bab 2

33 16 26
                                    


Pasar bawah, Jam Gadang Bukittinggi.

Hiruk pikuk kehidupan pasar tak luput dari keramaian. Singga sana menyeruak diselimuti hawa dingin. Para wanita tua tergolong dari beberapa suku bersorak-sorai menjajakan dagangannya. Pasar yang terbilang cukup terkenal itu telah lama menjadi pusat pembelajaran turis asing ataupun lokal. Di bahu jalan, terdapat perempuan kurus kering tengah bersama dengan teman-temanya. Rupanya tak lagi terlihat hanya saja perawakan serta postur tubuhnya seperti orang yang tak pernah tidur dan makan. Kehidupannya seperti tidak terurus dibandingkan dengan wanita-wanita lainnya.

Entah apa yang akan dilakukannya bersama dengan teman halamannya, banyak dari mereka yang menatap di aneh, memiliki sifat tak biasa hanya orang-orang tertentu yang paham akan arti dari sifat itu. Dari kejauhan mereka terlihat seperti preman pasar yang siap menerobos kerumunan lalu menghancurkan dagangan-dagangan wanita yang tidak bersalah. Tak dikira, apa yang mereka lakukan tak layaknya seorang penjerat yang siap menerkam mangsanya.

Perbincangan Anisa dengan teman-temanya cukup terlihat sengit, menyusun strategi baru. " Apa yang harus kita lakukan di sini? Bisakah kita mendapatkan uang untuk membeli beberapa gram heroin?" tanya Anisa kepada sekelompok manusia kurus kering itu.

"Kita rampas saja uang mereka yang sedang membeli dagangan. aku lihat, orang di ujung sana sudah ramai. Tidak mungkin, misi kita ini gagal.  Uda dan uni di pasar tidak akan tahu jika kita lebih ganas,"

Dia tahu, arti merampas itu tidak benar dan dilarang untuk dilakukan, namun dia sebagai pecandu sangat membutuhkan sebungkus heroin yang telah menjadi kebiasaan dan perjalanan hidupnya. Beberapa menit merenung nasib, apakah bisa mendapatkan uang begitu cepat? Tentu saja bisa baginya. Tak ada cara lain yang dilakukannya.

Di tempat yang berbeda, panas terik tetapi hawa panas itu tidak terasa. Segerombolan preman berjalan mencari mangsa-dari berbagai arah. Hiruk pikuk keramaian berubah menjadi ketakutan luar biasa.

"Lari-lari, ingat anak di rumah uda, uni. Premen itu sudah mulai memasuki arena pasar. Mari, tutup lapau sekarang," teriak perempuan paruh baya dengan balutan kain di atas kepalanya dapat dikatakan menjunjung dulang. Dalam adat Minang, dulang sebagai tradisi untuk membawa makanan atau barang jajakan bisa digunakan dalam acara adat atau kehidupan sehari-hari.

Brakk!

Beberapa orang bertubuh kurus kering,matanya terlihat sayu ditambah kulit yang kering memecahkan segala sesuatu yang ada di hadapan mereka.

"Serahkan uang kalian, atau kau akan mati!"ucap Anton dengan memeriksa Lapau dari salah satu pedagang.
Lalu dia seketika emosi melihat salah satu temannya di pukul oleh masa,dia Anisa. Anisa terduduk tak berdaya di salah satu emperan toko tak jauh dari jam gadang.

Dalam hitungan menit, pasar telah luluh lantak. Porak poranda seketika terjadi. Tak ada yang bisa menangani, ketakutan-ketakutan para pedagang menjadi momok dan sasaran tersendiri oleh Anisa dan teman-temannya.

Gadis berpakaian tidak karuan itu, tiba-tiba resah. Entah apa yang ada di pikirannya. Bekas memar pukulan masa masih terlihat sembap, merah. "Apo yang kalian dapatkan? Berhasilkan? Semoga kita bisa berpesta ria malam ini!" celetuk Anisa tengah mengibas rambut panjang yang digerai rapi.

***

Heru, telah dikenal sebagai penadah dan tak lain tak bukan juga sebagi kekasih Anisa, mengendap masuk dibalik markas persembunyian para pemakai dan penadah. "Ini bos, pesanan sabu beserta heroin yang bos minta," ucap Heru dengan memberikan bungkusan berisi sabu dan heroin kepada Anton.
Gedung tak layak huni di pinggiran kota Bukittinggi menjadi tempat persembunyian dan peristirahatan Anisa, dan teman-temanlainnya beserta sang kekasih. Pesta narkoba sering mereka lakukan dikala sedang habis melaksanakan aksi, masing-masing akan mendapatkan bagian yang rata. Tampak semuanya telah duduk berpasangan. Mereka terlihat menyatu dalam bingkai khayalan. Teknik pemakaian sabu dan heroin yang digunakan sangat beragam. Dragy dan cusy. Penggunaan cusy tergolong sangat berbahaya. Salah satunya Heru, dia mengkonsumsi heroin dan sabu sekaligus dalam satu waktu. Heru menggunakan heroin dengan cara cucaw. Cucaw dalam arti kata di gunakan menggunakan suntikan dengan menggunakan insuly.

Nikmat yang dirasakan para pemakai heroin dan sabu ini cukup menarik drastis. Berawal dalam tahap depresi hingga menemukan titik terang begitu juga dengan Anisa. Kondisi fisiknya sangat kuat setelah di hajar masa berkali-kali. Perbuatan itu tak layaknya sering di lakukan Anisa bersama teman-temannya. Kini, dia terlihat lebih bahagia. Hidupnya dipenuhi kesenangan belaka. Hari-hari dihabiskan untuk mencari uang atau apa pun yang bisa diambil untuk membeli sebungkus heroin.

Anisa yang kerap kali di ajarkan berbagai teknik pemakaian heroin oleh sang kekasih sehingga membuat ketertarikan Anisa dengan kekasih hatinya. Pertemuan mereka berawal Heru yang selalu ikut dengan Anton dalam mengantarkan permintaan konsumen mengakibatkan keduanya saling terikat. Sekali tidak menggunakannya akan merasa sakaw. Sakaw dapat diartikan seseorang yang berhenti mengkonsumsi narkotika secara tiba-riba akan memberikan efek kecanduan dan uring-unringan jika tidak mengkonsumsi narkotika tersebut.

Waktunya di habiskan untuk melakukan pesta ria yang entah kapan akan berhenti. Hanya saja, kehidupan baru yang di jalani cukup fatal. Khayalan Anisa saat mengkonsumsi heroin berbalik kepada kebencian kepada abak dan amak. Pikirannya terus melayang, mata tertutup mengigau. Jika seandainya ia tidak ditegur oleh Sinta dan Heru, mungkin bisa-bisa ia takkan kembali.

Setiap beberapa saat, Anisa melakukan hal yang sama. Pikirannya kembali melayang-layang, namun kali ini lebih parah. Matanya sembab, berceloteh hingga tak karuan. Hanya Sinta dan Anton yang memahami kondisi Anisa saat pertama kali mereka bertemu.

" Anisa...." panggilnya dengan nada yang cukup keras. Teman-temanya pun juga merasakan pikiran yang melayang-layang, tapi tidak separah Anisa dan Heru. Bisa dikatakan pemakaian Heroin bagi mereka sudah di luar batas sehingga menyebabkan Anisa dan Heru terlihat sakau.

Dia telah kembakiy menjadi Anisa yang bersemangat, tidak seperti orang yang sedang sakit. Kini, ia dan beberapa temannya keluar dari markas persembunyian, senyap seperti layaknya kuburan. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui perbuatan mereka.  Berjalan menuju pintu keluar dengan senyap salah satu teknik yang ia lakukan. Tidak hal yang ia lakukan selain berkumpul dengan beberapa temannya.

" Nisa, apo yang kau lakukan sekarang? Tak berniatkah kau untuk menjenguk dan menjumpai abakmu di pesantren," tukas Heru sambil berjalan bergandengan dengan Anisa.

"Bicara kotor apa kau ini? Aku tak perduli dengan Abak dan Amak lagi! Hidupku kuhabiskan dengan bersenang-senang bersama kalian. Sudahlah, jangan sebut-sebut nama laki-laki tua Bangka itu, bisanya cuma ngatur-dan ngatur.  Dia hanya menyombong keimanannya dengan Tuhan dia" ucap Anisa yang tengah tak sadarkan diri apa yang dia ucapkan Sangar menyentil hati abaknya.

Sinta dan kedua laki-laki itu terlihat senyum sinis setelah mendengar ocehan Anisa. Ia beranjak untuk pulang dengan menggandeng Anisa.

Losing an Angel (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang