Seo Changbin
𝐓𝐡𝐞 𝐨𝐧𝐞 𝐰𝐡𝐨 𝐜𝐨𝐯𝐞𝐫𝐬 𝐡𝐢𝐦𝐬𝐞𝐥𝐟.Langit memiliki warna biru pucat pagi ini. Entahlah, itu yang Changbin dengar dari pejalan kaki yang sempat berselisih dengannya tadi. Tritanopia (mata lemah warna biru dan kuning), Changbin tak pernah tau warna sebenar dari langit dan laut biru. Toh juga setiap hari warna langit terus berubah-ubah, kan?
Changbin mendongak, satu lagi pagi dengan kepingan salju turun menutupi permukaan bumi sebagai kata pembuka. Kakinya menghentak dengan ritme teratur, memegang hotpack-nya didalam kantong agar tak kedinginan.
"Halo..."
Changbin menoleh, ikut memberi salam ketika seorang ibu hamil dan anaknya yang lain ikut duduk bersamanya di kursi halte. Buah pisang? Changbin baru saja menjadikan buah itu jadi objek gambar kemarin.
"Paman mau?"
"Ah, tidak-tidak. Lanjut saja," ucapnya menolak.
Bagaimana warna kuning dari pisang yang kelihatan lezat itu? Changbin masih bertanya-tanya sambil menatap objek yang ia maksud. Kemarin saat menggambar pisang dan buah lainnya, Changbin cuma memberi mereka warna seperti yang ia lihat dari sisinya. Dimana biru adalah hijau, dan kuning adalah ungu. Kalau saja Changbin membawa lukisannya-menunjukkannya pada orang-orang, mereka pasti akan tertawa. Bahkan anak kecil pun tahu kalau pisang itu warnanya kuning bukanlah ungu.
Orang-orang disekitar berdiri, mulai menjengah, lalu menunggu bus mereka berhenti. Changbin menempelkan dompetnya ke mesin pembayaran sebelum duduk di kursi paling belakang. Bus berangkat, Changbin menyandarkan kepalanya di kursi, membiarkan kendaraan beroda empat ini membawanya ke tujuan.
Changbin benar-benar tak akan kaget lagi saat sampai di rumah ternyata barang-barangnya sudah berserakan di depan pintu. Ini sudah berapa bulan sejak ia belum bayar uang sewaan. Dan benar saja, kini lukisan dan barangnya sudah tergeletak di depan pintu saat ia pulang. Changbin berniat menjual lukisannya, tapi siapa pula yang akan membeli lukisan aneh dan tak berguna ini?
"Butuh bantuan?" Changbin tebak orang itu pasti tengah tertawa karena nasibnya.
"Ya, seperti yang kau lihat."
Orang itu menghampiri Changbin yang tengah terbukuk, mengutip beberapa kalung cat yang tumpah, sesekali melirik menatapnya.
"Mau mampir kerumahku sebentar?"
∘₊✧──────✧₊∘
Tempat apa ini? Kumpulan seonggok orang-orang aneh? Bagus sekali, sekarang Changbin jadi salah satunya.
Tak ada pilihan, toh juga orang itu menawarkannya tempat tinggal dengan cuma-cuma. Nanti saat ia sudah bisa mendapat duit banyak, barulah ia bisa keluar.
Lihatlah itu, anak aneh yang membakar marshmallow di perapian, pria gondrong dengan semicolon di tangannya, anak laki-laki lain dengan mainan dan semua yang berserakan di lantai-ah melihatnya saja membuat Changbin pusing.
"Buatlah dirimu senyaman mungkin. Kita keluarga mulai sekarang."
Senyaman mungkin? Dengan segala keanehan ini?
Dibanding mengutarakan semua ketidaknyamanannya, Changbin memilih untuk berjalan lurus ke depan, lebih masuk melewati ruang tengah yang terlihat berantakan ini dan menuju kamarnya-di bawah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
prunus mume, straykids ✔
Fiksi PenggemarI. 𝗞𝗮𝗹𝗲𝗶𝗱𝗼𝘀𝗸𝗼𝗽 𝗥𝗮𝘀𝗮 𝗶𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 he survive in winter, then leaving when spring comes. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distre...