3

137 16 1
                                    


"Bang, kamu beneran nggak mau cerita sama ayah?"

"Soal apa?" Niki menjawab tanpa menoleh dari ponselnya, yang sepertinya sedang seru-serunya mengoperasikan PUBG.

Kei melirik lewat spion atas, tersenyum jahil.

"Kemarin itu lohh, yang kata adek."

Sepertinya topik seputar Niki naksir cewek di hari pertama sekolahnya masih belum basi di keluarga ini. Sebenarnya Kei bukannya benar-benar ingin tahu tentang percintaan anak-anaknya. Ingin tahu itu pasti, tapi ia tidak benar-benar menuntut anak-anaknya untuk bercerita kalau memang mereka tidak nyaman. Lagipula cinta-cintaannya anak SMA, ya, pasti begitu-begitu saja, pikirnya. Ia juga sudah pernah mengalami dulu dan percaya anak-anaknya tidak akan melewati batas. Tapi, menggoda Niki ternyata menyenangkan. Niki yang setengah mati menahan tawa karena ekspresi meledeknya, menurutnya benar-benar lucu.

"Ayah dibilangin jangan percaya sama Taki."
Taki yang sedang melamun di kursi penumpang depan merasa terpanggil. Iya hari ini Taki minta duduk di depan. Iseng aja katanya.

"Orang lo sendiri yang bilang mau deket sama cewek kemarin. Emangnya kapan gue pernah bohong sama ayah?"

"Kemarin aja lo nggak cerita tentang cimol ke ayah, ya!"

"Itu namanya bukan bohong soalnya ayah nggak tanya."

"Ya, tapi kan sama aja, Ki. Ayah udah ngasih tahu paginya, lo bilang iya iya tapi ternyata tetep nggak dilakuin juga apa yang ayah bilang."

"Gue kemarin nggak bilang iya, tuh?"

"Tuh, kan, yah? Taki ternyata selama ini nggak dengerin ayah!"

"Halah lo malah lebih parah!"

"Apa!?"

"Lo dulu pernah bohong ke ayah bilangnya ke rumah temen ternyata main di warnet."

"Itu kan masalah lama."

"Udah lama bukan berarti nggak pernah, kan."

Kei memijit pelan pangkal hidungnya. Masih pagi dan mereka sudah bertengkar lagi. Padahal tadi pagi mereka sudah memperdebatkan jenis sereal apa yang akan mereka buka terlebih dahulu, yang berakhir dengan tidak jadi makan sereal dan beralih ke nasi uduk depan kompleks.

"Udah, udah, kenapa jadinya malah berantem, sih? Orang masih pagi, juga."

"Berarti berantemnya siang aja, Yah?"

"Bang.."

"Ya abisnya ayah duluan, sih! Nggak percaya sama Niki!"

"Eyy kalo emang nggak beneran suka kenapa kamu marah ayah ledekin."

"Mana ada Niki marah."

"Itu cemberut tandanya apa?" sahut Taki sambil memasang wajah mengejek untuk abangnya.

"Dek, lo nggak usah ikut-ikut ya. Ini semua karena lo, ngerti nggak?"

Mulut Taki mengikuti kata-kata Niki tanpa suara dengan gaya menyebalkan, membuat Niki sudah akan maju mendorongnya kalau saja Kei tidak segera menengahi.

"STOP STOP. Nggak usah main fisik. Taki juga jangan ledekin abangmu terus. Iya-iya ayah berhenti." Kei berdecak. "Kalian semua boleh kok pacar-pacaran. Boleh, bang, kamu tanya-tanya atau curhat ke ayah juga. Asal pacarannya tahu waktu, ya? Jangan sampe lupa sekolahnya."

"ABANG NGGAK-"

"Dah sampee. Dah sana turun nanti keburu telat."

Niki mendengus lelah. Sepertinya nabila akan jadi trending topic di rumahnya sampai beberapa hari. Ia harus bersiap.

kintsugiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang