. Aku jadi dedek bayi yang usianya baru beberapa bulan. Lihat ini, aku ada di ranjang bayi dan hanya bisa mengangkat tangan. Bahkan tengkurap saja belum bisa.
Aku tidak menyangka bahwa suara misterius itu benar-benar meminta bantuan ku dan mereinkarnasikan ku. Untuk sekarang aku sudah yakin soal reinkarnasi, tapi berada di dunia WMMAP? Belum ada jawaban. Aku baru sejam di sini jadi jangan protes.
Menurut penuturan suara misterius itu, umur ku dan Athanasia terpaut tiga tahun. Otomatis orang yang kemungkinan bisa ku temui saat ini hanya Claude, Felix, Lily, dan Anastacius. Diana dan Penelope, ku rasa mereka belum datang di waktu ini.
Lalu apalagi? Oh, tentang siapa ibu ku di dunia ini. Nah, kalau itu aku juga tidak tahu. Aku hanya tahu bahwa ibu ku di dunia ini sudah meninggal saat melahirkan ku. Mungkin sedikit demi sedikit aku akan tahu tentang ibu ku ini. Dari mana dapat info? Ya dari pelayan yang sukanya gibah, dong. Mudah, kan? Aku yakin seratus persen ada pelayan yang hobinya gibah.
CLING!
CLING!
Lonceng angin di balkon kamar ini berbunyi nyaring. Namanya juga lonceng angin, setiap kali berbunyi pasti ada angin yang datang. Kali ini bukan angin yang kencang, hanya semilir biasa.
Aku melirik sekeliling. Sejauh pengamatan ku, tempat ini terlihat seperti salah satu kamar di istana. Noh, lihat langit-langit kamar yang punya ukiran ala-ala abad pertengahan. Lalu beberapa meter di depan keranjang bayi ini ada perapian besar yang dikelilingi sepuluh guci. Bukan guci biasa, itu guci mahal yang memiliki ukiran super rumit di sekelilingnya.
Wow, mata ku tajam sekali ya. Padahal jaraknya agak jauh, apalagi aku dalam posisi terlentang. Hm, kesehatan mata ku harus dijaga. Siapa tahu ketajaman mata ku bisa berguna.
BRAAK!
EH, COPOT ANJIR! Siap sih main banting-banting pintu?
Aku melirik ke arah pintu. Agak susah, tapi ku paksa. Tepat saat aku tahu siapa yang membanting pintu, nyawa ku serasa mau melayang.
ITU CLAUDE, ANJIR!
Ok, sekarang aku yakin ini dunia WMMAP. Surai pirang berkilau, mata biru sapphire permata, dan tatapan datar itu. Ini benar-benar Claude! Ah, ini tiga tahun sebelum Athanasia lahir, jadi dia belum memakai pakaian ala-ala Yunani yang berasal dari Siadona. Yah, mau bagaimanapun dia tetap keren.
Claude berjalan mendekati ranjang bayi ku bersama seorang wanita berpakaian pelayan ala-ala Eropa kuno dengan surai hitam dan mata sebiru langit. Hm, sepertinya aku tak asing dengan warna mata wanita itu.
"Dia putri ku?" tanya Claude sambil menatap ku datar.
"Be-Benar, Pangeran," jawab wanita bersurai hitam sambil menunduk.
Claude menatap ku datar. Aku yang masih bingung harus bagaimana hanya menatapnya dengan wajah tanpa dosa khas dedek bayi. Sekilas, muncul ekspresi kaget di wajahnya.
"Eva," gumamnya pelan kemudian menoleh ke arah wanita bersurai hitam itu, "di mana Eva?"
Eva? Apa itu nama ibu ku di sini? Bagus sekali. Seperti apa wajah ibu ku di dunia ini?
"Nona Eva meninggal setelah melahirkan, Pangeran."
"Apa dia meninggalkan nama untuknya?" Claude bertanya datar.
"Iya, Pangeran."
"Siapa namanya?"
"Tolong jangan marah pada Nona Eva, Pangeran. Maaf karena beliau menamai putri Anda dengan nama raja," wanita bersurai hitam itu tiba-tiba bersujud dengan bahu bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambrosia (WMMAP X OC) [HIATUS]
Fanfiction#HANYA FANFICTION# . . . Nama ku Rosia, gadis berkewarganegaraan Indonesia. Aku penggemar serial webtoon berjudul <Who Made Me a Princess>. Suatu hari aku tewas karena kecelakaan dan bertemu sebuah suara. "Athanasia de Alger Obelia. Dia butuh...