Sudah terhitung hampir satu bulan sejak kejadian itu, Echa dan Leo pergi dari rumah dan memilih untuk mengungsi dirumah orangtua Echa.
Mark setiap hari mampir untuk mengunjungi istrinya dan anaknya, walaupun yang menemuinya hanya Leo, istrinya itu sama sekali tidak mau menampakkan dirinya saat Mark berkunjung ia akan mengurung diri dikamar membiarkan Leo bermain dengan Mark lalu setelah Mark berpamitan pulang ia baru akan keluar dari kamarnya. Mark juga sudah puluhan kali meminta maaf dan selalu mengatakan kalau ia rindu padanya, berharap Echa membukakan pintunya namun tidak.
Apakah sudah tidak ada kesempatan untuknya, pikir Mark
Dan sampai sekarang pun Mark masih belum tahu kalau Echa sedang mengandung, entah sampai kapan Echa menyembunyikannya dari Mark ia juga memohon pada kedua orangtuanya untuk tidak memberitahunya.
Pagi ini, Echa berlari kecil menuju wastafel untuk memuntahkan isi perutnya, ibunya--Ten--menghampiri Echa untuk membantu memijat tengkuk anaknya yang sedang mengalami morning sickness
Ten menatap anaknya iba, ibu mana yang tidak sakit hati saat melihat anaknya datang kerumah dengan keadaan kacau dan sekarang anaknya sedang di hadapi masalah rumah tangga yang sedang berada di ujung tanduk.
"Hiks.. bun, Echa capek hiks."
"Stt, anak bunda yang kuat ya. Bunda yakin Echa bisa melewati ini semua." Ten menangkup wajah anaknya dan ibu jarinya mengusap air mata Echa dan mencium mata basahnya.
"Ibu hamil tidak boleh stress, disini ada satu nyawa yang harus di jaga." Ten mengusap perut Echa dengan pelan, ia berusaha menahan air matanya agar di tidak jatuh.
Echa mengangguk pelan namun masih terisak pelan, tiba-tiba suara pekikan nyaring berasal dari suara Leo, ia segera menghapus air matanya. Ia tak ingin menangis di depan anaknya.
"Mamaaaaaa!" Pekik Leo menghampiri neneknya dan mamanya dengan berlari.
"Leo jangan lari, sayang." Peringat Ten.
Leo memeluk kaki mamanya. "Selamat pagi jagoan mama." Sapa Echa dengan senyuman lebar.
"Mama nangis?" tanya Leo dengan wajah sedihnya saat mengetahui mata mamanya sembab, dan terdapat beberapa jejak air mata.
"Nggak sayang, tadi mata mama sakit tapi sekarang sudah engga." jawab Echa.
"Mama jangan nangis." seolah tidak bisa di bohongi, Leo tiba-tiba terisak kencang, ia seperti mengetahui perasaan ibunya.
"Loh, kok Leo nangis." Ten mencoba menenangkan cucunya yang menangis sambil menyembunyikan wajahnya di antara kakinya Echa.
"Sayang, dengerin mama. Mama gapapa nak tadi matanya mama sakit. Udah ya jangan nangis, cup cup."
Leo sekarang sudah di gendongan mamanya, "Mama jangan sedih lagi." ucapnya dengan bibir mengerucut dan wajahnya yang memerah, tangan kecilnya mengusap pelan pipi ibunya, membuat Echa gemas dan mengecup bibir kecil anaknya.
"Iya mama nggak sedih lagi, mama bahagia banget karna punya Kak Leo sama dedek yang di dalem perut mama."
"papah?" tanya Leo dengan nada polos.
"Iya mama juga bahagia punya papa."
---
Mark menyenderkan badannya di sandaran kursi kerjanya, tak lama kemudian perempuan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat Mark geram.
"aku rindu padamu sayang." wanita tersebut yang bernama Mina bergelayut manja di lengan Mark namun dengan segera Mark mendorong wanita tersebut hingga hampir terjatuh.
"Pergi." perintah Mark dengan nada dingin.
"Mark, kok kamu kasar banget sih."
"Aku bilang pergi ya pergi!" Sentak Mark.
"dan satu lagi, jangan pernah temui aku lagi, hubungan kita sudah berakhir."
"Gak! Aku gak mau putus." Ucap Mina dengan lantang.
Mark yang mendengarnya pun tersenyum remeh, lalu mengambil dompetnya dan mengeluarkan banyak lembar uang lalu ia lemparkan di depan Mina.
"Pergi dan jangan pernah temui aku dan keluargaku atau kau sendiri yang akan kena akibatnya" Ancam Mark dengan nada penekanan.
Wajah Mina memerah menahan marah, ia jelas tau kalo ancaman Mark tidak pernah main-main. Lalu dengan segera ia memunguti uang yang di lempar oleh Mark kemudian berlari keluar tanpa mengatakan apapun.
"Cih, jalang murahan."
---
Echa duduk di sofa yang berada di kamarnya, telapak tangannya bergerak mengusap perutnya yang sedikit membucit. Bibirnya melantunkan lagu lullaby yang biasanya Mark nyanyikan untuknya dan Leo sebelum tidur.
Seketika ia rindu suaminya, Bagaimana keadaan suaminya itu, apa dia makan dengan baik? Siapa yang memasakkan suaminya? Mengingat Mark sangat payah dalam urusan dapur.
"Maafin mama ya, dek" gumamnya sembari mengelus permukaan perutnya.
Echa beranjak dari sofa lalu menghampiri lemari baju dan mengambil kemeja suaminya yang sengaja ia bawa saat meninggalkan rumah.
"Mark, aku kangen kamu.. hiks.. hiks" Ia memeluk erat kemeja suaminya, menghirup aroma tubuh suaminya dari kemeja tersebut.
Katakan Echa lemah, ia tidak berani bertemu suaminya. Bayangan saat ia memergoki suaminya selingkuh di belakangnya membuat hati Echa sakit.
Echa merebahkan dirinya di ranjang, ia meringkuk dengan kemeja Mark yang di pelukannya, tak lama kemudian Echa terlelap tidur.
lagi-lagi ia tertidur dengan keadaan mata sembab
---
alurnya kecepetan ya? emg sengaja aku cepetin hehehe
besok update lagi, pingin cepet2 kelarin ini konflik
![](https://img.wattpad.com/cover/224326237-288-k960378.jpg)