Bab. 3

18 4 3
                                    

Tok tok tok

Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk. Karra segera duduk kembali dengan berpura-pura tidak tahu tentang berkas-berkas itu.

"S-siapa?"

Pintu pun dibuka oleh seseorang, orang yang Karra kenal yaitu Putri, merupakan asisten direktur.

"Ternyata benar, Nona sudah berada di sini. Selamat sore Nona," sapa Putri yang dibalas dengan anggukan.

Helen segera masuk lalu meletakkan berkas yang ia bawa dari ruang meeting.

"Kamu sudah boleh bekerja," ucap Helen pada Putri yang masih berada di dekat pintu.

"Ah baik. Saya permisi Nona dan Nyonya," pamitnya lalu menutup pintu.

Helen memperhatikan komputernya sebentar lalu matanya beralih pada putrinya yang duduk di sofa dengan kikuk.

"Ada apa kamu ke sini?"

"Em.. aku tadi lewat sini jadi.. sekalian. Maaf ganggu Mama," ucap Karra dengan menunduk.

"Angkat kepalamu," Karra pun mengangkat kepalanya dan kini bertatapan dengan Helen. "Kamu memang ganggu tapi Mama berterimakasih."

"He?"

"Tadi Mama sempat berbeda pendapat dengan penulis terkenal itu, tapi karena Putri memberitahu kedatanganmu, penulis itu akhirnya setuju daripada masalah ini tak kunjung selesai."

Karra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sesaat kemudian, Karra terkejut dengan pertanyaan Helen.

"Kamu masih pacaran sama.. siapa itu? Dra... Dragon?"

Sebenarnya Karra ingin tertawa namun ia menahannya. "Iya masih, namanya Nendra. Kenapa?"

"Oh nggak apa, cuma nanya."

Suasana kembali hening. Hanya terdengar suara transportasi di luar sana dan hiruk pikuk di luar ruangan.

"Kamu mau minum?"

"Eh nggak usah, air putihku belum habis kok."

Helen pun mengangguk lalu menelepon seseorang. "Tolong bikinkan kopi dan ambilkan makan siangku yang tertinggal di pantry."

Karra melongo melihat Mamanya, Helen yang sadar pun menoleh.

"Mama belum makan siang?"

"Belum. Tadi ketinggalan karena buru-buru meeting."

Beberapa menit telah berlalu, suara langkah kaki seseorang bertambah dekat. Tak lama pintu kembali diketuk.

Tok tok tok

"Masuk," balas Helen.

Orang itu pun masuk dengan membawa secangkir kopi dan sepiring soto.

"Ini nyonya," ucapnya dengan meletakkannya di meja dekat sofa yang diduduki oleh Karra.

"Oh makasih. Dan kenalkan ini Karra putriku, lalu Karra.. ini Laura."

"Ah salam kenal Nona Karra, saya Laura yang baru kemarin mulai magang di sini."

"Iya salam kenal juga," balas Karra ramah.

Laura pun pamit untuk kembali bekerja. Setelah Laura keluar, Karra memulai obrolan kembali.

"Ma, kenapa aku dipanggil Nona dan Mama dipanggil Nyonya? Mama kan bukan pemilik perusahaan ini."

"Ini justru perintah dari pemilik perusahaan. Yang sudah 40 tahun ke atas dipanggil Tuan dan Nyonya. Untuk anak dari direktur dan atasannya dipanggil Tuan dan Nona. Kalau tamu dipanggil Mas dan Mbak. Itu semua untuk sopan santun."

"Yang 40 tahun ke atas itu.. apapun jabatannya?"

"Iya."

Karra mengambil berkas yang tadi ia baca, lalu memperlihatkannya pada Helen.

Helen pun mendongak, memperhatikan putrinya. "Aktor Yovan mau main film lagi?"

"Iya nanti ditayangin di ShowTV. Oh ya, kalau kamu nggak sibuk.. kamu ikut bantu Mama atau kamu juga boleh ke lokasi shootingnya," pinta Helen.

"Oh tentu Ma."

Karra pun kembali duduk di sofa. Ia baru tersadar ada 3 tas belanja yang bermerek Chanel. Karra tidak bisa mengintip apa isinya, namun Helen sadar jika Karra penasaran.

"Oh iya. Ambil itu," Helen menunjuk ke arah 3 tas belanja Chanel itu.

"He? B-buat aku?" Helen mengangguk. "Ini semua apa isinya?"

"Tiga Chanel backpack."

Karra yang tidak percaya itu pun membukanya dan mengeluarkan semua isinya. Ternyata benar isinya adalah 3 tas ransel Chanel yang tentu harganya murah, namun itu hanya bagi Jennie Blackpink.

"I-ini kan mahal?!"

"Mama belum pernah hadiahin kamu ulang tahun, jadi ini buat menembus kesalahan Mama yang tidak pernah memperhatikan mu."

Karra terharu dengan perkataan Mamanya. Air mata Karra perlahan menetes namun Karra langsung mengusapnya.

Helen bangkit dari kursinya lalu memeluk putrinya yang sedang berusaha menahan tangisnya.

"Maafin Mama. Mama nggak pernah perhatian sama kamu," ujarnya sembari mengusap-usap punggung Karra.

Karra membalas pelukan Mamanya. "Aku udah maafin Mama dari dulu, wajar kok kalau Mama nggak sempat ngurusin aku."

"Makasih sayang. Mulai sekarang Mama akan bagi waktu Mama untuk kamu."

Karra menatap wajah Mamanya. "Kalau Mama sibuk.. ya nggak usah."

"Mama akan lebih sibuk ngurus kamu."

"Maaaa! Aku udah besar!"

Helen terkekeh melihat putrinya. Rasanya waktu cepat berlalu, seperti baru saja melahirkan seorang anak perempuan yang manja, namun tak disangka kini sudah menjadi perempuan yang dewasa.

Karra sejak lahir selalu diurus oleh Bibi asisten rumah tangga. Padahal pekerjaan Bibi sudah banyak untuk mengurus rumah, bagaimana jika ditambah Karra? Dari dulu orang tua Karra semuanya bekerja, seolah tak peduli dengan anaknya. Bahkan mereka semua belum pernah makan bersama, entah sarapan, makan siang ataupun makan malam.

Papa Karra dahulu sebagai pemilik perusahaan. Anehnya Helen hanya seorang guru di sekolah dasar, entah kenapa suaminya tidak mengijinkannya untuk bekerja di perusahaan miliknya. Karra tidak bersekolah di tempat Helen mengajar, karena Helen yang melarangnya. Helen khawatir jika adanya kecurigaan dari guru lain ataupun teman-temannya bila Karra mendapat nilai yang tinggi dan selalu juara.

Papa Karra justru lebih parah. Dirinya mengaku belum menikah apalagi mempunyai anak. Suatu hari Papa dan Mama Karra bertengkar hebat, membuat keduanya akhirnya memutuskan untuk bercerai. Karra sendiri pernah melihat Papanya bersama seorang wanita yang cukup cantik, namun wanita itu selalu meminta uang. Jelas sekali wanita itu hanya memanfaatkan hartanya. Wanita itu ternyata berusaha mencuri ide-ide dari perusahaan milik Papa Karra, hingga perusahaan itu bangkrut karena wanita itu.

Helen adalah wanita paling tangguh yang Karra kenal. Helen mengetahui jika suaminya selingkuh, namun Helen mendiamkannya, ia hanya menunggu suaminya menyesal akan perbuatannya. Namun seiring berjalannya waktu, Papa Karra itu tidak pernah menyesal akan perbuatannya, bahkan tidak meminta maaf pada Karra maupun Helen.

Sebenarnya Helen akan tetap mencintai suaminya bila dalam keadaan bangkrut, namun karena perselingkuhan itu lah yang membuat Helen sakit hati.

Saat ini juga, Karra berusaha untuk percaya pada kekasihnya, Nendra. Apalagi mereka sudah menjalin hubungan selama 1 setengah tahun. Hubungan mereka selalu baik-baik saja, tidak pernah bertengkar... sebelum kedatangan murid baru itu.

•••••

BERSAMBUNG-!

Jangan lupa vote, share dan komen!

Apa yang kalian harapkan di cerita ini?

Apakah ada saran/kritik (no hate) untuk cerita ini?

Silahkan komen-!

─ Louise W.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang