Part 21 || Dalang Masalah

505 53 0
                                    

"Kita teman dan selamanya hanya teman. Entah mengapa, hal itu bagaikan sembilu yang menyayat hatiku."

~Happy Reading~




Adiba berjalan santai memasuki ruang angan kelasnya. Saat berada di depan pintu kelas seorang siswa laki-laki memanggil namanya. Adiba yang melihat itu menghentikan langkahnya lalu menoleh.
“Kenapa?” Gadis itu bertanya dengan ramah.

“Gue cuman mau kasih surat ini sama lo. Kayanya dari Anggara Thian ganteng. Jangan lupa dibaca, ya,” lontarnya membuat Adiba mengangguk singkat. Setelah itu lelaki itu berjalan meninggal Adiba yang sebelumnya sudah mengucapkan terimakasih.

“Ngapain cowok gila itu ngasih surat ke Adiba? Banyak tingkah,” cibirnya sambil menggelengkan kepalanya, namun, tetap membawa surat itu ke dalam kelas.

Saat baru saja mendudukkan diri ke kursi, gadis itu tiba-tiba penasaran dengan isi surat ini.

Untuk Adiba Valerie atau Adiba Morello
Dari Anggara Thian Ganteng

Halo, Diba!
Gue harap lo gak marah lagi sama gue. Maafin gue kalau misalnya gue keterlaluan. Gue cuman mau temenan sama lo. Ya, walaupun berharap jadi pendamping hidupnya Adiba.
Gue cuman mau menghibur, kok.
Gue tau lo pasti kesepian karna yang gue liat lo itu gak ada temen.
Maaf kalau memang gue buat lo risih. Tapi gue bakalan perbaiki diri, kok. Biar nanti cocok jadi pendamping hidup lo.
Saat ini gue jauhin lo dulu, ya. Nanti gue balik lagi, kok. Buat gangguin lo, heheh.

Adiba terkekeh melihat emot love yang tidak beraturan di akhir surat itu. Sebenarnya Adiba berasa bersalah. Dirinya memang terlalu kasar kemarin.
“Diba bakalan minta maaf nanti.”

Siang ini begitu terik. Adiba merasakan haus sekali. Gadis itu kemudian pergi ke kantin seorang diri.

Langkahnya terhenti melihat Anggara yang berlari. Laki-laki itu berlari setelah melihat wajahnya. Melihat hal itu Adiba terkekeh lucu.

“Gara!” panggilnya dengan suara yang keras. Berharap Anggara mendengar panggilannya.
Sepertinya laki-laki itu mendengar. Terbukti dari langkahnya yang otomatis terhenti.
Adiba menghampiri laki-laki itu dengan senyum canggung.

Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Em, Diba mau minta maaf. Kamu maafin Diba ‘kan?” tanyanya menjulurkan tangan bermaksud bersalaman. Anggara yang melihatnya pun mengeluarkan ekspresi alay dengan mata yang sepenuhnya membola.

“Lo minta maaf sama gue? Gak salah? Astaga, gue harap ini pertanda baik untuk hubungan kita,” ocehnya membuat Adiba menginjak kaki Anggara cukup keras.

“Jangan gila. Adiba ngerasa bersalah karna udah ngomong kasar sama kamu. Jadi Adiba inisiatif mau minta maaf. Kamu tinggal jawab iya atau enggak,” desaknya membuat Anggara mengulum senyumnya.

“Iya gue maafin. Mumpung gue lagi baik,” cetusnya membuat Adiba tersenyum senang. Gadis itu kembali menyodorkan tangannya ke hadapan Anggara.

Anggara yang melihat itu bingung.
“Lo mau nyalam gue lagi? Suka lo sama gue?” candanya membuat Adiba merenggut ‘tak suka.

“Diba cuman mau Gara jadi temennya Diba. Gak lebih. Karna hati Diba udah gak nerima lagi,” cetusnya membuat Anggara tersenyum masam. Namun, saat melihat tatapan penuh harap gadis itu, Anggara memilih mengalah. Mungkin memang dia dan Adiba hanya ditakdirkan sebagai sebatas teman. Mengingat kembali perkataan Adiba saat pertama kali bertemu, Anggara sudah cukup paham. Gadis ini sedang mengalami sakit hati.

“Iya, iya. Kita temenan,” cetusnya lalu mengajak Adiba makan bersama kembali Ke kantin.

Banyak orang yang merasa kasihan pada Anggara. Melihat Adiba yang pada nyatanya tidak memiliki perasaan apa pun terhadap lelaki itu.

Aiden mengepalkan tangannya geram. Merasa bahwa dirinya merasa bodoh dan aneh. Bodoh karna merasa sakit melihat mereka dan aneh karna merasa tidak rela ada lelaki lain membuat Adiba tersenyum.
Saat ini, dirinya baru sadar. Jika cintanya dimiliki oleh dua gadis sekaligus. Namun, cinta dengan arti yang berbeda. Cinta yang begitu besar untuk Adiba dan rasa sayang yang begitu besar untuk Ara.

                         •••••

“Mamah udah bilang sama kamu. Jangan sampai Aiden jatuh cinta sama gadis gila itu. Kalau sampai itu terjadi, maka kamu akan kehilangan semuanya,” sinis seoarang wanita dengan tajam pada gadis yang ‘tak lain adalah Ara.

Gadis itu tampak menundukkan Kepala pasrah dengan semua sikap kurang baik dari kedua orangtuanya.
“Kalau sampai Aiden tau hal yang sebenarnya, maka siap-siap untuk kehilangan adikmu itu.” Seoarang pria paru baya menatap sinis pada Ara. Keduanya menunjukkan tatapan tidak suka dan amarah yang membara.

“Aiden dan Ibunya adalah harta kita satu-satunya. Kalau mereka gak ada maka kita gak akan bisa bertahan hidup. Jangan pernah lengah untuk menunjukkan kelemahan kamu. Tunjukkan kalau kamu itu memang punya riwayat penyakit yang parah. Biar uang itu terus meluncur,” suruhnya membuat Ara mau ‘tak mau mengangguk.
Saat ini yang terpenting adalah sangat Adik.

“Maaf.”Perlahan isakan itu keluar begitu saja. Gadis itu rapuh saat ini. Namun, keadaan mengajarkannya harus kuat bahkan jahat.

•••••

~To Be Continue~

Hai, aku kembali lagi
Jangan lupa kasih vote dan komennya.

Salam
yuli_sitorus

Adiba phobia [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang