Lee Minho
𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐫𝐮𝐧𝐮𝐬 𝐌𝐮𝐦𝐞Lee Minho, ada yang berbeda dari kisahnya. Dengan telanjang kaki, langkah tanpa asa telah membawanya ketempat entah berantah. Sangking rungunya mati hilang harapan, Minho bahkan jadi abai dengan sekitarnya. Seragam khas rumah sakit masih menempel dengan bentuk acak-acakan, siapapun yang lihat pasti mengira Minho adalah pasien kabur dari rumah sakit jiwa.
Ia merunduk setelah merasa bahwa rumput yang terpotong rapi telah membuat kaki-kakinya nyaman berpijak disana. Tidak seperti jalanan berbatu penuh akar yang muncul dari dalam tanah seperti diperjalanannya kemari. Disini lebih rindang, bau khas alam bahkan memanjakan penciumannya. Sejuk.
"Oit!" sahutan itu membuat Minho berhenti dari kegiatan memandangi bunga-bunga. Ah, pasti ini si pemilik. "Aku menyebut tempat ini rumah, ada yang bisa aku bantu?"
Tak perlu sebuah jawaban, bahunya sudah dirangkul duluan. "Tenang, aku hanya menawarkan tempat persinggahan. Kalau kau hendak menetap pun boleh. Ada seorang bernama Seungmin juga, tapi ia ada disekolahnya. Mungkin sebentar lagi dia pulang."
Kaki MInho melangkah terpaksa karena dibawa masuk, detik kemudian berhenti ditempatnya.
"Oh ya, namaku Chan. Salam kenal!"
Tempat ini-hangat.
"A-aku Minho."
"Kau sepertinya habis kabur dari rumah sakit, ada apa?" tanya Chan sembari menyodorkan segelas air.
"Aku-pasien disana. Dan..." Minho mengerutkan kening, menatap lurus tapi tak fokus, berfikir tentang alasan kenapa bisa ia melakukan ini. Oh, pasti dia sudah tak waras.
"Akalku sedang tak sehat," ucapnya sambil mengusak rambut sendiri. Senyum manis yang samar terpatri diwajah Chan, ia paham. "It's okay dude, take your ti-"
"Aku pasien kanker. Entahlah, tiba-tiba saja ingin lari saat tahu masa hidupku sudah tak lama."
∘₊✧──────✧₊∘
Hari-hari selanjutnya, Minho mulai berfikir. Sebenarnya untuk apa dia hidup? Kenapa dia masih disini? Kenapa dia tak dibiarkan pergi?
Banyak pertanyaan yang berenang bebas dikepalanya, menambah beban pikiran Minho yang memang sudah banyak. Belum lagi Chan yang terus menawarkan bantuan tanpa balasan, Minho masih tidak percaya apa ada manusia sebaik itu?
Sempat ia bertanya, namun Chan hanya menjawab singkat. "Aku cuma takut. Saat aku pergi, apa aku sudah benar-benar melakukan yang terbaik? Atau-apa aku sudah berguna bagi yang lain?"
Setidaknya Minho paham. Tapi Minho punya pandangan yang berbeda dari Chan. Kalau terlalu baik begini, bukannya hanya akan membuat ia mudah ditindas? Atau bagi orang-orang berotak dangkal, kebaikan seseorang malah mereka manfaatkan. Minho tentu tidak mau jadi bagian dari itu.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, Chan ada benarnya juga.
Kelak saat ia sudah pergi, apa yang akan ia tinggalkan? Bagaimana namanya akan dipandang orang? Saat mendengar nama Minho, orang-orang akan teringat kebaikannya, atau sisi buruknya?
Lee Minho, pasien rumah sakit yang kabur entah kemana. Lee Minho, pasien yang meninggal karena kanker. Lee Minho yang tak berguna dan Lee Minho yang menghabiskan hari-hari terakhirnya untuk bersembunyi dan menyusahkan orang-orang. Tentu ia tak mau di cap begitu.
Terlalu banyak tanda tanya di waktu yang singkat membuat Minho harus bergegas. Mulai dengan langkah kecil.
Menjadi lebih berguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
prunus mume, straykids ✔
FanfictionI. 𝗞𝗮𝗹𝗲𝗶𝗱𝗼𝘀𝗸𝗼𝗽 𝗥𝗮𝘀𝗮 𝗶𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 he survive in winter, then leaving when spring comes. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distre...