21💚

551 71 41
                                    


Mark telah kembali ke sekolah setelah selama sebulan penuh hiatus dari semua kegiatan. Ia mulai fokus kegiatan Osis, VIP dan mendekati Donghyuck ehe.

Seperti sekarang ini , ia sedang duduk di kursi sebelah Donghyuck , sebelumnya ia menggeser kursinya. Ia tidak melakukan apapun hanya duduk dan asik menyecroll ig dan Twitter nya.

"Lu mau ngapain sih Udin?! Pindah sana!" Seru Donghyuck tidak santai , pasalnya Mark ini mepet-mepet seperti mereka sedang di angkot padahal kelas mereka berdua ini luasnya tak terkira. Hingga mereka berdua bisa kejar-kejaran :)

Mark menengok ke arah Donghyuck. "Jagain belahan jiwa" kemudian memberikan wink dengan mata kanannya.

Bukannya merona Donghyuck malah melongo. "Apa? Lu mau kopi janji jiwa? Ya beli laah, gofood sana ! Gue juga pesen sekalian"

Mark memijat keningnya perlahan. Sebenarnya mereka sedang jamkos karena guru sejarah mereka sedang izin tak masuk. Alhasil mereka diberi 4 halaman tugas yang harus dikumpul minggu depan.

"Lani, balik sama gue yaa hari ini?" Tanya Mark memfokuskan diri ke arah Donghyuck. Hpnya sudah ia masukan kesaku, seluruh tubuhnya bahkan memutar 180° ke arah Donghyuck.

"Ga bisa. Mau eskul PMR gue," Jawab Donghyuck mulai memasukan barang-barangnya ke tas. Sebentar lagi bel pulang.

"Gue tungguin deh" keukeh Mark.

"Tumbenan amat lu, gue lama, jemput gue aja gimana?"

Aha lampu hijau batin Mark asjrfkkkk

"Iya sip. Jamber?"

"Jam 5, jangan telat. Gue males nunggu"

Mengangkat tangan kanannya. "Siap laksanakan komandan!"

"Ahahhaha apaan sih lu"

Tawa itu. Mark tahu betul, ia jatuh dan semakin jatuh pada lelaki yang kini masih asik tertawa didepannya.

Disini Mark sekarang, duduk dikursi kayu yang letaknya dibawah pohon rindang pinggir lapangan sekolahnya. Matanya asik memperhatikan sosok lelaki manis yang sedang membelakanginya, lelaki manis itu tampak sibuk dengan tali tali dan bambu, rasanya Mark ingin berlari dan mengelap keringat yang menetes di dahi serta leher lelaki itu.

Ia sangat fokus hingga tak merasa bahwa ada seseorang yang sudah duduk disebelahnya.

"Jaga dia ya buat gue"

Mark mengarahkan pandangannya ke arah samping. Terkejut kala melihat Jeno, laki-laki yang terkenal pintar seantero sekolah. Mark tidak sepandai Jeno, ia lebih suka berorganisasi ketimbang sibuk dengan tumpukan buku-buku.

"Siapa?" Tanya Mark bingung.

"Fa'iq, jangan sakitin dia."

Mengerutkan alisnya. "Emang lu ada hubungan apa sama Fa'iq?"

Jeno tersenyum kecil mendengar pertanyaan Mark."belum sempat. Fa'iq ga akan pernah anggep gue orang istimewa, dia ga bisa berkomitmen. Tapi itu dulu, mungkin sama lu dia bisa."

"Gue bakal jagain Fa'iq. Makasih udah ngelepas dia"

"Sama-sama, kalo gitu gue pamit. Maaf ganggu kegiatan observasi yang lu lakuin"

"Ha? Observasi apaan anjir?"

"Observasi jodoh mungkin hahahha" tawa geli itu mengalun begitu saja dari bibir tebal Jeno.

Jawaban Jeno barusan membuat Mark malu seketika, apa sebegitu kelihatan bahwa ia sedang memperhatikan Donghyuck? Aw Mark mayuuu xixi.

Mau bagaimana pun, Jeno pernah menjadi laki-laki yang sibuk mencari Donghyuck disaat lelaki itu tidak on di media sosial apapun, atau sebagai pengingat makan dan ucapan selamat pagi. Setidaknya ia masih memiliki rasa pada Donghyuck walaupun tak sebesar dulu. Ia akan berusaha melupakan. Karna Jeno tahu, Cinta tak pernah bisa dipaksakan.

Sepeninggalan Jeno, Mark kembali pada kegiatan observasi nya ;— memperhatikan mahluk Tuhan yang paling indah setelah ibunya yaitu Donghyuck. Beginilah jika sudah bucin.

Mark tersenyum saat melihat Donghyuck berjalan dengan langkah ringan ke arahnya , ia menenteng totebag kain dikanan dan tas ransel sekolahnya dikiri.

"Udah lama nunggunya?"

Menggeleng pelan. "Ga kok, barusan "

"Ga usah boong lu Udin! Gue tau ya lu ga balik daritadi." Ucap Donghyuck ketus. Disuruh jemput kok malah ditunggu kan kesaaal.

"Ya gimana yaa, gue gada kerja juga dirumah. Mending nungguin lu." Balasnya kemudian berdiri dan mengambil alih kedua tas Donghyuck ; yang ransel ia sampirkan dipunggung kiri dan totebagnya ditangan kiri. Ia menggenggam tangan kiri Donghyuck dengan tangan kanannya.

"Udah ah ga usah pundung gitu, gue traktir ice cream kuy" dan menggiring Donghyuck kearah parkiran sekolah.

Donghyuck yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menahan senyum akibat rasa senang yang membuncah didalam hati. Aah kenapa Mark manis sekali. Kalian jangan membayangkan nanti iri.

Kini kedua muda-mudi itu sudah duduk berhadapan disebuah kedai ice cream dan bakery minimalis pinggir kota. Sebelumnya mereka sudah memesan 3 mangkuk Ice cream, 2 milik Hyuck dan 1 milik Mark, Mark tidak terlalu suka manis, ia lebih suka kopi hitam pekat yang mengaliri tenggorokan nya.

"Permisi, ini Ice cream nya. Vanilla, Mathca dan Yakult" seorang waiters datang menghampiri mereka berdua.

"Oh iya makasih mba!" Ini Donghyuck , kelewat semangat karena gratisan ehe.

Mereka berdua menyantap ice nya dengan santai, sesekali Mark mencuri pandang kearah Donghyuck. Rasa manis Matcha ini kalah jauh dengan manis Donghyuck. Bisakah Mark memakan Donghyuck saja?

Eh,

Mark menggelengkan kepalanya keras. Gila sekali pikirannya ini astaga!

"Eh, kenapa lu ? Kok geleng-geleng gitu? Mabok ta" tanya Donghyuck mendekatkan wajahnya ke wajah Mark.

Mark mendorong dahi Donghyuck dengan telunjuknya "Gue makan Ice cream ya bukan Miras, kenapa bisa mabok. Goblok lu!"

Jujur saja Mark jadi salting ditatap begitu dekat dengan Donghyuck. Ketos kita salting uwu.

Donghyuck mengendikkan bahunya. "Ya kan sapa tau"

Mark tersenyum kecil kemudian mengulurkan tangan kanannya ke arah sekitar bibir Donghyuck, ia mengelap sisa Ice cream vanilla yang bececeran dengan ibu jarinya, setelah itu mengecap ibu jarinya sendiri. "Manis"

Donghyuck terkena heart attack sepertinya. Detak jantung yang berdetak tak karuan kemudian rasa hangat yang menjalar dipipinya. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain. "Apaan sih"

"Ahahaha lucu banget sih kek babi kalo lagi malu-malu" ucap Mark kemudian mengusak rambut Donghyuck pelan.

"Bodo amat cungkring !"

Mark ini mengatai atau memuji sih?

"Abis ini langsung balik atau lu mau ketempat lain?" Tanya Mark.

"Balik deh, gue capek"

"Oh iya mau nanya. Itu tanganlu kulit nya kayak kena gesek paping semua , sakit ga?" Tanya Mark lagi, sebenarnya ia mau bertanya dari tadi tapi ia urungkan karena melihat wajah Donghyuck yang kelihatan biasa saja.

"Ohh ini, biasa namanya abis main tandu cepat, ga sakit ini mah, kalo berdarah baru sakit hehehe" jawab Donghyuck memperhatikan tangannya.

Menghela nafas. "Pulang diobatin ya? Atau harus gue juga yang ngobatin?"

"Iyaaaa. Bawel lu kek pacar gue aja"

"Soon" jawab Mark dengan senyum kecil.

"Ha? Apaan?" Tanya Donghyuck bingung , apanya yang 'akan datang'?

Ia menggerakkan tangannya. "Udaah lupain lupain"

"Idih ga danta lu Udin!" Cibir Donghyuck main-main.

Mark hampir saja kelepasan. Ya Tuhan, jangan sampai Mark mengacaukan rencananya sendiri. Aamiin .

Tbc.

FUCKBOY || {MARKHYUCK}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang