Tamat

8 1 0
                                    

Kunci sebuah kesuksesan ialah berbakti kepada orang tua, teruslah melangkah lebih jauh dengan baktimu kepada mereka karena apa yang mereka lakukan itu jalan terbaik untuk masa depanmu

Tiga bulan sudah selesai masa-masa suram yang telah merenggut keceriaan Anisa, Dia begitu gigih dalam masa pengobatan untuk menghilangkan kecanduan narkotika, berjuang dengan penuh tangisan terkadang lelah, putus asa menghampiri gadis itu. Kini raut wajah itu telah sempurna menjadi wanita tangguh, dan menjajakan kaki pada pusat pengabdian.

Laki-laki yang kini berada di depannya ikut berbahagia atas proses penyembuhan Anisa di pusat rehabilitasi telah selesai. Tampak sinar bahagia di raut muka sang laki-laki

"Subhanallah aku salut dengan perubahan kamu saat ini, bagaimana kamu siap untuk kembali ke pesantren sekarang? Apa kamu tidak ada rasa takut lagi jika mereka menghujatmu seperti sebelumnya?" tanya Jimmy dengan tetap terpaku menunggu jawaban dari Anisa

"Bagaimana pun kondisanya nanti, Anisa siap Uda untuk kembali ke Pesantren. Anisa ingin melihatkan kesungguhan Anisa bahwa Anisa kini telah berubah Uda. Anisa kuat menghadapi ini semua Uda,"

"Baiklah, ayo kita pulang ke tanah kelahiranmu Anisa, semoga Abak telah memaafkan dan menerima kehadiran kamu lagi."

"Terimakasih Uda sudah repot-repot, dari mencarikan tempat rehabilitasi hingga kini Uda juga yang mengantarkan Anisa Pulang."

"Itu sudah kewajiban Uda menolong kamu, sesama manusia haruslah bersikap setia kawan,Nisa. Tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum aia. Bagaimana pun di nagari kita ko wajib hukumnya untuk menolong sesama."

"Baiklah Uda, Anisa sudah tidak sabaran ingin meminta maaf kepada abak." Dengan penuh senyuman menggembirakan.

Perjalanan menuju pondok pesantren Thawalib menempuh waktu selama 3 jam dari Padang ke kota Bukittinggi. Anisa ditemani satu orang petugas rehabilitasi dan Uda Jamal bertolak mengantarkan Anisa kepangkuan abak.

***
Riuh pikuk suasana pondok Pesantren Thawalib kali ini lebih sibuk dari sebelumnya, setiap santri dan santriwati telah mendapatkan kabar angin bahwa
Putri semata wayang kyai akan tiba hari ini. Namun tak semua raut wajah mereka menggembirakan, dari sisi kanan ada yang diam-diam merenung dan entah apa yang ia renungkan, ada yang sibuk mati ketakutan jika hal yang tidak diinginkan terjadi, berbeda dengan dua santriwati sedari tadi sibuk berkutat dengan buku-buku nahwu sorof mereka.

dari dalam rumah utama pesantren, laki-laki yang tak lagi muda, raut wajah kian hari kian keriput namun tetap terlihat tegar dalam menghadapi masalahnya. Entah apa di dalam pikiran abak tentang anak satu-satunya ini, apa yang akan disampaikan Anisa nanti ketika dia telah sampai dihadapanku. Pastilah Amak sangat bergembira lihat Putri semata wayangnya nanti bisa berkumpul di pesantren, tapi sayang amak kini telah pergi untuk selamanya. Semoga anak bimbinganku berhasil mengubah Anisa menjadi lebih baik dan telah berada pada jalan yang benar.

Seorang Abak takkan berani menghancurkan masa depan Putrinya, namun kasih sayang orang tua tak sepenggal. Begitulah ibarat kasih sayang abak yang menginginkan putrinya kembali ke jalan yang benar.

***
Di dalam hati Anisa merasakan getaran yang berbeda dari sebelumnya, ada kata yang tak dapat terucap. Apa yang akan dilakukannya nanti jika berhadapan dengan Abak. Anisa memanglah ingin untuk meminta maaf kepada abak, tapi jika nanti Abak tak juga memaafkannya, kemanakah Anisa akan berlabuh menata kehidupan selanjutnya?

Perjalanan menuju pondok pesantren hanya terhitung 15 menit lagi akan tiba, siapkah hati Anisa yang sebenarnya menginjakkan kaki untuk kali ketiga di tempat kelahirannya, bagaimana tanggapan keluarga yang lain, bagaimana tanggapan santriwati yang lain tentangnya, bagaimana tanggapan para orang kampung memandangnya.

"Nisa, ayo turun kenapa melamun, kita sudah sampai Anisa," Anisa tetap saja belum merespon sehingga membuat Jimmy menepuk pundaknya agar Anisa sadar dan terbangun dari lamunannya"

"Astaghfirullahalazim, Uda ini bikin nisa kaget saja, oh ternyata kita sudah sampai ya uda, bismillah. Anisa turun dulu uda."

Uda Jimmy mengekori gadis yang kini dengan penampilan serba tertutup perlahan berjalan mencari abaknya. Tatapan semua orang terlihat kaget bahkan tidak percaya akan perubahan drastis Anisa.

Anisa menatap abaknya tanpa kedipan sedikitpun, dia sungguh berlari mengejar dan bersimpuh di kaki abak, suaranya terdengar serak. Air matanya tak terbendung lagi

"Abak, Anisa mohon maafkan Nisa, bak. Anisa mintak ampun, bak. Anisa sadar apa yang telah Nisa perbuat selama ini dosa besar bak. Anisa mohon bak. Anisa janji takkan mengulangi kesalahan yang sama lagi bak, anisa telah memutuskan, Anisa akan tetap mengikuti keputusan Abak, Anisa tidak lagi ingin melanjutkan kuliah di bidang kesenian, bak." ucapnya dengan nada parau

Abak seketika terkaget mendengar ucapan putrinya, ia tak menyangka bahwa Anisa mengubah pendiriannya dan mengikuti kemauanku, sudah saatnya aku menerima putriku kembali

"Sudah...sudah. bangunlah kau lagi Nisa, Abak telah memaafkan kau Anisa, apa pun keputusanmu abak ridho nak, Abak menyetujui langkah mana yang kau ambil nak, sudah bangunlah nak, tak kuasa Abak melihat kau terus bersimpuh dikaki abak nak," kekuatan sang abak ikut mengajak Anisa untuk bangun dari sujud simpuhnya.

"Nisa, asal kau tahu abak telah lama memaafkanmu, maafkan Abak nak, Abak hanya ingin menguji sejauh mana kesabaran kau dalam menjalani proses kehidupan ini."

"Maksud Abak gimana?"

"Baiklah, akan Abak ceritakan yang sesungguhnya"

Kau ingat saat Jimmy membawa kau pergi ke tempat rehabilitasi, disitu diam-diam abak menitipkan kau kepada Jimmy, abak harap Jimmy mampu memberikan jalan yang terbaik untuk kau Nisa, kala itu Jimmy terus melapor bahwa kau sulit untuk beradaptasi dengan menghentikan narkoba itu, dari situ anak terus mencari ahli yang mampu mengobati kau Anisa, hingga akhirnya Abak teringat dengan sahabat lama Abak di timur tengah sana. Dia lah yang membantu segalanya nak. Abak selalu memantau perkembangan kau Anisa, ketika abak mendapat kabar dari pengurus bahwa kau telah sembuh disitu hati Abak sangat senang dan juga sedih.

Hubungan antara abak dan Anisa semakin hari semakin bertambah kuat, terlebih kini Anisa telah berubah 360 derajat menjadi wanita yang Sholehah. Anisa kini telah memantapkan diri untuk terus mengikuti program agama, dan juga ia telah menjadi staff pengajar di pesantren, berkat bantuan Jimmy, kehadiran Jimmy yang tak luput dari campur tangan sang kuasa membuat Anisa berhasil melewati kisah perjalanan hidupnya.

Setelah lama mengabdikan diri kepada pesantren, nama Anisa telah melegit naik terlebih di dunia pertelevisian. Berawal pada saat dia membagikan kisah hidupnya dalam bentuk satu catatan pegabdian, seluruh siaran televisi Jakarta berdatangan ke pesantren, tak kalahnya lagi Anisa kini telah melebarkan sayap sebagai motivator Islam. Hari harinya dibagi menjadi dua, tiga hari Anisa berada di pesantren 3 hari lagi Anisa datang mengisi acara di televisi-televisi ternama.

Kisah hidup seseorang tak ada yang tahu, jatuh bangun hingga terjerumus ke lobang yang salah berkat doa dan kesabaran orang tua suatu saat hati yang kokoh seperti batu akan hancur dan luluh dengan sendirinya, tetaplah menapaki kehidupan yang di ridhoi allah-Anisa.

-TAMAT-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Losing an Angel (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang