Empat

1.7K 171 98
                                    

The Love of Ackerside


.

.

.

.

.

.

.

.

Mikasa terbangun saat pergelangan tangan kirinya terasa hangat dan basah. ada bercak di lengan kemejanya. tapi, tak terlalu jelas karna keadaan sekitar yang gelap. Tangan kanannya mati rasa.

Setengah sadar, gadis itu mengulurkan tangannya pada cahaya bulan yang menerpa lantai balkon, kemudian tampak warna merah tua samar. detik itu juga mikasa sadar, netranya melebar. ' Darah! apa aku terluka?! ' batinnya.

Namun gadis berambut mancut itu lebih kaget lagi saat mendengar dengkuran halus milik seorang pria yang tertidur disampingnya, bahkan tangan kanan Mikasa masih melingkari pinggang pria itu dengan mesra. Sontak Mikasa terkejut dan langsung menarik tangannya dengan kasar.

Astaga situasi macam apa ini?! bukankah tadi dia sedang duduk-duduk memikirkan Eren? Lalu ehh,,, sepertinya tertidur dan bermimpi memeluk Eren kecilnyaa~ tapi kenapa malah si Pendek Abnormal ini yang ia err,, peluk?!!
" Ughh, ini menggelikan " racaunya.

" Oi, bocah kau berisik "

" Heichou, apa kau mabuk!? "

" Bodoh, toleransi alkohol ku cukup tinggi, lagi pula hanya orang tolol yang minum-minum di saat begini "

" Ah, Lalu kenapa kau bisa tertidur di sini seperti orang tolol "

" Lupakan, anggap saja kau tidak melihat ku "

" Aku memang berharap kau tidak benar-benar ada "

Levi memijit pangkal hidung, tempramennya acap kali naik turun bila berada dekat gadis suram menawan, yang kini tengah menatapnya dengan air muka kelewat datar.

Seumur-umur baru Mikasa gadis yang berani menjatuhkan harga diri Levi, bahkan biasanya kaum wanita selalu memuja dirinya. Tentu saja hanya Mikasa dan selalu Mikasa yang berusaha membuatnya tampak emosional, lantas bocah suram itu bakal tersenyum licik bak malaikat.

Segala bentuk pertanyaan hinggap di kepala cantik Mikasa, tentang kenapa Levi bisa berada di sini, bersamanya, dan tidur di lantai kotor penuh debu.

Beberapa kemungkinan sempat ia pikirkan, mulai dari yang masuk akal sampai sesuatu tidak senonoh untuk dipikirkan gadis sepertinya. Levi juga tampak menghindari pertanyaan. Jadi Mikasa lebih memilih untuk melempar tatapan 'apa yang kau tunggu? Cepatlah pergi, seseorang bisa salah paham kalau melihat kita! ' diikuti dengan aura suram yang menguar.

Untuk hal yang seperti ini Levi cukup peka, tepatnya semenjak melihat Mikasa yang bernafsu membunuhnya di sidang pengadilan Eren. Sedikit meringis, pria itu berdiri lalu menepuk-nepuk celananya. Bahkan seorang clean freak rela mengotori diri demi Mikasa, dan sebenarnya Levi sudah terbangun sejak Mikasa menarik tangannya dengan tidak beretika.

Onyx keabuan milik Mikasa melebar demi melihat bercak Merah tua pada kemeja Levi, sedangkan Levi hanya menghela nafas, berusaha menahan rasa perih di pinggang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Love of AckersideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang