Chapter Three

359 60 13
                                    

Matahari sudah jauh terbenam dibalik gedung-gedung tinggi kota Seoul, cahaya kerlap kerlip dari gedung-gedung pusat perbelanjaan pun telah menghiasi kota hingga ke sudutnya.

Malam yang melelahkan bagi Woobin, dan hal itu tampak terlihat dari postur tubuhnya yang seakan semakin mengecil.

"Kerja yang bagus hari ini, Woobinnie." Shownu berkata kepada Woobin yang sedang membersihkan meja pelanggan terakhir di hari itu.

"Sama-sama, Hyung." Ia tersenyum menanggapi Shownu, dan beranjak mengumpulkan sampah-sampah yang berada di belakang meja untuk dibuang.

"Woobin, kamu istirahat saja, sini biar aku yang buang." Ucap Kihyun yang terburu-buru menghampiri Woobin, namun yang lebih muda menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa, Hyung. Biar aku saja, sekalian menghirup udara segar. Aku sumpek dengan aura lovey-dovey kalian" Woobin tertawa meledek, apalagi setelah melihat Shownu berdeham, telinganya memerah.

"Hyung, aku titip tolong charge handphone ku saja." Woobin meminta tolong kepada Kihyun, yang lebih tua mengangguk mengiyakan. Lalu ia pun menengok ke arah Shownu.

"Habis buang sampah ini aku akan pulang kok, sabar ya Hyung" Mendengar itu, Shownu menatapnya balik kebingungan. Mengapa Woobin menyuruhnya untuk bersabar?

"Aku tahu kok Hyung ingin berduaan saja" Woobin berkata seraya berjalan keluar dari pintu belakang cafe, diiringi dengan "Woobin-ah!" yang keluar dari mulut Kihyun.

Woobin tidak perlu menengok ke belakang untuk tahu apa yang terjadi; Shownu terdiam dengan telinga yang memerah malu, dan Kihyun berusaha menahan senyumnya sembari menggerutu sebal.

Sebenarnya Woobin tahu alasan di balik tingkah Shownu yang sedari tadi terdiam dan malu-malu. Yaitu akan hadirnya anggota keluarga baru di tengah-tengah keluarga kecil Shownu dan Kihyun.

Woobin ingin menyelamati mereka, namun ia yang mendambakan hubungan yang harmonis seperti yang dimiliki Shownu dan Kihyun, merasa sedikit iri dan kesepian.

Apalagi setelah mendengar kabar bahagia yang Kihyun sampaikan tadi sore di sela-sela jam kerjanya. Makanya ia ingin sedikit saja meledek mereka, sebagai bentuk balas dendam kecil yang kekanak-kanakan.

Woobin menghela nafas lega sesaat setelah keluar dari pintu belakang cafe, hendak membuang beberapa kotak kayu kosong ke tempat pembuangan yang jaraknya hanya terpaut beberapa blok.

Setelah sekian lamanya bekerja di cafe, baru kali ini Woobin merasakan lelah yang tak karuan. Ia tak ambil pusing, mungkin ini semua karena akhir-akhir ini hampir setiap hari ia belajar hingga larut malam.

Woobin meletakkan box-box kosong di satu sisi, dan melemparkan beberapa plastik sampah ke sisi lainnya. Setelah membersihkan tangannya, Woobin berusaha untuk menghilangkan penatnya dengan meregangkan badan dan memukul-mukul pundaknya.

Namun tampaknya tidak terlalu berhasil, karena Woobin mulai merasa pusing dan pipinya mulai terasa hangat. Ia mulai curiga ada yang aneh dengan badannya. Masalahnya, selama seharian di cafe ia terus mencium aroma yang belum pernah ia cium sebelumnya.

Aromanya seperti perpaduan antara wangi bergamot yang menyegarkan dengan sedikit aroma klasik gerimis hujan yang menyentuh rerumputan di pagi hari. Woobin dapat mencium aroma itu dengan lebih jelas sekarang saat ia sendirian di luar dan jauh dari kerumunan orang.

Seakan-akan aroma tersebut menyelubungi dirinya, namun bukan berarti Woobin membencinya. Hanya saja, sensasinya terasa baru serta asing baginya. Dan ya, hal baru selalu membuatnya resah.

Woobin memegang kedua pipinya dan merasakan hangatnya berpindah ke jari jemarinya. Ia membawa tangannya ke atas keningnya dan memang temperaturnya lebih hangat dari biasanya.

Mungkinkah ia demam secara tiba-tiba? Ini seharusnya tidak terjadi, karena Woobin selalu memastikan untuk minum banyak vitamin dan berpakaian ekstra hangat, khususnya saat musim ujian seperti sekarang ini.

Angin berhembus dingin, namun aroma itu bukannya semakin memudar, malah semakin pekat di hidungnya. Woobin menggigil, ia merasakan panas dan dingin di waktu yang bersamaan. Ia takut, hal ini terasa sangat asing baginya.

"Hei, sedang apa Omega ada di sini?" Terdengar suara dari kejauhan, sepertinya dua orang Alpha yang mencium feromon Omega datang menghampiri. Seperti binatang buas, Alpha-Alpha itu memandang Woobin dengan tatapan lapar, seperti sekawanan singa yang sedang mengamati makan malamnya.

Woobin pun merunduk dan meringkuk ketakutan, ia panik, mengapa Alpha seperti mereka datang menghampiri Beta sepertinya? Mereka mendekati Woobin dari kedua arah, tidak memberikan kesempatan baginya untuk kabur. Satu Alpha menggenggam tangan Woobin, berusaha menariknya lebih dekat.

Alpha lainnya mengendus tengkuk leher Woobin, dan tersenyum menyeringai. "Aroma yang sangat manis, seperti wangi bunga cherry bercampur buah persik. Membuatku ingin memakannya."

Woobin merinding mendengarnya. Secara insting, ia melindungi tengkuk lehernya dengan tangannya. Woobin dapat mencium feromon kedua Alpha itu, dan ia pun merasa mual. Alpha yang satu menarik kemeja kerja Woobin hingga sobek. Sedangkan Alpha yang lain menggigit tangan Woobin, dan ia pun meringis kesakitan.

Woobin memejamkan matanya rapat-rapat, namun ia dapat merasakan darah mengalir dari punggung tangannya. Di saat Woobin hampir kehilangan kesadaran sepenuhnya, seseorang mengarahkan senternya pada mereka bertiga. Alpha-alpha itu mengalihkan pandangan karena cahaya dari senter menyilaukan mata mereka.

Di saat bersamaan Woobin dapat mendengar langkah kaki yang berlari menuju tempatnya berada. Beberapa saat kemudian, Woobin dapat merasakan alpha-alpha itu tidak lagi berada di dekatnya. Tampaknya seseorang mendorong mereka hingga terjatuh dengan suara yang cukup keras.

Woobin hampir jatuh terduduk karena kakinya yang terasa lemas. Tapi pria itu dengan sigap menangkap tangan Woobin dan dengan perlahan membantunya untuk duduk. Ia kemudian bertanya, "Kamu tidak apa-apa?" Suaranya terdengar khawatir namun lembut dan menenangkan.

Sesaat kemudian Woobin kembali mencium aroma bergamot yang sama. Sama seperti suaranya, wanginya juga tampak asing, namun hati Woobin dipenuhi dengan ketenangan yang sama.

Pria itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Woobin yang badannya menggigil, entah kedinginan, entah ketakutan. Perlahan, nafas Woobin yang tersengal-sengal kembali normal. Woobin memberanikan diri untuk membuka matanya, dan disambut oleh wajah seorang pria yang dipenuhi dengan kekhawatiran.

Meskipun pencahayaan di lorong tersebut kurang baik dan topi menutupi sebagian besar wajahnya, Woobin bisa melihat betapa tampan wajah pria yang barusan menyelamatkannya.

Pria yang mengenakan seragam biru polisi itu menatap tajam bayangan kedua alpha yang tadi terjatuh, kini berusaha kabur dari tempat kejadian. Ia baru saja akan berdiri dan mengejar mereka bila bukan karena jemari Woobin yang menggenggam erat seragamnya.

Pria itu terdiam kaku, perlahan ia mulai bisa mencium aroma manis yang Woobin keluarkan. Kini aromanya jauh lebih pekat, membuat Alpha mana pun yang menciumnya mabuk kepayang.

Ia menelan ludahnya, baginya Woobin mengeluarkan aroma feromon yang paling kuat, yang paling manis dari semua feromon yang pernah ia cium. Tanpa disadari, Woobin mengalungkan tangannya pada leher polisi muda tersebut.

Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria itu, dan menghirup dalam-dalam aroma bergamot yang perlahan semakin menguat. Aroma itu membuat Woobin merasa nyaman dan ia pun menghela nafas lega.

Di lain sisi, petugas polisi tersebut harus menahan dirinya dari menerkam Woobin dan menggigit tengkuk lehernya. Pada akhirnya, pria itu menggendong Woobin sembari menggigit punggung tangannya sendiri.

Gigitannya sangat keras hingga ia pun berdarah, rasanya perih namun bisa tetap menjaga pikiran rasionalnya. Ia pun berlari menuju rumah sakit terdekat untuk merawat luka Woobin. Di sela-sela rasa kantuknya yang kian menjadi, Woobin melirik tag nama polisi itu dan terbaca sebuah nama yang asing baginya: "Gu Jungmo"

***

Terima kasih telah membaca fanfic ini ☺️☺️
Terima kasih juga untuk upvotenya yaa

#keeplovingmogubin
#stayathome

Coming back to you (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang