Chapter 45

542 61 21
                                    

Ayem kombek egen
😭😭😭
Maapin Bunda lama gak update
😭😭😭😭
Karena Bunda ada sedikit masalah yang
membuat Bunda gak bisa mikir sama sekali tentang lanjutan ceritanya.
Sebenarnya sudah ada mau di bawa ke mana ini akhir ceritanya, cuma penguraiannya yang bikin Bunda harus ekstra berpikir.
Doain Bunda yaa agar Bunda bisa keluar dari masalah yang sebenarnya gak seberapa ini..
🥰🥰🥰😘😘😘

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Biar aku yang membuka pintunya," lirih Ji so sedikit takut melirik ke wajah Alan yang masih datar menatap layar monitor itu.

Ji so melangkah perlahan menjauh dari Alan bermaksud ingin membuka pintu tersebut. Tetapi belum ia terlalu jauh, Alan memegang pergelangan Ji so yang membuatnya berhenti. Ji so menatap wajah suaminya, ia menunggu ucapan dari bibir Alan. Mungkin dia tidak akan mengijinkan Appa untuk masuk ke dalam Apartemennya, pikirnya.

"Biar aku saja," lirih Alan sembari ia melepas pergelangan tangan istrinya dan melangkah setelah matanya menatap ke arah pintu itu.

Ia hanya berdiam beberapa saat setelah tepat berada di depan pintu Apartemennya, yang kini hanya menghubungkan jarak antara dirinya dengan seseorang yang begitu ia benci. Ia menekan gagang pintu itu setelah menarik nafas dan bergumam, apa pun yang terjadi aku tidak akan lagi menghindarinya.

Ji so yang mendengar suara gagang pintu itu di tekan, kini perasaan dan hatinya kembali bercampur aduk. Ia begitu khawatir jika sesuatu terjadi menimpa ke dua pria yang begitu berarti dalam hidupnya.

Perlahan tapi pasti, pintu itu pun terbuka. Ji so kini bisa melihat wajah Ayahnya dari balik tubuh suaminya yang masih berdiri tegap mematung di depan pintu. Dari tatapan Ayahnya, ia bisa melihat bahwa mereka kini telah saling bertatap muka, saling diam dan tidak ada sapaan dari ke duanya.

Ji so segera melangkah mendekati mereka berdua, bermaksud ingin bertanya ke datangan Ayahnya di Apartemen milik Alan. Semakin dekat kini ia bisa melihat beberapa pria berjas hitam di belakang Ayahnya. Perasaan khawatir pun semakin bertambah melihat situasi yang kemungkinan tidak akan terlihat baik.

"Aku ingin berbicara denganmu," lirih Hakim Park yang membuat Ji so sedikit terkejut sebelum ia membuka mulutnya bertanya perihal kedatangan dari sang Ayah.

Tanpa menjawab, Alan sedikit membuka jalan dengan menggeserkan tubuhnya sedikit ke arah kanan, agar Ayah mertuanya sekaligus orang yang begitu ia benci bisa masuk ke dalam.

Hakim Park yang melihatnya, ia sedikit melirik ke arah belakang dan berkata, "kalian tidak perlu menungguku." Dan kemudian ia masuk ke dalam rumah tanpa di dampingi satupun bodyguard yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi.

Ji so sedikit terkejut akan keputusan Ayahnya itu, ia menatap wajah suaminya yang masih datar dengan tatapan keㅡtidak sukaannya menatap punggung Ayahnya yang berjalan perlahan melewatinya. Dengan segera Ji so kembali menutup pintu itu setelah Alah juga berjalan di belakang Ayahnya dengan tangan ia masukkan ke dalam saku celananya. Hal yang seharusnya tidak di lakukan di hadapan orang yang lebih tua, tetapi Ji so membiarkan hal itu.

Hakim Park melihat setiap sudut ruangan yang kecil namun terlihat mewah. Terlihat nyaman, dan elegan. Ia membalikkan tubuhnya dan kembali menatap wajah menantunya yang masih memiliki tatapan tajam ke arahnya. Tatapan Hakim Park yang sayu membuat Ji so bisa membaca bahwa kemungkinan besar tidak akan ada peperangan di antara mereka.

Ji so melangkah kembali mendekati suaminya dan juga Ayahnya, bermaksud ingin kembali mencairkan suasana di antara mereka berdua. "Appa ... apa yang memㅡ" belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, ia terkejut karena Ayah nya kini tengah bersimpuh di hadapan suaminya.

Forced to Love || Kim Namjoon BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang