PROLOG

41 14 2
                                    

Sebuah bonus kehidupan bahwa semesta  mengizinkanku untuk melihat, menatap dan menemui kamu (sang masa depanku).

********

Jakarta, 2020

“Testing testing.”

“Coba aku shoot ke arah sini dulu.”

“Nah cakep nih disini. Lu coba duduk disana deh, cepetan!”

Perintah dari seorang lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah teman satu kelasku, kepadaku dan dia. Tangannya membawa sebuah kamera yang  sedang menangkap rekaman obyek rak buku yang ada di perpustakaan sekolah sambil mengarahkan aku dan dia seolah menjadi videographer pribadi kita berdua, hahaha.

“Udah fix nih disini? Gak silau?” Tanyaku.

“Enggak, udah pas nih cahayanya. Serahkan aja ke gua, gua tuh jagonya jadi sutradara.” Ujarnya bangga.

“Alah bacot banget! Udah boleh mulai gak nih?” Dia sudah mulai geram.

“Udah, siap ya kalian berdua. Camera rolling and action!”

“Halo semuanya kenalin aku Nadine Maganta. Gadis berusia 18 tahun yang duduk di bangku SMA kelas 2 IPA. Aku adalah siswa di SMAN 8 Jakarta. Dan di sebalahku ada temanku, dia adalah…”

“Darel Megantara, panggil saja gua Darel,  eh aku. Dan gua.. ak..  aku add… buahahahaha”

“Cut! Cut! Anjir lu Dar! Gua aku gua aku yang konsisten dikit kenapa.” Teriak sang videografer yang sudah mulai kesal.

Di tengah keseriusan saat take video tiba-tiba dia tertawa dengan sangat kerasnya. Tidak hanya Gery yang mulai kesal, aku juga sudah mulai berkaca pinggang mendengar suara tawa Darel.

“Yah gimana sih Dar malah ketawa. Aku udah bagus lo itu tadi, serius sedikit kenapa sih!” Omelku.

“Sumpah gua gak bisa rekam-rekam video kayak gini, pengen ketawa aja bawaanya. Buahahaha..”

“Tugas video dokumentasi bahasa Indonesia sudah mendekati hari pengumpulan nih.” Ujarku masih dengan nada kesal.

“Oke-oke gua tahan tawa.” Darel masih dengan wajah cengengesan.

“Yaudah gua rekam lagi nih, awas lu ketawa!” Sahut Gery.

“Dar, ingat tahan tawa!” Kataku memperingatkan Darel.

“Bismillahirahmanirahim!” Ucapnya sambil menengadahkan kedua tangannya.

“Camera, rolling and action!”

“Eh tunggu-tunggu, gua lupa kata-katanya coy.”

Kalimat dari Darel yang sukses membuatku dan Gery frustasi.

“Yaampun Darel!!!!” Teriakku.

“Jingan lu!” Umpat Gery.

Ups maaf.. kenalin ya aku Nadine Maganta. Ini bukanlah awal pertemuanku dengan Darel Megantara. Siapa sih dia? Jawaban umunya adalah dia seorang ketua ekstrakulikuler musik di sekolah dan ketua band D’FEG yang beranggotakan dia bersama ke tiga temannya.

Banyak murid yang bilang kalau dia ganteng dan keren.
Namun jawaban pribadi dariku hanya tiga kata, dia adalah cowok aneh. Ya, aneh sangat aneh. cowok yang selalu mengikutiku saat aku pertama kali masuk ke sekolah ini, aku adalah murid pindahan dari SMA Bandung. Dan kata-kata yang selalu aku ingat sampai sekarang saat di ucapkan Darel pertama kali kepadaku adalah “ Kamu adalah jodohku.” 

Coba bayangkan saja ada orang asing, ya tidak asing juga sih karena dia dari kelas baruku artinya teman satu kelasku tapi belum akrab sama sekali tiba-tiba mengatakan sebuah kalimat yang menurutku sangat gila. Itulah kesan pertamaku saat bertemu Darel si cowok aneh, namun setelah lama mengenalnya Darel bukanlah cowok aneh lagi tapi berubah menjadi cowok pembuat onar bersama ke tiga teman bandnya yang selalu menggoda, menjahiliku dan ke tiga temanku.

Kita berempat bagaikan musuh bebuyutan Darel dan ke tiga temannya. Sepanjang hari beradu argument hingga berakhir perdebatan sengit di sekolah.

Lalu kenapa Darel tiba-tiba mengatakan bahwa aku adalah jodohnya padahal baru pertama kali bertemu? Jawabannya ada di cerita, selamat membaca kisahku dan Darel di Sekolah.

**********

Jangan lupa vote dan komennya ya supaya author semakin semangat untuk update ceritanya. Sampai ketemu di cerita part 1 guys!!!!

MELODY SMA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang