Yang Jeongin
𝐓𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐜𝐚𝐧'𝐭 𝐬𝐡𝐢𝐧𝐞."Happy birthday...to...you."
Lagu itu melantun bertepatan saat salju pertama turun. "Happy birthday to you..." Dengan sebuah kue ulang tahun yang belum tersentuh sedikitpun. "Happy birthday, happy birthday..."
Saat ia menatap lurus, semuanya kosong.
"Happy birthday—to me..."
Sebuah pesta ulang tahun kecil-kecilan, padahal Jeongin sudah menghidupkan sendiri lilinnya, tapi bahkan kedua orang tuanya tak datang. Tak ingat dan tak mau mengingat tepatnya. Satu lagi pesta ulang tahun yang terlewati dengan sia-sia. Tanpa momen special, tanpa kado, tanpa kenangan bahagia.
Semuanya terasa palsu. Jeongin hanya mencoba bertahan dalam keadaan ini selama lebih dari belasan tahun. Ayahnya bilang, dapat nilai bagus saja rasanya sudah cukup. Lalu Jeongin memenuhi permintaan ayahnya itu. Namun takdir gentir menyapa kehidupan Jeongin. Dibanding kakaknya, Jeongin tak lain dan tak bukan hanyalah butiran bintang yang melebur dan mengambang tak tentu arah di angkasa.
Disekitar matahari, Jeongin tak mengorbit pada apapun, tak konkret, dan tak dianggap keberadaannya. Sekeras apapun Jeongin mencoba, butiran bintang mati tak akan sama derajatnya dengan matahari. Sekeras apapun ia mencoba, matahari tetaplah punya sinar yang paling terang.
Karena Jeongin cuma butiran bintang mati, sedangkan kakaknya adalah matahari.
Haruskah Jeongin sebut kalau dirinya ini gaib? Ah tidak, kalau mereka sedang butuh, Jeongin bisa terlihat, kan?
Jarinya mencolek sedikit cream dari kue ulang tahun, pintu utama rumah sepertinya juga terbuka di saat yang sama.
"Oh? Ada yang ulang tahun, ya?" Dilihat dari pakaiannya, Jeongin tebak ayah dan ibunya baru saja kembali setelah berfoya-foya. Kakaknya juga mungkin ada di mobil yang sama setelah kembali bimbingan belajar.
"Kalau sudah siap jangan lupa bersihkan, ucapkan salam ibu dan selamat ulang tahun untuk temanmu!" Menenteng tas mahalnya, Jeongin melihat sang ibu melenggang begitu saja.
"Tapi inikan ulang tahunku..."
Bunyi 'klotak' dari sepatu berhak tinggi itu seketika berhenti. Nyonya Yang berbalik badan untuk menoleh, menatap bingung pada Jeongin yang air mukanya sudah tak baik.
"Ulang tahunmu?"
Kakaknya merogoh sesuatu dari dalam tas belajarnya, menyodorkan sebuah kotak hadiah yang Jeongin tebak isinya sebuah buku panduan belajar. Iya, Jeongin tahu dirinya itu bodoh.
"Hahh??" Nyonya Yang berjalan menuju sofa, melihat beberapa balon dan mainan lain tergeletak dimana-mana. "Kau yang membuat tempat ini berantakan?"
Lihat, dia mulai lagi.
"Sudah berapa kali ibu bilang kalau sudah selesai tolong di rapihkan. Sampah dimana-mana, robekan kertas dimana-mana. Jangan bilang kamar ibu belum juga kau bersihkan?"
Brrakk!
Kotak hadiah itu sengaja dijatuhkan. Beberapa guntingan kertas penghias keluar dari dalamnya. Beberapa buku ensiklopedia juga.
"Hei- itu dari kakakmu- kasar sekali kau ini!? Ternyata benar ya belum di bersihkan!? Kenapa-"
"Aku tidak mau!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
prunus mume, straykids ✔
أدب الهواةI. 𝗞𝗮𝗹𝗲𝗶𝗱𝗼𝘀𝗸𝗼𝗽 𝗥𝗮𝘀𝗮 𝗶𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 he survive in winter, then leaving when spring comes. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distre...