"Percaya atau tidak percaya, hatiku telah mengambil peran dalam misi ini."
•••••
~Happy Reading~
Keduanya terdiam dilanda keheningan. Adiba masih saja diam sambil menatap Aiden yang terus menghangatkan tubuhnya dengan minyak kayu putih.
“Nanti kalau kedinginan Diba bisa sakit,” peringatnya membuat air mata Diba jatuh menetes.Sungguh, semua di luar kendalinya. Mengingat bagaimana Aiden memperlakukan gadis yang bernama Ara itu dengan lembut mampu membuat hatinya gundah luar biasa. Mungkinkah Aiden akan pergi meninggalkannya nanti? Jika iya, maka Adiba tidak siap, atau bahkan tidak akan pernah siap jika saja hal itu terjadi.
“Aiden gak akan ninggalin Diba ‘kan?” tanyanya dengan ragu membuat Aiden menoleh bingung ke arahnya.
“Kenapa nanya gitu?” balasnya membuat Adiba terdiam kaku. Untuk hal yang satu ini pasti Diba tidak akan setuju. Jika Aiden akan meninggalkannya maka saat itu juga Adiba merasa sakit dan hancur.
“Adiba gak mau Aiden pergi. Kalau Aiden pergi, maka Diba juga akan pergi.” Ucapan itu bermakna ambigu. Pergi bersamanya atau pergi meninggalkannya?
“Aiden pulang. Jangan mikir yang macem-macem. Aiden gak akan pernah pergi. Aiden janji,” cetusnya membuat hati Adiba menghangat.
Benar, Aiden ‘tak akan pergi meninggalnya. Jika Aiden akan pergi maka Adiba akan mempertahankannya dengan cara apa pun.
•••••“Eh, lo Diba ‘kan?” tanya seorang lelaki sambil menarik rambut Adiba yang kini dikuncir satu.
“Woy, lepas. Sakit ini,” keluh Adiba menatap kesal ke arah lelaki itu. Anggara lebih tepatnya. Lelaki dengan tampang konyol dengan tingkat humor yang receh.
“Kita ketemu lagi. Jodoh mungkin, ya?” tanyanya membuat Adiba memasang wajah seperti ingin muntah. Namun, ia tahan tangannya agar tidak sampai menjitak kepala lelaki konyol ini.
“Jodoh palamu peang, jangan ngada-ngada, ya,” sinisnya membuat Anggara tertawa terbahak-bahak melihat wajah tidak santai gadis ini.
“Lo cantik. Gue uda suka. Gue bakalan jadiin lo jadi milik gue. Bodoamat kalau lo gak mau,” balasnya membuat Adiba kesal setengah mati. Bagaimana bisa, lelaki konyol itu berada di sekolahnya?
“Mukanya kenapa gitu? Asem banget,” cetus Aiden merangkul lembut baju gadis itu. Melihat itu, Adiba tersenyum lebar lalu mulai bercerita dengan semangat tentang Anggara si cowok kalem. Mendengar ucapan terakhir dari gadis itu, membuat Aiden ‘tak sadar meremas bagi Adiba kuat. Hal itu membuat gadis itu meringis sakit.
“Sakit, Aiden.” Mendengar ungkapan lemah itu membuat Aiden tersadar akan perbuatannya. Dengan lembut lelaki itu mengusap bahu itu berusaha menetralisir rasa sakit.
“Maaf. Boleh Aiden minta satu hal?” tanyanya membuat Adiba mengangguk pertanda setuju.
‘Bilang aja. Kalau bisa pasti Adiba turutin. Aiden uda banyak bantu. Jadi Diba harus nurut sama Aiden,” ungkapnya dengan polos mengundang tawa lelaki itu.
“Aiden cuman minta jangan deketin dia. Aiden cemburu.” Setelah itu keduanya berjalan berdampingan. Wajah malu-malu Adiba membuat Aiden semakin gemas terhadap gadis ini.
Tanpa keduanya sadar, bahwa ada seseorang menatap penuh dendam ke arah keduanya.
“Ini semua akan berakhir dengan cepat. Akan kutunggu kehancuranmu, Diba.”•••••
"Saya hanya ingin membawa anak saya kembali bersama keluarga saya," ujar Vernandes dengan santai. Mendengar itu, Emily terkekeh ringan. Menatap remeh Agata dan Vernandes yang kini mendatangi dirinya.
"Kenapa kalian minta Adiba sekarang? Kenapa gak dari dulu kalian bawa Adiba pulang dan berusaha membuat gadis itu sembuh? Sekarang, dengan mudahnya kalian meminta Adiba. Namun, saya tidak bodoh Tuan Vernandes, saya akan menjaga Adiba dan tindak akan membiarkan dia hidup di dalam keluarga bejat seperti kalian." Tajam? Bahkan sangat tajam. Emily melupakan semua kebaikan keluarga Vernandes terhadapnya.
Semua berusaha ia abaikan untuk kebaikan Adiba. Wanita itu akan memperjuangkan kebaikan Adiba yang dari dulu sudah banyak terluka.
"Dia putri kami dan hak kami. Kamu bukan siapa-siapa. Jadi kamu tidak berhak," geram Agata yang sedari tadi memilih diam.
Bukannya takut, Emily justru memeberikan senyum misteriusnya.
Jika memang ucapan kasar mampu menyadarkan keduanya, maka Emily 'tak akan segan.
"Kalau kalian keluarga yang baik, maka kalian akan membantu Adiba untuk bangkit. Menopang dia agar bisa sembuh total. Bukan meninggalkan gadis itu sendirian dengan ketakutan yang teramat besar. Kalian tidak pantas disebut sebagai keluarga," ungakapnya tajam membuat Agata terisak pelan. Sedangkan Vernandes sempat terdiam merasakan sensasi panas yang merajai hatinya."Saya tidak peduli apa yang kamu katakan. Setuju atau tidak setuju kami akan membawa Adiba kembali bersama kami." Sebuah suara bentakan berhasil membuat ketiganya mengalihkan pandangan kepada Adiba yang menatap tajam ke arah sang Ayah.
"Kalian gak berhak sama Diba. Kalian gak pernah berhak sama sekali. Bahkan, Ibu Emily yang lebih berhak dipanggil sebagai keluarga saat ini. Kalian semua di mana? Kalian di mana saat Diba bahkan terluka dan hampir diperkosa beberapa kali. Kalian asyik berlibur sementara Diba menikmati sensasi sakit dan takut sendirian. Gak ada yang menemani bahkan memberi Diba semangat dari keluarga. Kalian menyembunyikan Diba seakan Diba adalah aib yang sngat besar. Diba sadar kalau Diba memang malu-maluin, tapi jangan pernah campakkan Diba dengan cara yang menyakitkan," gumamnya mulai terisak pelan. Emily yang melihat itu segera mendekap gadis itu.
Mencoba memberi pelukan terhangat.
"Kalian pergi!" usirnya membuat Vernandes dan Agata terdiam. Keduanya sangat membenarkan ucapan Adiba. Keduanya bahkan kini merasa sangat bodoh dan tidak berguna."Kami akan beri kalian waktu berberapa hari. Setelah itu, semuanya akan kembali kepada kami." Setelah mengatakan itu, keduanya pergi meninggalkan Adiba yang kini menangis keras dalam pelukan Emily.
"Bu, Diba gak mau pisah dari Ibu dan Aiden. Tolong, jangan biarin mereka bawa Diba," Pintanya penuh harap. Dengan yakin, Emily mengangguk kuat.
"Gak akan ada yang misahin kita, Sayang. Jangan khawatir."
•••••
~To Be Continue~
Hai, aku kembali lagi.
Jangan lupa kasih kritik dan sarannya, ya.
Kasih vote dan komen juga.
Kasih vote gak lama, kok.
Cukup tekan bintang yang ada dipojok kiri bawah.
TerimakasihSalam
yuli_sitorus
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba phobia [Complete]
Teen FictionSetiap orang memiliki latar belakang trauma yang berbeda-beda. Ada yang beruntung dapat melaluinya. Sementara, di lain pihak, ada pula yang terpuruk karena masih terikat oleh peliknya arsip yang mengerikan melanda hidupnya di masa lampau. Lalu, baga...